6. Ganti baju

766 141 41
                                    

Selamat membacaa~~
Lagi produktif hehe.

Kalian tahu kan? Kebiasaan cowok
kalau selesai olaraga? Iya menguasai kelas untuk di jadikan tempat ganti baju.

Mungkin karena sifat para lelaki itu yang sedikit cuek, jadi mereka santai santai saja jika ada seseorang atau bahkan sekelompok orang mengintip mereka dari balik jendela.

Toh- mereka memang niat pamer.

"Aduh,"

Suara gaduhan dari Mingyu sukses membuat seluruh siswa dalam ruangan itu menoleh. Mingyu tampak jatuh dalam posisi nyungsep. Karena kakinya tidak sengaja bersilangan saat dia membuka atasannya.

Alhasil, bajunya tersangkut di ujung kepala dan posisinya menungging.

"Aduh aduh, tolong dong,"

Mingyu tampak berucap kesusahan dan tentu saja di pastikan banyak lelaki bergerombol yang ingin membantunya, tapi-

"Jauh jauh dari pacar gua, anying."

"Wuuuuuu~"

Jaehyun di soraki.

Pemuda itu mesem mesem ingin misuh, kemudian membantu Mingyu melepas bajunya lalu di ganti dengan baju almamater.

"Makasih yah, Sultan." ahh, tulus sekali pemuda itu ketika berbicara.

Jaehyun meleleh.

Hanya mampu mengangguk. Kemudian menarik tangan Mingyu kebelakang, agar mengganti celananya disana.

Sorakan kedua kembali terdengar.

Jaehyun sok memberikan seringai.

Karena hanya dia yang bisa melihat dimana Mingyu berganti baju.

Sumpah-

Kenapa bada cowok bisa sebagus dan semulus itu?

Jaehyun juga mulus, tapi kulit Mingyu seperti bercahaya, mengode untuk di sentuh-

Fuck.

Menggigit bibir bawahnya sendiri. Jaehyun berusaha menyakinkan dalam hati.

"Gua suka dia karena dia Saka. Bukan badan dia, bukan anjing, bukan, sadar Sultan."

"Nanti latihan nya lama?" tanya Mingyu tiba tiba, tidak sadar jika Jaehyun dari tadi hanya terdiam.

"Hah? Ahh, iya kalau hari Selasa Rabu latihannya 2 jam. Mau nemenin atau gua anter pulang dulu?"

Menggeleng kecil, Minggu lantas kembali berfokus pada pakaiannya. Di lipat rapi. Widih- niat sekali.

"Aku temenin aja yah, tapi pulang nanti kita mampir beli seblak di perempatan perumahan depan itu."

"Oh yang masuk gang?"

"Gak sampai kok, di belokan pas."

Mengangguk faham, Jaehyun lantas menarik Mingyu agar duduk di bangkunya, mengusir Hyunbin yang sudah tertidur dalam posisi mangap.

"Ah apaan sih, taik?" kesal Hyunbin

"Pindah depan. Duduk sama Gibran, sampai pelajaran terakhir aja." jawab Jaehyun sambil mengode dengan mengangkat dagunya.

Untung saja Hyunbin sabar.

Jika tidak- mungkin sudah dia ngap teman sebangkunya ini.

"Kasian si Devan," kata Mingyu kecil, sambil mendudukkan bokongnya pada tempat duduk Hyunbin.

"Santai aja." jawab Jaehyun seadanya. Toh emang iya kan?

"Sebenernya nanti aku ada jadwal badminton, ngajar adik kelas, soalnya waktu itu nolak mas Dimas, dia nyepam gak jelas di wa, kesel banget pengen aku blokir."

Mingyu meracau, tentang bagaimana besarnya kekesalan dia terhadap sang kakak kelas.

Jika saja-

Jika saja Taeil bukan ketua ekskul nya, mungkinkah Mingyu sudah mem black list orang itu dari daftar hidupnya.

Terlalu ribet.

Mingyu ikut inilah

Mingyu latihan tiap hari lah

Dikira Mingyu itu boneka nya paling?

Iya kalau di bayar-

Ini mah capek doang, mana adik kelasnya ngeselin, gak bisa di bilangin.

"Lapangan aja di bagi dua, emang kamu gak tau?"

"Oh?"

Jaehyun menyerengit, kemudian baru tersadar. Ah iya, tadi malam Pak Baekhyun bilang jika lapangan akan di bagi dua dengan anak badminton.

Berarti asiqqq-

Dia bisa melihat sang kekasih melatih.

"Yaudah nanti bareng ke gedungnya."

"Huum."

Beberapa jam setelahnya, pelajaran selesai, baik Mingyu maupun Jaehyun lantas berjalan sedikit cepat ke arah gedung, saling memberi salam berupa pelukan kecil, sebelum akhirnya menuju ruang ganti. Mengganti baju mereka kembali dengan seragam ekskul masing masing.

"KALAU SAYA BILANG SMASH YAH SMASH DEK, ITU TANGAN LEMES BANGET, GAK DI KASIH MAKAN SAMA ORTU KALIAN HAHH?"

Teriakan menggelegar itu jelas, menarik perhatian ekskul taekwondo. Di sana Mingyu dengan wajah kesal serta emosi tampak menunjuk kumpulan adek kelasnya yang membentuk lingkaran itu dengan raket ungu miliknya.

"Ulangi, servis bawah, servis atas, smash. 3 menit. Gak ada istirahat. Itungan 3,2,1, FAHAM?!"

"SIAP, FAHAM KAK!"

Setelahnya pemuda itu tampak berjalan menjauh. Duduk di pinggir lapangan, sambil meminum air di botolnya sendiri. Matanya tak henti menatap fokus ke arah kumpulan adik kelas itu.

"SMASH NYA PAKEK TENAGA, KALAU GAK NIAT GAK USAH IKUT BADMINTON. LEBIH CEPET!"

"SIAP KAK!"

Jaehyun tentu saja mendengar semua yang Mingyu teriakan. Hendak menghampiri sang kekasih, tapi kondisinya juga sedang sparing dengan asik kelas.

"Kurang tinggi kakinya."

Bugh

Jaehyun dengan kuat menendang salah satu kaki adek kelas laki laki. Tentu saja pemuda itu oleng kebelakang, tapi Jaehyun acuh.

"Yang perempuan lancarin dulu kuda kuda berdiri, gak lancar, tidak usah ikut tahap berikut nya."

"Baik kak."

Merasa tugasnya sudah sedikit longgar, Jaehyun benar benar berniat menghampiri sang kekasih, tapi-

Mingyu tampak tengah mengobrol hangat dengan seseorang.

Dan Jaehyun benci itu.
























































Fyi. Pengalaman di atas itu based true on story'. Hshs jadi aku sendiri senior badminton, yang harus ngajar adek kelas. Trust me, mereka itu susah banget di ajar, suruh berdiri buat pemanasan aja harus di bentak.

Wqwqww. Mendapat predikat senior tergalak.

PS. Raketku juga ungu, wkwk

🤡♥️♥️

Who?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang