biar sampai dikita kita aja, jangan sampai yang lain ikutan tau.
***
*Ini terjadi beberapa jam lalu tepatnya pada malam sebelum berganti hari...
Di Makra, ada satu tempat yang hanya boleh dimasuki jika salah satu dari lima inti Cakrapa mengizinkannya. Tempat ini lebih sering dikatakan ruang inti Cakrapa. Semua hal akan didiskusikan dulu disini sebelum dibawa kehadapan anggota lain. Semua hal, entah ada ataupun tidak ada kaitan dengan anggota lain tetap mereka bahas disini sebagai tempat teraman.
Seperti malam ini, kelimanya sibuk mengotak ngatik kertas, data serta ponsel mereka untuk tugas yang cukup tiba tiba dari Rafael. Entah ada apa gerangan, setelah isya tadi Rafa langsung menghubungi mereka untuk mencari tau pelaku kecelakaan tabrak lari yang menyebabkan satu anggota dua tahun lalu meninggal dan ketua mereka tahun lalu koma hingga saat ini.
"Raf, dari CCTV jalan TKP Bang Lio hanya dapat siluetnya aja. Tapi bukti ini kurang valid kalau dijadikan jalan masuk lebih dalam," tutur Baim memberikan beberapa video dari beberapa sisi berbeda saat kecelakaan berlangsung. Tidak perlu heran dari mana Baim mendapatkan itu karna ayahnya adalah polisi yang sempat menangani kasus ini namun hentikan karna satu dan lain alasan.
"Tapi, kalo diperhatikan. Dari cara dia nabrak Bang Lio, dia juga orang yang sama yang nabrak Bang Leo. Artinya orang ini emang punya dendam kesumat sama mereka berdua, bener gak?"sambung Aska usai memerhatikan dengan teliti dari dua video berbeda.
"Dendam kesumat atau emang dia nya aja yang benci banget sama Cakrapa? Kita tau sendiri kan, waktu itu Bang Lio sebagai wakil ketua dan Bang Leo ketuanya," imbuh Ardhil ikut berfikir.
"Dalam nama, sa otak pusing sekali pikir ini. Lagian ko kenapa kah tiba tiba bahas ini?!" keluh Marshel pada Rafa yang duduk di seberangnya.
"Coba lo jawab gue, bagaimana kalau lo diposisi keluarga mereka dan dipaksa untuk terima kenyataan si pelaku malah asik berkeliaran setelah ilangin salah satu anggota keluarganya bahkan bukan satu aja. Lo bisa nerima itu?" Marshel menggeleng jujur. Dia pasti akan sangat dalam menyimpan dendam pada si pelaku.
"Ah anjing! Gue jadi kangen Bang Leo," tutur Aska membanting dirinya ke sandaran sofa, "udah lama gak ke rumah sakit."
"Tadi sore gue habis kesana, masih belum ada perkembangan," ujar Rafa.
"Lah, sama siapa?" tanya Ardhil bingung. Jarang Rafa akan pergi membesuk jika sendirian, Ardhil paling tau itu sejak awal mereka berteman.
"Sendiri," bohong Rafa sengaja menutupi keberadaan Azel yang membersamainya.
"Tumben banget?! Ngapain lo?" tanya Ardhil, lagi.
"Buka cabang olahraga. Ya jenguk lah, nanya lo," cetus Rafa kesal.
"Ceilah bang, bang. Kan tumben aja lo pergi sendirian ke rumah sakit," balas Ardhil.
"Dah, pulang gih. Besok aja dilanjut. Gue duluan, ngantuk," pamit Rafa beranjak dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael
Teen Fiction"bagai hiu kelaparan dalam laut yang tenang." Ini bukan hanya kisah si ketua geng motor yang harus melindungi semua anggotanya. Bukan juga kisah seorang gadis yang membutuhkan perlindungan sang pria. Ini lebih dari itu. Tentang prioritas, kepercayaa...