Bab 11 - Misunderstanding

591 74 8
                                    

Sebelumnya...

Disebuah rumah berlantai dua yang disewa Johnny selama berada di kota Solo...

Tepat pukul 10 malam Echan keluar dari kamarnya untuk makan malam. Anak muda pemilik nama lengkap Richie Sean Pranajaya itu memang telat makan malam mengingat dia tidak sempat makan karena kesibukannya mengikuti serangkaian acara lamaran yang digabung dalam acara midodareni sang kakak tercinta. Besok merupakan hari pernikahan Rose dan Jisoo.

Kala melewati kamar orang tuanya samar-samar Echan mendengar percakapan antara sang mama dan papa. Bukan maksud ingin menguping, namun rasa penasaranlah yang membuat Echan mendekat ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Ga kerasa ya Pa besok teteh akan jadi istri orang.. Tanggung jawab kita sebagai orang tua teteh juga bakal digantikan oleh Jisoo. Mama ga menyangka kita juga bakal punya cucu." Ucap Joy penuh keharuan. Sedangkan Johnny hanya menatap istrinya dengan senyum tipis.

"Mama ga sabar deh pengen cepet ketemu cucu kita pa.."

"Papa.. Papa kenapa sih mama ajak ngobrol kok cuma diem aja?" Protes Joy saat Johnny tidak menanggapi ucapannya.

"Sejujurnya... Papa masih berat melepas teteh untuk Jisoo ma." Ucap Johnny sendu, dengan mata sedikit berkaca.

"Kenapa pa? Mama lihat Jisoo sudah berubah kok" Ucap Joy yang duduk di ranjang sementara Johnny duduk di kursi berhadapan dengan Joy.

"Entah.. Tapi perasaan papa mengatakan sebaliknya. Papa rasa ada sesuatu yang membuat Jisoo terpaksa menikahi teteh." Ucap Johnny tatapannya sendu.

"Jujur papa ga mau teteh mempunyai suami brengsek seperti Jisoo. Jisoo.. Sudah banyak menyakiti teteh. Jadi Papa ga mau teteh semakin dibuat menderita jika menikah dengan Jisoo."

Joy menyimak dengan serius penuturan sang suami.

"Sama kaya Echan, papa juga sangat menyayangi teteh. Papa bahkan lebih memilih papa saja yang menderita asal jangan anak-anak papa yang merasakan penderitaan di hidup mereka ma." Ucap Johnny yang tanpa dia sadari sudah membendung air mata.

Johnny menghapus air mata di sudut matanya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

Joy berdiri untuk mendekati Johnny lantas menarik suaminya ke dalam pelukan. Joy mengusap kepala Johnny memberi ketenangan kepada suaminya. Penuturan Johnny barusan, entah mengapa membuat Joy merana.

"Papa.. Kita berdoa yang terbaik aja buat teteh. Ingat, pernikahan mereka tinggal besok pa."

Tatapan Echan menjadi sendu semenjak mendengar ucapan papanya tadi. Echan menghela nafas panjang. Sontak rasa lapar hilang seketika. Echan memutuskan menghampiri kamar Rose yang berada di samping kamar Johnny dan Joy.

"Teteh.." Panggil Echan seraya mengetuk pintu kamar Rose.

"Buka aja Chan.. Ga teteh kunci kok." Teriak dari dalam.

Echan mengangguk meskipun Rose tidak bisa melihat, lantas membuka pintu kamar Rose.

Terlihat Rose duduk di ranjangnya bersandarkan kepala ranjang, tengah mengelus-elus perutnya yang kian membesar. Rose menoleh dan tersenyum kepada Echan.

"Kenapa Chan?"

"Teteh lagi ngapain?" Tanya Echan lantas duduk di tepi ranjang menghadap sang kakak.

"Tadi habis dengerin musik sama dedek. Dedek dengerin musiknya lewat earphone teteh." Ucap Rose menunjukkan earphonenya. Echan tersenyum tipis.

Voice Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang