Karina memasuki ruangan kepala akademi bersama wanita penyihir yang namanya ternyata adalah Rose, dia penyihir tingkat tiga milik menara sihir merah yang berada di perbatasan Zenith dengan kerajaan tetangga, Welsh.
Dia juga merupakan senior Karina yang saat ini berada di tahun keempatnya di akademi Arcadia, dan sebentar lagi lulus.
"Ada apa Rose? Apa sesuatu terjadi?" Kepala akademi, Viscount Zell Woodlin seorang bangsawan yang telah memimpin Arcadia selama hampir lima tahun belakangan ini. Dia merupakan putra kedua Marquis Woodlin yang terkenal karena prestasinya dan kejeniusannya dibidang akademik yang kemudian terpilih untuk menjadi pengurus Arcadia.
Karina memperhatikan sebentar Viscount Zell yang terlihat masih muda, kira-kira umurnya masih diawal kepala tiga. Dari wajahnya terlihat kalau dia orang yang memiliki kharisma dan wibawa yang mampu membuat orang sekitarnya takjub. Dia jenius yang mampu membawa perubahan besar ke Arcadia sehingga akademi ini menjadi terkenal di benua Eden.
"Kita memiliki jenius dalam sihir Sir. Lady Winston memiliki potensi tak terbatas hingga bola mana pecah ketika pengukuran."
Viscount Zell terbelalak menoleh ke arah Karina sesaat namun dia kembali menenangkan ekspresinya dan berdeham, "Panggil Airen, setelah itu lanjutkan tugasmu."
"Baik Sir." Rose tersenyum penuh antisipasi, baru kali ini mereka mendapatkan bakat seperti ini selama ratusan tahun terakhir. Penyihir paling terkenal yang bisa menembus hingga tingkat ke delapan yang dunia tahu hanyalah satu orang, yaitu Archmage Valdy, dan sosoknya tiba-tiba menghilang hingga semua orang yakin kalau dia sudah mati disuatu tempat. Dan penyihir tertinggi yang dimiliki dunia saat ini hanyalah penyihir tingkat tujuh yang hanya dimiliki beberapa kerajaan diseluruh benua.
"Maaf Lady, kau harus menunggu sebentar." Viscount Zell mempersilahkan Karina duduk, seraya menyuruh asistennya yang berada di ruang sebelah untuk membuatkan teh.
"Tidak masalah." Balas Karina singkat seraya mengerutkan kening saat melihat teh yang sudah disajikan dihadapannya. Setiap kali dia melihat teh dia akan teringat saat-saat dia mati, jadi dia membencinya. Namun, demi kesopanan Karina pura-pura meminumnya dihadapan Viscount Zell.
Karina dan Viscount Zell berbincang-bincang seputar akademi Arcadia, namun tentu saja percakapan itu didominasi oleh Viscount Zell, sementara Karina hanya menyimak dan sesekali menanggapi.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan suara nyaring, seorang wanita berambut hitam legam dengan paras cantik menatap ke arah Karina penasaran, "Apa itu kau?"
"Ya?"
"Si jenius yang dikatakan Rose." Katanya seraya mendekati Karina dan menatapnya serius.
Viscount Zell berdeham lalu menarik lengan Airen, "Airen, perhatikan sikapmu." Tegur Viscount halus.
Karina tanpa sadar menggunakan kekuatannya dan bisa melihat aura pucat merah muda disekitar Viscount. Ini pertama kalinya dia melihat yang seperti ini di kehidupan keduanya. Karina hanya pernah melihat aura ini ketika ayahnya, Jeremy berbicara dengan ibu tirinya atau Winter. Itu warna cinta dan kasih sayang. Kini dia tanpa sengaja mengetahui hubungan kedua orang itu yang ternyata sepasang kekasih.
Airen tersenyum malu mendengar teguran itu, namun dia kembali menatap Karina penuh antisipasi. Auranya yang tadi bersinar merah muda lembut kini berubah menjadi hijau tiba-tiba. Airen pasti sangat penasaran tentang dirinya. Airen memandang Karina dari atas hingga bawah, berusaha memindai penampilannya. "Namamu Karina? Apa nama belakangmu?"
"Winston."
"Ah, kau Lady Winston tunangan pangeran Jaesar." Airen langsung mengenalinya. Namun Karina mengernyitkan dahinya, merasa tak suka ketika Airen menyebutnya tunangan Jaesar. Padahal dia sudah meminta membatalkan pertunangannya, namun sepertinya Jaesar belum membiarkan publik tahu tentang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Queen
Fantasy🌸3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia tak mencintai Raja, dan buta akan perasaannya saat itu. Mungkin hidupnya tak akan menjadi neraka seperti ini. *** Karina menyingkirkan semua...