Chimon akhirnya sudah bisa kembali kerja di kafe. Gun tentu sangat senang karena ada yang bisa membantunya lagi.
"Tau tidak pas kau sakit, kafe kedatangan banyak orang. Aku sampai kewalahan, akhirnya aku dibantu Off sepulang dia dari tempat kerjanya." Ucap Gun curhat.
"Tapi lihat, pas kau masuk hari ini, kafe malah sepi. Ckckck." Gun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Maaf ya phi, aku tidak bisa kerja kemarin."
"Hush, jangan minta maaf. Kesehatan itu nomer satu. Aku juga tidak mau kalau kau tiba-tiba pingsan pas kerja. Jadi jaga kesehatanmu, oke?" Gun menepuk-nepuk pundak Chimon seperti orang tua pada anaknya sendiri.
"Siap phi!"
"Oh ngomong-ngomong, maaf ya kalau aku panik menghubungimu terus. Habisnya Nanon mengabariku dengan nada panik."
"Eh iya kah phi? Aku tidak mengerti kenapa dia harus panik."
"Panik lah melihat orang yang dicintainya pingsan." Ucap Gun heran dengan kepolosan Chimon yang kadang melebihi kadar orang biasa.
"Ngomong-ngomong kalian sudah berapa lama pacarannya?"
"Sekitar empat bulan."
"Wah masih baru. Pantas lagi bucin-bucinnya. Aku jadi ingat masa-masa awal pacaran dulu."
Gun menerawang lagi ke ingatan masa lalunya yang sedang berpacaran dengan Off saat masa sekolah dulu. Tapi bukan berarti hubungannya sekarang tidak lagi romantis, bertambah malah. Hanya saja bedanya sekarang mereka lebih dewasa lagi dalam membina hubungan.
"Eh ngomong-ngomong kalian pernah bertengkar?" Lanjut Gun.
"Hmm belum? Memangnya harus bertengkar ya phi?" Tanya Chimon lagi-lagi dengan polosnya.
"Bukan gitu, cuman ya namanya pasangan pasti ada berantem-berantemnya. Anggap saja lah itu bumbu-bumbu di hubungan kalian." Gun gemas sendiri melihat Chimon yang polos seperti bayi. Rasanya ia ingin benar-benar mengadopsinya sebagai anak. Kira-kira Off akan setuju tidak ya? Pikir Gun.
"Ohh gitu phi. Tapi aku tidak mau ah kalau harus bertengkar sama Nanon."
"Ya mana ada orang yang mau bertengkar dengan pacarnya." Ucap Gun sambil tertawa kecil.
Selagi mereka mengobrol, pintu kafe terbuka. Seorang perempuan dengan pakaian minimalis namun tetap modis itu masuk ke ruangan kafe.
"Selamat datang, silahkan mau pesan apa?" Chimon yang melihatnya langsung menyambut pelanggan itu.
"Hmm, aku pesan americano saja satu."
"Baik, satu americano ya."
"Oh maaf sebelumnya aku mau tanya, kalau Kampus GMM ada di sebelah mana ya?"
Untungnya Chimon punya ingatan fotografis sebagai AI, jadi dia ingat betul arahnya. Apalagi kampus itu adalah kampus dimana pacarnya sendiri jadi mahasiswa di sana.
"Ohh, kau tinggal lurus ke perempatan terus belok kiri." Ucap Chimon.
"Oke, terima kasih!" Ucap wanita ini dengan senyum yang manis.
-ooooo-
Sementara itu, Nanon dan Frank sedang makan di kantin kampus seperti biasa. Mereka menunggu Drake menyelesaikan kelasnya.
"Bagus, bagus. Kalian sudah makan duluan tanpa mengajakku." Drake yang baru saja datang bergabung kemudian mendudukkan dirinya dengan kesal di bangku.
"Ih, baru juga datang makanannya." Frank memutar bola matanya.
"Udah jangan ribut, Drake pesen dulu sana." Ucap Nanon tidak ingin ada pertengkaran rumah tangga ada di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Virtual Boyfriend
RomanceBagaimana jadinya bila pacar virtualmu tiba-tiba jadi nyata? Warn: BL, jadi jangan protes yaw :( Pair: namon, drakefrank/frankdrake.