Renjun duduk di mobil bersama Jeno di kursi belakang. Sedangkan pengawal Jeno hanyalah Hendery dan Yangyang yang kali ini ikut. Renjun mulai tahu sedikit perbedaan pengawal-pengawal yang Jeno miliki.
Hendery yang berambut pink. Yangyang yang selalu tersenyum seperti bayi. Shotaro yang memiliki eyesmile dan berbicara bahasa Jepang. Xiaojun yang memiliki alis tebal.
Renjun menatap tangannya yang digenggam Jeno. Renjun melihat ke arah jalanan. Tapi hanya ada pemandangan yang sangat gelap. Jeno membawanya ke pesta yang bisa dibilang pesta topeng. Entahlah seperti apa pesta topeng itu. Renjun tidak pernah menghadiri pesta-pesta seperti itu.
Mobil berhenti di sebuah rumah yang bisa dibilang mirip seperti kastil. Hendery yang menjadi supir kali ini sedikit menjawab beberapa pertanyaan keamanan dan menyerahkan kartu nama bosnya. Keamanan yang berjumlah dua orang itu membungkuk dan membukakan gerbang untuk mobil mewah Jeno. Renjun membulatkan matanya ketika mobil mereka memasuki area parkir.
Mobil mahal berjejer di kiri dan kanan mobil Jeno. Sangat berkilau di mata Renjun. Jeno yang tahu pikiran Renjun kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Renjun dan berbisik.
"Jangan terperangah dengan tampilan. Mobil mereka memang berkilau tapi mobil yang aku pakai ini yang paling mahal diantara mereka."
Jeno membuka pintu mobilnya sendiri, hingga pengawalnya Hendery dan Yangyang tergagap. Jeno berjalan ke sisi yang berlawanan dan membuka pintu untuk Renjun. Tangan jeno disambut baik oleh Renjun. Mereka saling menggenggam saat sampai ke aula.
Mengenakan topeng yang disediakan oleh staff disana.
Jeno tersenyum tipis melihat Renjun yang sangat cantik menggunakan topeng berwarna cream keemasan yang menutupi mata dan hidungnya. Sedangkan Jeno mengenakan topeng hitam keemasan.
Jeno mendekati Hendery dan Yangyang lalu berbisik. Entah apa yang jeno katakan tapi mereka berdua mengangguk. Jeno kembali menghampiri Renjun dan merangkul mesra pundak si mungil.
"Mau berdansa?"
Renjun menggeleng.
"Aku tidak bisa."
"Biar aku ajari."
Jeno menggenggam tangan kanan Renjun dan tangan sebelah kirinya merangkul pinggang kecil Renjun.
Selangkah demi selangkah. Maju dua kali. Kanan sekali. Kiri sekali. Mundur dua kali. Begitulah dansa yang Jeno ajarkan. Hanya dansa yang sangat dasar karena Renjun berkata dia tidak bisa.
Disela-sela dansa mereka, rupanya mereka menjadi sorotan semua orang dan bahkan kini lampu hanya mengarah pada mereka.
Mereka saling bertatapan. Mengabaikan tatapan orang-orang disekitarnya. Jeno menunduk dan mencium bibir Renjun. Mesra. Dan kembali berdansa.
Hingga sebuah tepuk tangan menghentikan dansa mereka. Ya, tuan Kim dan anaknya. Anak yang dijodohkan dengan Jeno, Nancy Kim. Nancy dan Tuan Kim menyalami Jeno.
"Rupanya kau membawanya. Bukannya ini makhluk kecil yang waktu itu menggoda ku saat kita transaksi di bar hari itu?"
Jeno tertawa. Benar. Hari dimana Jeno memukuli tuan Kim. Hanya karena tuan Kim ini dengan lancang memegangi area privasi milik Renjun.
"Benar. Ah Nancy apa kabar?"
"Baik Lee. Siapa dia?"
Nancy menatap Renjun yang mengeratkan pelukannya di lengan Renjun.
"Milikku."
Nancy mengerutkan dahinya.
"Tapi bukannya aku yang akan jadi milikmu?"
Tuan Kim tersenyum dan mempersilahkan Jeno dan Renjun untuk berjalan menuju ruang VIP.
"Simple saja Lee. Pernikahan kalian akan dilakukan satu bulan lagi."
Renjun menatap Jeno tidak percaya. Jadi dia diajak ke tempat ini hanya untuk mendengar Jeno akan menikah?
Renjun berdiri dari duduknya dan meninggalkan Jeno. Berlari ke arah parkiran dan menuju mobil Jeno. Hendery dan Yangyang yang sedang mengobrol langsung menghampiri Renjun yang menangis sembari berusaha membuka pintu mobil yang masih terkunci.
"Antar aku."
Hendery dan Yangyang saling berpandangan. Bos mereka masih ada di dalam. Renjun memukul kaca mobil itu dan menangis.
"Antar aku cepat. Apa kalian tuli? Hiks.."
"Baik."
Hendery menekan tombol di kunci mobil. Menepuk pundak Yangyang.
"Telepon Xiaojun atau Shotaro. Biar mereka ambil mobil untuk menjemput Boss. Aku akan antar dia ke kediaman boss Lee."
Renjun sudah meringkuk di kursi belakang. Menangis tersedu-sedu. Hendery juga sudah masuk ke mobil.
Malam itu, Renjun merasakan sakit hati yang luar biasa.
***
"Jeno stop!"
Nancy berusaha menahan tangan Jeno yang akan berlari menyusuli Renjun. Jeno menghempaskan tangan Nancy. Peduli amat dengan tuan Kim.
"Jeno berhenti atau aku akan telepon Mark!"
Jeno menghela napasnya dan memilih menyerah. Tuan Kim tersenyum tipis.
"Kalian harus saling kenal Jeno. Dan kalau bisa, cepat putuskan lelaki kecil yang kau bawa tadi. Jangan sampai orang lain masuk diantara masalah keluarga kita."
Jeno harus menyerah. Ia tidak boleh membiarkan Renjun. Ia harus menyerah agar Renjun bisa selamat dari keluarga mafia seperti keluarga Tuan Kim.
"Baiklah. Asal kalian tidak menyentuh Renjun sedikitpun."
Tuan Kim mengangguk.
"Tentu. Kau bisa memegang janjiku, Lee."
Jeno merogoh saku celana nya dan mengambil handphone nya. Mendial nomor Yangyang.
"Apa kau pergi?"
'Tidak boss. Hendery yang pergi mengantar Renjun.'
"Katakan pada maid di mansion agar memberikan kembali semua fasilitas yang Renjun punya. Dan antar dia ke bandara."
Hening. Mungkin Yangyang sedang berpikir.
'Boss melepaskannya?'
"Ya."
Tuan Kim dan Nancy tersenyum mendengar keputusan yang Jeno buat.
'Demi Renjun.'
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (Noren) 🔞 ✔
FanfictionJeno menyukainya. Bahkan terobsesi. Ya, terobsesi pada Huang Renjun. Teradaptasi dari film asli nya, 365 Days. Namun ditambahkan sedikit oleh author.