14

73 13 10
                                    

Pagi yang indah untuk seorang Nanon Korapat. Tentu saja indah karena... Ya tentu saja apalagi kalau bukan melakukan hal yang 'menyenangkan' dengan Chimon.

"Hoahemm," Nanon pun terbangun dan mendapati Chimon masih tertidur di dekapannya.

Kalau bisa sih Nanon ingin meloncat-loncat sekarang tapi karena takut Chimon nanti jadi bangun, ia pun hanya bisa tersenyum sambil sesekali mengecup pelan pipi dan kepala Chimon.

'Hmm indahnya dunia' Batin Nanon.

Sementara itu Chimon hanya menggeliat sedikit dan melanjutkan tidur indahnya itu. Dekapan seorang Nanon Korapat memang sehangat itu bagi Chimon. Nanon pun menyusul Chimon untuk tidur selama beberapa menit ke depan.

-ooooo-

"Morning, Chi." Nanon yang baru saja mempersiapkan makanan di meja, menyambut Chimon yang sedang mengucek matanya.

"Morning Nanon-mphh."

Bibir Chimon dibungkam begitu saja oleh Nanon dengan sedikit melumatnya. Oh tentu saja Nanon menjadi lebih berani sekarang, setelah melakukan kegiatan panas mereka yang pertama tadi malam.

"Nanon!" Chimon kemudian mendorong bahu Nanon karena ia butuh bernafas, sementara itu Nanon hanya nyengir saja.

"Itu namanya morning kiss, Chi."

"Begitu? Berarti nanti ada afternoon kiss sama night kiss juga?"

"Hahaha, bukan begitu Chi. Lagipula, aku bisa melakukan kapanpun kau mau." Ucap Nanon sambil smirk, membuat Chimon tiba-tiba merinding entah kenapa.

"Sudah sana berangkat, Non." Ucap Chimon yang sepertinya sudah salah tingkah.

Nanon yang melihat itu hanya tertawa kecil.

"Nanti aku akan pulang terlambat, jadi kau pulang duluan saja ya. Jangan lupa kabari kalau sudah sampai."

Chimon mengangguk sambil memperlihatkan senyum manisnya yang mampu membuat Nanon kini berbalik salting.

-ooooo-

Prim menatap kafe yang ia kungjungi tempo hari tersebut dengan perasaan bimbang. Niatnya ia ingin menjadikan kafe itu sebagai spot favoritnya untuk nongkrong sambil menyiapkan diri untuk semester baru. Tapi kini pudar karena ia akan melihat pacar Nanon setiap hari.

Well, kenapa itu sangat mempengaruhinya padahal ia bukan siapa-siapa? Itu karena sebenarnya ia menyimpan perasaan yang sama pada Nanon. Perasaan itu berbalas sebenarnya, jika saja tidak ada 'penghalang' pada saat itu.

"Aku kira aku tak akan pernah diberi kesempatan kedua seperti ini. Kalau aku diberi kesempatan kedua seperti ini, artinya aku masih bisa memilikinya kan?" Batin Prim.

"Oh, halo..." Suara lembut di belakangnya membuat Prim menoleh dan mendapati seseorang yang baru saja ia temui beberapa waktu lalu, Chimon.

"Oh Chimon? Benar kan?" Meski ia merasa malas, ia tetap memaksakan senyum sebagai formalitas.

"Iya, kau mau berkunjung? Kebetulan kami sebentar lagi memang mau buka kok. Tunggu saja di dalam." Ucap Chimon. Chimon diajari oleh Gun untuk selalu ramah dan memberi bantuan. Itu akan membuatnya menjadi pelayan yang baik dan mengundang pelanggan ke kafenya.

"Err, tidak perlu, aku akan ke perpustakaan. Mau bertemu Nanon juga." Tiba-tiba saja Prim ingin melihat reaksi Chimon jika ia mengatakan hal itu. Sepertinya akan menarik.

"Ohh bertemu dengan Nanon?"

"Iya, Nanon memang tidak bilang apapun?"

"Tidak..." Terlihat perubahan ekspresi Chimon menjadi bingung. Chimon bingung apa Nanon pernah bilang hal itu ya?

"Oh ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu. Senang bertemu denganmu Chimon." Ucap Prim dengan senyum termanis yang bisa ia berikan untuk menyamarkan rasa kemenangan di dalam hatinya.

'Dia pasti cemburu kan?'

-oooo-

Nanon pulang dengan wajah yang berseri-seri. Di genggaman tangannya kini terdapat kue mochi yang ia dapat di toko yang baru saja buka.

"Aku pulang."

Chimon yang sedang menonton TV pun menghampiri Nanon.

"Lihat Chi, aku bawa apa coba tebak?"

"Emm..."

"Tapi jangan bilang omelet ya, aku tidak capek-capek hanya untuk beli omelet." Ucap Nanon sambil terkekeh.

"Apa dong, hmm snack?"

"Ya bisa jadi... Hampir."

"Donat?"

"Noo."

"Aku perlu clue, Nanon."

"Makanan ini mirip kamu."

"Emm, kue bulan?" Entahlah Chimon rasanya sudah menyerah karena tidak bisa memikirkan apapun makanan yang mirip dirinya.

"Bukann. Jawabannya adalah mochi!" Ucap Nanon sambil menyodorkan kotak berisi banyak kue mochi.

"Kenapa mochi mirip denganku, Nanon?"

Nanon tersenyum jahil kemudian ia meraih wajah Chimon dan mencubit pipi chubbynya.

"Ehh Nanon, sakit tau!"

"Ya karena itu alasannya. Kamu kenyal seperti mochi ini." Ucap Nanon kemudian menciumi pipi Chimon gemas.

"Ahahah, hentikan Nanon!" Chimon yang merasa geli pun hanya bisa pasrah dengan serangan bertubi tubi Nanon.

Setelah adegan romantis kecil-kecilan itu, mereka pun menghabiskan kue mochi yang tadi dibeli Nanon. Chimon kini tengah bersandar di bahu Nanon sambil menonton TV.

"Oh iya, aku baru ingat. Tadi di kampus kamu bertemu Prim tidak?" Tanya Chimon.

"Hah, aku tidak pernah ketemu Prim. Memang kata siapa?"

"Prim tadi bilang padaku. Tadi ketemu di kafe."

"Mungkin dia mau menemuiku tapi tidak jadi." Ucap Nanon sambil mencomot mochi terakhirnya.

Chimon pun terdiam. Ia menatap wajah Nanon dari samping, tanpa Nanon sadari. Sepertinya Nanon tidak bohong padanya. Eh kenapa pula ia jadi kepikiran hal ini ya. Ada rasa mengganjal di hatinya ketika ia memikirkan Prim dan Nanon.

Perasaan apakah ini?

Apakah perasaan seorang manusia selalu serumit ini?

-TBC-

NB: hai guys, apakah masih ada yg menunggu ff absurd ini? 😂 Gatau kenapa gue tiba² pingin up aja. Kangen namon jujur, masib ada gak ya kesempatan mereka jadi pair 🥲 *ayomenangis

Oke kalau suka boleh vote + comment ya, ramaikann 😁

Baca juga ff ku yang lain ☺ *promosiagain

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Virtual BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang