Jaden menggenggam erat tangan Karina dan membawanya ke tempat sepi dan tenang yaitu pinggir danau. Tempat favorit Jaden sekaligus tempat pertemuan mereka pertama kali yang sangat berkesan.
Karina masih terisak pelan, dia menunduk dalam-dalam berusaha menyembunyikan matanya yang memerah dan bengkak, ditambah lagi wajahnya juga ikut membengkak karena perbuatan Jeremy. Dia yakin wajahnya saat ini sangat kacau sehingga dia malu untuk menunjukkannya pada Jaden.
"Tenanglah, aku akan membantumu. Jangan khawatir." Jaden berkata lembut seraya membelai kepala Karina, berusaha menenangkan hatinya.
Karina yang mendengar itu menjadi lebih tenang dan mengangguk kecil. Perlahan isak tangisnya mereda dan lama kelamaan berhenti. Sementara Jaden menarik dagu Karina agar mendongak ke atas berusaha memeriksa pipi Karina yang masih merah membengkak. Entah mengapa Jaden sangat marah, dia hampir tak bisa mengendalikan amarahnya tadi saat menghadapi Duke Jeremy. Kalau saja Jeremy masih tetap kukuh maju tadi saat Jaden memperingatkannya, mungkin Jeremy akan mati ditangannya.
Jaden perlahan menyentuh pinggir pipi Karina dengan lembut sementara ringisan pelan keluar dari mulut Karina. Jaden mendengus kesal melihat itu dan beberapa saat kemudian cahaya hijau keluar dari tangannya dan membalut pipi Karina.
Perlahan rasa menyengat dan panas dipipinya menghilang dan digantikan dengan rasa dingin dan nyaman yang keluar dari sentuhan Jaden dipipinya. Itu sihir penyembuhan. Karina terkejut, tak menyangka Jaden bisa menggunakan sihir meskipun divisi yang dipilihnya adalah Ksatria. Itu tandanya Jaden juga memiliki bakat sihir.
Perlahan pipi Karina yang membengkak menjadi lebih baik namun, masih belum sembuh sepenuhnya dan terlihat kemerahan yang masih kentara.
"Terasa lebih baik?" Jaden tersenyum lembut.
Karina melirik ke arahnya dan mengangguk. Dia menghapus sisa-sisa air matanya lalu menoleh ke arah pemandangan danau dihadapannya.
"Selalu saja seperti ini." Karina tersenyum kecil sambil menghembuskan napas.
"Apanya?" Jaden tak mengerti.
Karina kembali memandang Jaden sambil kerkekeh geli, "Kau selalu muncul disaat aku terlihat kacau."
"Tidak apa-apa, kau tetap cantik meski begitu." Balas Jaden spontan, yang membuat dirinya tergagap dan malu sendiri sesaat kemudian. Karina yang mendengarnya juga langsung menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah seraya melihat ke arah lain.
"Terima kasih." Ujar Karina pelan sambil menatap ke arah danau. Meski matahari masih tinggi, namun udara dingin musim dingin masihlah terasa menusuk dikulit. Jaden yang khawatir langsung melepas mantel luarnya dan langsung memakaikannya dipundak Karina. Karina hanya diam, padahal dia bisa saja menggunakan sihirnya untuk menghangatkan tubuh, namun dia tak melakukannya dan membiarkan Jaden merawat dirinya. Dadanya berdesir hangat saat mendapat perlakuan seperti itu, rasanya ini selama ini dia inginkan dari Jaesar namun tak pernah dia dapatkan.
Kalau dipikir-pikir, apakah Jaden di kehidupan sebelumnya sebaik ini juga padanya?
Perlahan Karina mengerutkan keningnya, rasanya ada yang aneh. Entah mengapa dia tak bisa mengingat sosok Jaden dikehidupan sebelumnya. Tidak, Karina merasa dia setidaknya pernah beberapa kali bertemu Jaden saat dia mengunjungi istana dulu. Tapi... Karina tidak ingat sama sekali.
"Hmm." Tanpa sadar Karina memegang pelipisnya berusaha mengingat hal tentang Jaden, namun saat dia melakukan itu kepalanya berdenyut sakit.
"Ada apa? Apa pipimu masih sakit?" Jaden menatap Karina cemas.
Karina yang tersadar dari lamunannya cepat-cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya teringat sesuatu."
"Tentang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Queen
Fantasy🌸3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia tak mencintai Raja, dan buta akan perasaannya saat itu. Mungkin hidupnya tak akan menjadi neraka seperti ini. *** Karina menyingkirkan semua...