ONYX melepaskan anak panahnya.
Hari sudah menunjukkan waktu tengah malam, tapi Onyx malah terdampar di basecamp para prajurit. Entah kenapa, sejak beberapa hari yang lalu insomnianya kambuh. Dia tidak mengantuk sama sekali. Perasaannya sangat waspada sampai-sampai tidak bisa dibawa tidur. Alhasil, Onyx memilih menghabiskan malamnya dengan berlatih.
Sendirian, di malam yang dingin.
Dengan pakaian serba hitam, Onyx datang membawa busur dan satu tas berisi kurang lebih 20 anak panah miliknya pribadi. Setelah menyiapkan arena latihan seorang diri, ia mulai menembakkan satu persatu anak panahnya ke arah target. Dimulai dengan tembakan pembuka-yang harus dilakukan dengan beberapa rangkaian gerakan-lalu dilanjutkan dengan tembakan-tembakan biasa.
Ada sepuluh target yang tersusun rapi menyamping. Tiap kali Onyx mengenai satu target, dia berjalan ke target yang lain dan menembakkan anak panah. Pola itu dilakukannya berulang kali. Jika sudah dua putaran, Onyx akan mengambil anak panah itu, mengasahnya kembali, dan membenarkan posisi target. Kemudian, dia akan mengulangi tembakannya.
Di tengah-tengah tembakan anak panahnya, Onyx teringat dengan yang diucapkan Niccolo pada latihan malam mereka tentang senjata dan aliran sihir.
“Kau bisa menambahkan aliran sihir dalam anak panahmu atau senjata-senjata lainnya yang kau pakai. Berbeda sihir yang dialirkan bisa memberi dampak yang berbeda-beda pula. Kalau kau mengaliri sihir penghilang, maka anak panahmu tidak akan terlihat sampai mengenai target. Kalau kau memberinya sihir penguat, damage yang ditimbulkan akan berlipat ganda sesuai dengan seberapa kuat sihir yang kau berikan. Dalam pertempuran, penggunaan sihir bisa menambah kemungkinan menang. Makanya, kami menempatkan Mathilda di garis terdepan saat perang kemarin. Kemampuan sihirnya sangat berguna ketika dia mengalirkan sihir penghancur pada pedang yang diayunkannya. Mathilda juga bisa memberi aliran sihir pada komandan perang lainnya, seperti ke senjata milik Tyler Ward.”
Tanpa ada angin atau hujan, tiba-tiba saja Onyx tergugah untuk mencoba hal tersebut. Yang dibutuhkannya sekarang hanyalah fokus tinggi.
“Alirkan senjatamu dengan sihir secara merata. Kau harus bisa menyebarkannya tanpa membuat sihir itu menggumpal di satu titik. Setelah kau cukup yakin senjatamu sudah dibalut sihir, ayunkan, tembakkan, lemparkan dengan gerakan yang tegas. Jangan ragu-ragu untuk melepaskan serangan atau itu akan melemahkan dampak dan malah berakibat gagal.”
Ia menghela napas panjang, berusaha untuk menjaga konsentrasi. Onyx menatap tajam ke arah target 30 meter di hadapannya. Kemudian, dia mengambil anak panah. Lalu meletakkannya di tengah-tengah busur dan memposisikannya dengan benar. Dalam hitungan beberapa detik, Onyx menaikkan tangannya. Setelah itu menyejajarkan anak panah dan busur tepat di tengah target.
Mulutnya bergumam kecil.
“Virtus Magia¹.”
Kedua tangannya yang terangkat bebas ke arah sasaran mendadak terasa sangat berat. Dahinya mengernyit sesaat. Ia pun sedikit terkejut dengan penambahan beban setelah merapalkan mantra sihir.
Onyx berusaha menjaga posisi busur dan postur tubuhnya. Namun, karena aliran sihir penguat yang digunakannya tidak menyebar secara merata, membuat anak panahnya terlepas dari genggaman dan meluncur melewati jalur utama. Anak panah itu mendarat tepat di bawah target. Tidak kena sama sekali.
Bahunya sedikit naik turun. Ternyata tidak semudah yang dikira.
Pemuda itu menggeser tubuhnya ke target yang baru. Sesekali Onyx mengusap peluh keringat yang mengalir di dahinya. Setelah itu, ia kembali bersiap dengan kuda-kudanya. Onyx kembali menarik anak panah dari busurnya, lalu mengaliri dengan sihir penguat. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Onyx sedikit mengurangi penggunaan sihirnya. Tipis saja kalau untuk percobaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐎𝐖𝐍 𝐎𝐅 𝐀𝐒𝐇𝐋𝐄𝐘
Fantasy[ COMPLETED ] | REVISI SETELAH TAMAT Kerajaan Riverdale akhirnya memenangkan perang dengan Kerajaan Islefield setelah lima tahun lamanya. Namun, kemenangan itu bukanlah akhir. Tetapi awal dari segala kejadian yang terjadi di Kerajaan Riverdale...