6

250 48 13
                                    

Nanon berada di kamar mandi, mendinginkan kepalanya di bawah air shower yang mengalir. Mungkin dengan mandi bisa menenangkan pikiran dan juga hatinya. Sementara itu Chimon yang tadi meninggalkan Nanon kini sedang sibuk membereskan kamar.

Nanon pun selesai mandi dan menghampiri Chimon. Dilihatnya Chimon masih tidak merespon kedatangannya.

"Chi, maaf ya." Nanon menghampiri Chimon dan mengusap rambutnya pelan.

"Nanon sudah tidak marah lagi?" Ucap Chimon.

Nanon mengangguk tanda mengiyakan.

"Sebenarnya aku bukan marah padamu sih. Cuman aku khawatir, jadi ya emosi."

"Maafin Chimon juga ya. Chimon janji akan menjadi pacar yang baik untuk Nanon!" Ucap Chimon sambil tersenyum lebar, membuat jantung Nanon berdebar-debar.

"Eh kenapa mukamu merah, Nanon sakit?" Tanya Chimon.

Tentu saja muka merahnya saat ini karena salah tingkah melihat tingkah Chimon yang menggemaskan. Memang Nanon sepertinya tidak bisa marah berlama-lama pada Chimon. Tiba-tiba Chimon memegang kening Nanon untuk memeriksa suhunya.

"Hmm tidak panas sih. Eh telingamu juga jadi merah."

Chimon kini malah memegang telinga Nanon yang tentu saja tidak membantu sama sekali.

"Err Chi kalau kau seperti ini aku bisa memakanmu lho." Ucap Nanon

"Eh aku dimakan? Nanon kau kanibal?!"

Nanon yang mendengar itu hanya menghela nafasnya dan melengos pergi meninggalkan Chimon yang masih bingung.

"Haa, lupakan. Dan aku bukan kanibal, enak saja bilang aku kanibal." Ucapnya.

---oOOo---

Nanon, Frank, dan Drake sedang ada di kantin kampus membahas rencana mereka di weekend nanti.

"Pokoknya kau harus ajak Chimon juga." Ucap Frank.

"Pasti lah, memangnya aku mau jadi nyamuk di antara kalian berdua?"

"Oh iya, kau sekalian belikan dia pakaian atau apalah." Ucap Drake

"Belikan dia hp untuk komunikasi juga." Tambah Frank

"Iya dong pastinya."

'Hmm selamat tinggal tabunganku.' Nanon membatin dalam hati.

Ternyata punya pacar butuh modal juga ya, pikir Nanon. Tapi kalau pacarnya Chimon sih, Nanon rela jadi bucin. Frank dan Drake yang melihat Nanon senyum-senyum sendiri hanya bisa saling pandang.

"Dia malah asik dengan lamunannya." Ucap Drake.

"Biasalah, masih awal pacaran." Frank hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Nanon.

"Aku jadi ingat masa-masa awal berpacaran denganmu. Rasanya memang manis." Ucap Drake sambil mengedipkan sebelah matanya pada Frank.

"Terus, sekarang jadi hambar?"

"Makin manis dong. Semanis kamu."

Frank hanya mengulum senyumnya, berusaha menahan agar tidak terlihat salting.

"Halah, jangan ditahan senyumnya."

"Siapa juga yang mau senyum? Aku tidak lemah dengan gombalan." Padahal dalam hati Frank membatin, 'sial, aku masih saja lemah menghadapi gombalan Drake.'

Di sisi lain, Nanon mulai tersadar kalau ia jadi nyamuk lagi di antara mereka berdua.

"Oi kalian ngapain asik berdua?!"

My Virtual BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang