Renjun menutup pintu apartemen dan berjalan menuju posisi dimana Jeno duduk. Dengan berjalan pelan, Renjun bertanya pada Jeno tanpa menyalakan lampu.
"Kemana saja kau? Kau tahu apa yang sudah aku lalui hm?"
Jeno berdiri sembari memperhatikan penampilan Renjun dari atas hingga bawah.
"Kau terlihat menakjubkan, baby."
Renjun tersenyum remeh.
""Kau terlihat menakjubkan, baby." Kau egois Jeno!"
Renjun menampar pipi Jeno dengan keras. Dengan kesal Renjun memukuli dada Jeno. Jeno menarik pinggang Renjun dan melumat bibir kecil milik Renjun. Jeno tanpa melepas ciumannya membalikan tubuh Renjun menjadi menghadap ke jendela apartemen. Jeno menciumi telinga Renjun dengan sensual. Tanpa sadar bahkan Jeno sudah melorotkan celana milik Renjun.
Renjun dengan penampilan yang berantakan hanya bisa menahan tubuhnya yang seperti jelly. Tubuhnya begitu lemas ketika sudah disentuh oleh Jeno. Jeno mengemut jemarinya dan memasukan jemari yang sudah basah itu ke dalam hole milik Renjun. Berusaha membuat pelumas agar tidak terlalu kering.
Jeno dengan penisnya yang sudah tegak itu kemudian memasukan keseluruhan penisnya ke dalam hole milik Renjun. Keduanya begitu bergairah bahkan rambut blonde milik Renjun sudah acak-acakan.
"Akh!"
Renjun menumpukan tubuhnya pada jendela besar itu. Kemeja nya bahkan sudah terlepas namun Jeno masih tidak membuka kemeja nya sama sekali.
Jeno terus menggenjot lubang milik Renjun, tanpa ampun. Jeno mengangkat tubuh kecil milik Renjun dan masih menggenjotnya dengan posisi koala. Jeno membanting tubuh Renjun dan melempar kemeja milik Renjun yang sudah terbuka. Dengan nafsu yang besar, Jeno menciumi seluruh tubuh Renjun. Tidak melewatkan seinci tubuh pun yang ia ciumi. Bahkan Jeno menjilati lubang kemerahan milik Renjun yang sangat basah.
Renjun sedikit mendorong tubuh Jeno ke belakang dan membuat lelaki berwajah bule itu telentang. Dengan gerakan sensual, Renjun membuka kemeja milik Jeno
Renjun terdiam ketika ada bekas memar di dada Jeno. Renjun mengelus memar itu sembari menatap Jeno.
"Apa itu?"
Jeno menangkup pipi Renjun dan menggeleng.
"Bukan apa-apa, Renjun."
Renjun masih terdiam bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Jeno menatap mata itu semakin dalam sembari mengelus pipi Renjun dengan lembut.
"Ada apa? Kenapa menangis?"
Dengan posisi yang masih berada di atas, Renjun menumpukan tubuhnya.
"Aku tidak butuh 365 hari, Jeno."
Jeno mengerutkan dahinya.
"Kenapa?"
Renjun mulai menitikkan air mata.
"Karena aku mencintaimu."
Jeno tersenyum. Merasa dirinya salah mendengar.
"Katakan sekali lagi, Renjun."
Renjun mendekatkan tubuhnya dan menempelkan dahi nya ke dahi Jeno.
"Aku mencintaimu."
---
Pagi hari, keduanya tidur sembari berpelukan. Jeno, orang yang paling dahulu terbangun tersenyum melihat Renjun yang tidur telanjang memeluk dirinya. Jeno mengelus punggung Renjun hingga lelaki manis itu terbangun.
Mereka bertatapan kemudian tersenyum.
"Maukah kau menikah denganku?"
Sembari memeluk Jeno, Renjun memejamkan matanya. Berusaha mencerna perkataan Jeno. Renjun menatap Jeno diam namun begitu terkejut ketika sebuah cincin sudah melingkar di jemarinya.
"Oh my god."
Renjun menatap cincin itu dengan lekat.
"Apa maksud dari kata Oh My God? Apa artinya iya?"
Jeno tersenyum. Tangan Renjun yang memakai cincin itu ia bawa ke dada nya. Renjun tersenyum dan mengangguk kecil.
"Ya."
tbc
hai gais author back hehehe. katanya ada 365 days season 2 ya? ga sabar sama kisah masimo sama laura asli >____<
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (Noren) 🔞 ✔
FanfictionJeno menyukainya. Bahkan terobsesi. Ya, terobsesi pada Huang Renjun. Teradaptasi dari film asli nya, 365 Days. Namun ditambahkan sedikit oleh author.