Babe duduk lebih dulu di ruang tengah kemudian disusuli Azel yang duduk didepannya. Wajah gadis itu terlihat lelah namun masih bisa serius dan tenang. Hampir seperti melihat Rafael versi perempuan.
"Jadi yang babe tau tentang kecelakaan abang saya apa aja?" tanya Azel langsung dengan memelankan suaranya agar tidak terdengar ke ruangan lain.
"Malam itu, Babe ingat banget di warkop pada ngumpul tuh anak anak rame. Lumayan rame, soalnya kan, malam minggu ya. Terus si Lio pamit katanya ada urusan sama adek nya. Gak lama kemudian, Rafa ngasih kabar kalau si Lio panggil buat nyusul. Dah kan tuh, hampir ada sejam gak ada kabar. Eh tiba tiba si Aska dapat kabar kalau Lio kecelakaan. Sampai sana Rafa ikut kaget karna dia emang dari sejam itu gak ada ketemu Lio," jelas Babe panjang lebar
"Selain Rafa, siapa lagi yang gak ada di warkop?" tanya Azel sembari mencatat beberapa hal penting.
"Duh, kalo itu Babe kurang tau. Soalnya rame banget." Azel mengangguk sambil terus mencatat.
"Terus, Be. Babe bisa gak cerita lebih detail pas kejadian kemarin di Warkop?" kini Azel mulai mencoba mencari informasi baru.
"Sore itu, jam berapa ye? Jam 16.34 kalau gak salah, warkop tiba tiba rame bener. Babe kira kan, Rafa sama anak anak lain yang datang ye, jadi Babe keluar. Eh tau taunye, bukan. Itu udah gak sempat buat sembunyi. Ada satu orang yang datang langsung mukulin Babe. Ada beberapa anak yang kabur juga Babe liat sebelum bener bener pingsan dah. Tapi lupa Babe itu siapa siapa aja," jawab Babe menjelaskan.
"Kira kira berapa orang yang kabur?" tanya Azel semakin serius menyimak.
"Tiga? Atau empat? Antara dua itu."
Azel menghela napas. Tak banyak informasi yang dia dapat. Rasanya ingin menyerah saja mengingat usahanya seminggu ini belum mendapat titik cerahnya.
"Leo udah membaik?" kini Babe yang bertanya.
"Alhamdulillah, kata dokter keadaan abang semakin membaik," jawab Azel tersenyum tipis.
"Leo yang Babe kenal itu, anak kuat. Dia pasti bisa siuman dalam waktu dekat," tutur Babe seraya meguatkan Azel.
"Aamiin. Yaudah Be, itu aja yang mau Azel tanyakan. Makasih ya, Be." Azel berdiri seraya berpamitan pada pria paruh baya itu.
Keduanya berjalan keluar rumah kecil itu dan lagi lagi masih bertemu dengan orang orang yang beberapa saat tadi Azel lihat. Lengkap tanpa satu orang pun yang kurang.
Azel melirik kearah Rafa yang sedang membersihkan celana bagian bawah Nataline. Tak berlangsung lama apa yang Azel lihat karna Rafa segera berdiri setelah menyadari kehadirannya. Lucu, rasanya Azel ingin menertawai nasib menyedihkannya saat ini.
"Lah ini napa pada masih disini?" tanya Babe heran.
"Kan belum pamitan, Be,"jawab Aska menyengir.
"Yaudah sono pulang pulang lo pada. Besok datang lagi. Lebih pagi kalau bisa, besok libur kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael
Novela Juvenil"bagai hiu kelaparan dalam laut yang tenang." Ini bukan hanya kisah si ketua geng motor yang harus melindungi semua anggotanya. Bukan juga kisah seorang gadis yang membutuhkan perlindungan sang pria. Ini lebih dari itu. Tentang prioritas, kepercayaa...