Chapter 41: Well Done

28 5 0
                                    

BERITA penculikan Mirai Thadeus menyebar luas ke seluruh penjuru kerajaan layaknya aliran sungai yang terus mengalir ke muara. Sebab itu, sebagai pemimpin pasukan pelindung kerajaan, sudah tugasnya bagi Mathilda untuk menemukan dan membawa pulang Mirai Thadeus dalam kondisi yang prima.

Waktu kembali berputar mundur pada saat malam pengangkatan pewaris takhta yang baru.

Ditengah-tengah suka cita atas diangkatnya Tuan Putri Olivia, Swan masuk ke dalam aula istana sambil memapah Pangeran Aiden dalam keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Hampir sekujur tubuhnya dipenuhi goresan luka, beberapa di antaranya mengeluarkan sedikit darah. Akan tetapi, yang paling parah adalah betis kirinya. Anak panah yang menancap telah dicabut oleh Swan dengan sedikit sihir penahan rasa sakit. Meski begitu, Swan tak mau mengambil risiko karena ia tidak memiliki pengalaman dalam mengobati seseorang.

Raja Logan mendelikkan mata melihat kondisi putranya. Sementara napas Ratu Eliza tercekat, dan buru-buru membantu Swan memegangi anaknya. Dengan cepat, Tuan Leore segera memanggilkan tabib kerajaan untuk memeriksa keadaan Pangeran Aiden. Sedang keadaan jauh lebih pelik dari yang pernah dibayangkan, seseorang mulai menyumpahi alasan tak jelas mengapa kerajaan yang harusnya berbahagia itu terus dilimpahi permasalahan. Riuh keingintahuan menggantikan alunan musik. Bertanya-tanya apa yang sudah terjadi pada Pangeran Aiden.

Di tengah suka cita atas debutante Tuan Putri Olivia, Swan menundukkan kepala. Ia meminta maaf pada Yang Mulia Raja Aamor.

Malam itu, atas perintah Raja Aamor dan izin Tuan Putri Olivia, pesta dihentikan untuk berfokus pada hilangnya Mirai Thadeus. Rencana demi rencana awal langsung dititahkan sang raja. Unit khusus dibentuk Raja Aamor yang anggotanya dipilih langsung oleh Mathilda untuk memulai pencarian sebelum Mirai Thadeus semakin jauh dari jangkauan mereka.

Dua orang berkedudukan tinggi tersebut meminta maaf karena kelalaian mereka. Mathilda tidak sadar dengan kehadiran sang penculik, dan Swan yang tidak bisa melacak si sosok bertopeng itu. Mereka terus menyalahkan kemampuan yang tidak terasah dengan baik, meski Yang Mulia Raja tidak menganggap demikian.

Lagipula, siapa yang menduga seseorang akan diculik di pengangkatan pewaris takhta?

Tidak ada.

Karena itu, Raja Aamor berpesan untuk tetap konsentrasi. Kerahkan seluruh kekuatan prajurit, untuk menemukan masa depan bangsawan Kerajaan Riverdale.

Dalam sekali perintah, Mathilda mengumpul dua puluh pasukan terbaik pilihannya. Di lapangan kerajaan, Mathilda menyerukan titah. "Cari hingga ke seluruh penjuru Benua Biru! Temukan Tuan Muda Mirai secepatnya, apapun yang terjadi! Laksanakan!"

"Siap!"

Para pasukan berkuda itu berpencar dalam kelompok yang lebih kecil dan menyebar. Mencari kemungkinan di mana putra bangsawan itu berada dengan bantuan kemampuan sensor Swan untuk memaksimalkan pencarian dan tanpa ada kesia-siaan.

Keduanya bekerja sama, bekerja keras, bekerja serius.

Sementara Raja Aamor langsung memanggil Niccolo untuk diajak berbicara. Berkumpul di satu tempat, di mana Pangeran Aiden yang masih diobati hendak Yang Mulia Raja tanyai sedikit sebab ia adalah satu-satunya saksi dari penculikan.

"Kami tengah berbicara di taman, sampai seseorang asing yang memakai topeng putih muncul dari kegelapan. Orang itu lebih tinggi sedikit daripada saya. Seluruh tubuhnya memakai jubah hitam, karena itu saya tidak mengenali. Penculik itu menggunakan busur dan anak panah yang telah disihir. Saat mereka berdua menghilang meloncati gerbang kerajaan, seluruh panah itu pun menghilang," jelas Putra Mahkota Aiden ketika ditanyai mengenai si pelaku.

𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang