"kita akhiri tahun ini dengan ledakan yang akan dikenang semua orang"
***
Adhipramana Crop. Perusahaan yang sudah berhasil berdiri dengan kejayaannya sejak zaman kakek dari Vazelia mendirikannya. Kata orang, 'hidup itu berputar seperti roda' tapi untuk keluarga Adhipramana rasanya roda mereka berbentuk segiempat. Jikapun redup hal itu tidak mengurangkan sepersenpun penghasilan yang ada. Kemakmuran, itu yang berada disana.
Tapi terkadang bukan insight perusahaan yang Varsha pikirkan. Melainkan keselamatan keluarganya yang selalu menjadi beban pikir pria paruh baya itu. Semakin tinggi nama Adhipramana, ia yakin semakin banyak pula yang ingin menjatuhkannya. Entah yang secara diam diam menghancurkan perusahaan dari dalam atau yang perlahan mengincar keluarganya. Semua hal bisa terjadi dan semua hal itu membuat rasa khawatir pada hati Varsha.
"Mama, Azel dimana?" tanya Varsha begitu ia tiba di meja makan. Malam ini Varsha pulang cepat, janji untuk makan malam bersama sudah ia buat sejak pagi tadi bersama keluarga kecilnya.
"Masih diluar, tadi mama telpon bentar lagi sampai," jawab Arasya sambil menyiapkan piring.
Varsha mengangguk paham. Matanya terus memandang sang istri yang sedang menyajikan makan malam dibantu oleh bibi. Baginya, kecantikan Arasya dari awal pertemuan mereka hingga kini sudah memiliki 3 anak hebat wajahnya tetap sama dan bahkan semakin bertambah. Varsha jatuh cinta berkali kali kepada istrinya itu.
Tak lama setelah semua tersajikan diatas meja, samar terdengar suara motor yang muai memasuki area rumah. Varsha dan Arasya yakin betul itu anak gadis mereka. Tanpa disuruh, Bibi segera beranjak untuk membukaan pintu untuk putri terakhir di keluarga Adhipramana.
"Assalamualaikum, Azel pulang!" salam Azel dengan semangatnya. Energinya seakan kembali terisi setelah kumpul bersama teman teman di warkop tadi.
Ya, seharian ini Azel isi hanya di warkop. Bersenda gurau dengan teman temannya dan teman teman Rafa. Dari bernyanyi seakan membuka konser dadakan, acara komedi yang dibawa oleh Marshel serta Aska hingga kajian petang dari Baim sebagai penutup, semuanya membahagiakan. Tak salah jika Rafa mengatakan bahwa Cakrapa ialah rumah kedua bagi siapa saja yang sudah berkunjung.
"Wa'alaikumussalam, ganti baju dulu ya, nak. Habis itu baru makan," dikte Arasya menyambut Azel.
"Iya, ma. Azel naik dulu," balas Azel sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
Tidak begitu lama ia pergi lalu kembali ke meja makan dengqan pakaian santainya. Oh, ralat, itu pakaian Azel yang sudah siap untuk tidur.
"Papa tumben banget pulang dibawah jam 9," celetuk Azel ditengah acara makan malam.
"Oh, kamu gak suka papa pulang cepat?" balas Varsha bergurau.
"Suka, lah!" Azel membantah cepat, "tapi tumben aja gitu. Emang kerjaan papa udah selesai semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael
Genç Kurgu"bagai hiu kelaparan dalam laut yang tenang." Ini bukan hanya kisah si ketua geng motor yang harus melindungi semua anggotanya. Bukan juga kisah seorang gadis yang membutuhkan perlindungan sang pria. Ini lebih dari itu. Tentang prioritas, kepercayaa...