Bab 9 - Tepi Danau

17.3K 3K 174
                                    

Setelah menumpahkan semua yang dia ingin katakan pada Jaesar, Karina berjalan cepat tanpa arah hingga akhirnya tanpa sadar dia sampai ke tepi danau yang berada jauh dari akademi dan berada di belakang kawasan asrama.

"Wah." Karina menjatuhkan dirinya dan beringsut duduk di tepi danau. Karina menatap tangan kirinya yang dibalut perban, "Sakit sekali."

Dia tak mampu menahannya lagi dan terisak hebat sambil menangkupkan wajahnya di lutut. Karina merasakan sakit ditangannya, namun luka dihatinya terasa lebih sakit dari itu.

Karina terus menangis seraya teringat bagaimana Jaesar memperlakukan dirinya dulu di kehidupan sebelumnya, dan juga perlakuan tak adil orang-orang disekitarnya, termasuk Duke Jeremy yang merupakan ayah kandungnya.

Saat dia berhenti menangis dan mengangkat kembali wajahnya, hari mulai gelap. Karina memandang kosong pada matahari yang mulai terbenam di hadapannya. Bayangan matahari dan cahaya jingganya memantul di permukaan danau yang luas, pemandangan itu sangat indah hingga membuat suasana hati Karina membaik.

"Cantik." Gumamnya terus melihat pemandangan itu. Saat hari semakin gelap, Karina terus memandang pada pantulan wajahnya yang air danau. Dia berjongkok lama sekali sampai hari menjadi benar-benar gelap. Saat itu, sebuah pikiran terbesit dibenaknya.

Apakah danau ini dalam? Apa dia akan mati jika melompat ke danau? Apa gunanya dia hidup? Haruskah dia melompat?

Karina perlahan mencelupkan ujung jari-jari tangannya ke air. Air itu terasa dingin. Tentu saja, ini hampir memasuki musim dingin. Setidaknya jika dia tak bisa mati tenggelam, dia mungkin akan mati kedinginan.

Karina berdiri, masih sambil memandang ke danau. Perlahan dia semakin maju melangkah ke tepian dan...

Byur!

Dia melompat kedanau.

"Hey! Berhenti!"

Karina membuka matanya di dalam air. Dia mendengar suara seseorang ketika melompat. Karina merasakan kakinya menyentuh tanah dan akhirnya kepalanya keluar diatas permukaan. Rupanya itu tidak dalam. Ketika Karina berdiri, ketinggian air hanya menyentuh dadanya.

Saat itu Karina melihat seorang berambut abu-abu yang dikenalnya hampir saja ikut melompat ke danau, namun berhenti ketika melihat kepala Karina muncul dipermukaan.

"Yang Mulia?" Ujar Karina menatap Jaden dengan bingung. "Apa yang kau lakukan?"

Jaden menatapnya dengan ekspresi rumit dan membalas, "Seharusnya itu pertanyaanku. Apa yang kau lakukan?"

Jaden mengulurkan tangannya ke arah Karina untuk membantunya keluar dari danau. Karina memandang uluran tangan itu sejenak dan barulah kemudian menerimanya. Karina naik kepermukaan dengan basah kuyup dan menggigil kedinginan.

"Apa kau sudah gila? Kenapa melompat ke danau?!" Hardik Jaden lagi, dia sangat ketakutan saat melihat Karina melompat ke danau tadi. Awalnya Jaden hanya akan pura-pura tak melihat Karina. Ini adalah tempat favoritnya untuk melihat matahari terbenam. Jika Jaden punya waktu, dia akan menyempatkan diri untuk ketempat ini dan duduk di bawah pohon besar yang tak jauh dari pinggir danau.

Namun, saat dia tengah duduk dan bersandar dibalik pohon menunggu datangnya malam untuk melihat pemandangan itu, Karina datang dan dia menangis hampir satu jam lamanya. Jaden sengaja tak muncul dihadapan Karina karena tak ingin membuatnya malu. Jadi dia menunggu Karina pergi dari sana dan barulah setelah itu dia akan pergi.

Namun karena Karina berhenti menangis dan tak ada suara sama sekali, Jaden akhirnya mengintipnya dari balik pohon dengan penasaran. Saat itu dia melihat Karina dengan kosong menatap danau, yang membuatnya menjadi khawatir dan berprasangka buruk. Dan benar saja, kekhawatirannya terbukti saat melihat gadis itu berusaha melompat.

Villainess QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang