Seperti biasa, Nanon, Frank, dan Drake sedang berjalan di lorong kampus, mereka baru saja beres kelas.
"Tuh kan bener, yang aku lihat waktu itu Prim!" Ucap Drake setelah Nanon memberitahu mereka kalau kemarin ia bertemu Prim.
"Jadi kalian mengobrol?" Tanya Frank
"Iya lah, memangnya ada penghalang buat ngobrol? Kami kan teman." Ucap Nanon dengan santai.
"Iya sih..." Ucap Frank
"Tapi kau sendiri bagaimana? Kau masih menyukainya?" Tanya Drake.
Nanon mengambil waktu yang lama sebelum menjawab. Ia terlihat bimbang.
"Itu...waktu SMA, cuman cinta monyet. Jadi aku tidak menyukainya lagi." Ucap Nanon.
Frank dan Drake saling tatap, mereka tahu kalau Nanon itu orang yang susah move on. Bisa dikatakan bucin? Entahlah. Yang pasti mereka berdua tidak yakin kalau Nanon sudah sepenuhnya move on.
"Sepertinya-" Drake yang buka suara langsung dipotong oleh Frank. Ia tahu kalau suasana hati Nanon sudah mulai gloomy, dan ia juga tahu kalau Drake kadang suka tidak sadar situasi.
"Drake?"
"Hah?"
Frank pun memberikan kode agar Drake ikut denganya.
"Oh i iya, kita ada janji."
"Kami pergi duluan ya Non!" Frank dan Drake melambaikan tangan mereka, meninggalkan Nanon dengan buru-buru.
"Oke, aku juga mau pergi ke kafe hari ini." Ucap Nanon melambaikan tangan pada mereka berdua.
-oooo-
"Mon, lihat tuh ada Nanon di luar." Gun yang melihat Nanon sedang berjalan menuju kafenya pun mencolek bahu Chimon.
Chimon yang tengah mengelap meja pun melirik ke arah yang ditunjuk Gun. Nanon kini sudah masuk kafe dan tersenyum ke arahnya.
"Nanon!" Chimon menghampiri Nanon dengan setengah berlari.
Karena panggilan Chimon tersebut membuat beberapa pengunjung kafe sedikit melirik ke arah mereka.
‘Eh tunggu, itu kan Nanon?’ Salah seorang mahasiswi yang mengenali Nanon lalu diam-diam memotret mereka dan menyebarkannya di suatu grup khusus.
Nanon mengusap-ngusap rambut Chimon. Gun yang melihatnya hanya tersenyum miris karena hal tersebut membuatnya makin merindukan Off.
“Oke anak-anak, sudah cukup pacarannya.” Gun menghampiri mereka berdua membuat Nanon menjadi salah tingkah.
“Oke, Chi kau bekerja dulu sana.” Ucap Nanon.
“Aku sedang bekerja kok, aku kan akan mencatat pesananmu.”
Ucap Chimon.“Apapun yang kau rekomendasikan untukku pasti aku pesan.” Ucap Nanon sambil mencium kening Chimon sekilas.
Gun hanya bisa mengelus dada melihat hal-hal bucin khas pacaran anak muda. Tapi tidak apa-apa lah, selagi mereka berdua memberikannya keuntungan, ia akan tahan melihat kebucinan mereka.
-oooo-
Nanon menatap langit-langit kamarnya dengan sendu. Ia harusnya senang karena akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan Prim, bahkan bisa satu kampus. Tapi di satu sisi ia juga sudah mulai melupakan Prim, jadi apakah semua hal yang ia lakukan untuk move on jadi sia-sia?
*flashback
Saat itu adalah perpisahan SMA. Seluruh seragam anak-anak kelas 3 sudah penuh dengan stiker dan coretan. Semakin populer, maka semakin banyak coretannya.
"Non, lihat itu Prim sedang sendiri. Cepat kau katakan perasaanmu." Ucap Drake.
Nanon kala itu masih belum menjadi anak populer seperti sekarang. Mungkin bisa dibilang sedikit cupu secara penampilan.
"Kalian yakin?" Tanya Nanon.
"Ayo, kapan lagi Non." Ucap Frank.
Nanon pun segera menghampiri Prim. Ia memang sudah bertekad bahwa ia akan menyatakan perasaannya. Tapi kadang nyalinya naik turun ketika di dekat Prim.
Prim adalah orang yang mampu membuatnya berdebar. Sebetulnya siapa sih yang tidak naksir dengan salah satu primadona di sekolahnya itu? Paras cantik, pintar, berprestasi, dan juga kaya. Rasanya titel 'sempurna' melekat di namanya.
Tapi bukan itu alasan Nanon menyukai Prim. Ia menyukai Prim karena menurutnya Prim baik dan sangat peduli pada orang lain, terbukti saat Nanon melihatnya tengah menuntun anak kecil yang terpisah dari ibunya.
Nanon tersenyum ketika mengingat hal itu. Dengan langkah yang mantap, ia pun menghampiri Prim dan menyapanya. Yang disapa pun menyapa balik dengan senyum manis di wajahnya.
*flashback off
'Haa, padahal itu sudah lama tapi kenapa aku jadi ingat lagi sih.' Batin Nanon. Ia jadi teringat lagi kejadian Prim menolaknya waktu itu. Tentu saja Prim tidak menolak mentah-mentah, ia menolak dengan baik-baik karena alasan ia ingin fokus belajar di luar negeri.
"Non..."
Tanpa Nanon sadari, Chimon sudah berada di sampingnya.
"Eh Chi?"
"Kau sedang melamunkan apa Non? Kau tidak menjawabku daritadi."
"Enggak kok cuma... Hal kecil."
Chimon hanya ber 'oh' ria.
"Oh iya Nanon, ajari aku lagi menjadi seorang manusia!"
"Hmm, kita lihat ya apa yang belum kau pelajari..." Pikiran Nanon pun menerawang.
"Emm sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu."
"Apa?"
"Apakah kita harus bertengkar?"
"Hah?? Kenapa tiba-tiba?"
"Soalnya phi gun menanyakan apakah kita pernah bertengkar. Phi gun juga bilang kalau bertengkar itu hal yang wajar seperti bumbu-bumbu dalam hubungan." Ucap Chimon panjang lebar.
"Bertengkar itu memang hal wajar. Tapi bukan berarti kita harus paksakan untuk bertengkar juga Chi." Ucap Nanon sambil tertawa kecil.
'Bumbu-bumbu dalam hubungan ya? Hmm sepertinya aku terpikirkan sesuatu yang menarik.' Batin Nanon.
"Hmm, sebenarmya ada hal lain yang bisa jadi bumbu dalam hubungan." Ucap Nanon dengan senyum yang mencurigakan. Sejenak ia melupakan kegalauannya tadi.
"Hah apa itu?" Chimon mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lugu.
Tanpa jawaban yang jelas, Nanon mendorong Chimon sampai terlentang di kasur. Ia menatap Chimon dengan lekat. Dalam hatinya ia bergumam manis berulang kali.
Tangannya menelusuri wajah, leher, dan berakhir menelusup di bawah baju Chimon.
"Nanon? Emm ini apa?" Chimon merasakan sesuatu yang aneh dan berbeda. Entahlah, debar jantungnya serasa meningkat dan mukanya memerah.
"Aku ingin mengajarimu sesuatu, tapi kalau kau tidak mau-"
"Aku mau." Tapi tentu saja demi belajar jadi manusia, Chimon sih setuju-setuju saja.
Nanon tersenyum kecil melihat respon dari Chimon. Sekarang ia hanya tinggal berharap agar Chimon tidak glitching lagi seperti waktu itu di tengah 'aktivitas' mereka.
"Perhatikan dan ikuti saja oke?" Nanon kemudian mengecup bibir cherry Chimon.
"Mmm..."
-TBC-
Jangan gebuk gue ya gais dengan chap yang singkat ini. Silahkan adegan selanjutnya diimajinasikan terserah kalian mau gimana wkwk 🌚. Makasih buat yang udah vote dan add library, love u so muchh.
Bakal slow update banget, tapi doain aja ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Virtual Boyfriend
RomantikBagaimana jadinya bila pacar virtualmu tiba-tiba jadi nyata? Warn: BL, jadi jangan protes yaw :( Pair: namon, drakefrank/frankdrake.