0.5 Senior Yang Ambisius Itu Sangat Mudah Untuk Kumengerti

45 20 6
                                    

Percaya atau tidak, aku baru saja pulang sekolah dan sekarang aku menahan panas karena gerah berlarian dari halaman untuk masuk ke rumah dengan secepat mungkin.

Bertemu lagi dengan buku jurnal ini, kemarin adalah hari yang biasa saja. Tidak ada yang menarik, hanya kehidupan sekolah yang membosankan. Tapi hari ini, aku menemukan puzzle lainnya yang menghilang.

Pagi hari seperti biasanya aku akan berangkat sekolah dengan Jay Hyung, ya karena Appa yang selalu berkata 'sibuk'. Baiklah, karena aku anak baik, aku hanya menurutinya. Saat kami masuk sekolah, nama seseorang terpampang jelas di Mading, aku tidak heran dengan itu.

Heeseung Hyung, aku cukup dekat dengannya. Hanya dengan satu hari masa pendekatan. Aku yang selalu menghampirinya, terkadang aku memakai alasan pengenalan sekolah dan yang lain. Sejauh ini kehidupan sekolahku baik-baik saja, Jay Hyung yang baik ingin menumpangi ku, Heeseung Hyung yang semakin dekat denganku dan Sunoo Hyung yang semakin terbuka denganku.

Tapi tadi, kenyataan lain harus aku lihat. Seseorang dengan setelan rapi, menatap sengit ke arah Mading. Aku meminta Jay Hyung untuk pergi dahulu, setelah itu aku menghampiri orang yang tengah berdiri sendirian itu.

Aku berdiri tepat di sampingnya, menatap mading dan berpura-pura membaca tulisan yang ada. Sesungguhnya aku tidak tau apa yang sedang aku baca. Suasana menjadi hening, orang itu mulai melangkah meninggalkan Mading dengan tatapan bengisnya.

"Sunghoon Hyung, kau sekeras ini?"

Aku hanya bisa bergumam, menatap punggung Sunghoon Hyung yang mulai menghilang di koridor. Dari tatapan mata Sunghoon Hyung aku bisa mengerti, dia sedang iri dengan pencapaian Heeseung Hyung.

Aku kembali menatap pada Mading itu, tersenyum melihat nama 'Jeon Heeseung' di sana. Aku akan membuat kalian kembali lagi, tidak peduli bagaimana itu caranya. Karena kalian harus bersama.

Menit demi menit berlalu, kini jam istirahat sudah terdengar. Aku sudah mulai membiasakan diri dengan Sunoo Hyung, kami berdua berjalan bersama keluar kelas. Seperti biasa Sunoo Hyung akan pergi ke kantin.

"Aku ingin ke toilet sebentar,"ucapku pada Sunoo Hyung.

"Baiklah, jangan lama!"

Aku mengangguk dan berjalan berlawanan arah dengan Sunoo Hyung. Aku benar ke toilet, hanya untuk mencuci tanganku. Entah kenapa aku merasa tidak nyaman. Lima menit aku habiskan di dalam toilet.

Seperti tujuan awal, aku akan ke kantin. Di sepanjang koridor aku merapikan seragamku yang sedikit kusut. Hingga atensi ku teralihkan karena seseorang memanggilku.

"Ya kau, kemarilah!" Aku bingung saat seorang guru memanggilku, dengan langkah ragu aku memasuki kelas itu dan berdiri di hadapan sang guru.

"Kenapa anda memanggil saya?"tanyaku.

"Kau anak kelas 10-3? Tolong kembalikan buku ini ke perpustakaan, bawa teman ku juga. Baiklah, selesaikan tugas dari saya, terimakasih."

Aku bingung saat guru itu mulai berjalan pergi meninggalkan aku sendirian di kelas yang sangat asing oleh ku. Dan apa tadi?! 10-3? Aku anak kelas 11. Apakah aku tidak terlihat seperti anak tahun kedua?

Baiklah lupakan itu, aku segera mengangkat setumpuk buku yang sangat berat. Demi Tuhan, jika seperti ini bagaimana aku bisa membawanya sampai ke perpustakaan? Aku berjalan keluar dengan langkah yang lemah hingga seseorang mengurangi beban buku ku.

"Hai, anak 10-3,"ucapnya membuatku mendengus kesal.

"Sunbaenim dengar apa yang dikatakan Seonsaeng-nim?"tanyaku kepada Heeseung Hyung yang berjalan di sampingku.

"Tentu, aku mendengar semuanya. Lucu sekali, kau kembali menjadi anak kelas 10,"ucap Heeseung Hyung.

"Diam saja, apakah aku tidak terlihat seperti anak tahun kedua?"tanyaku.

"Itu wajar, kau anak baru. Dan sekolahan ini baru saja menerima peserta didik baru yang mana, semua dari guru tidak akan menghafal wajah murid kelas 10 dan 11, lagi pula.. kau nampak seperti anak kelas 10,"ucap Heeseung Hyung dengan kekehan di akhir.

"Yaish!"

Di sepanjang jalan kami bergurau, lebih tepatnya Heeseung Hyung yang bergurau. Aku hanya berjalan menatap malas pada Heeseung Hyung yang sesekali mengejek ku.

Kami sampai di perpustakaan, dengan segera aku meletakkan buku itu di meja. Tanganku menjadi merah karena membawa banyak buku. Tunggu, perpustakaan ini sangat besar.

Aku berjalan lebih jauh, meneliti setiap rak yang ada. Semuanya tertata rapi. Pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang membuka beberapa buku dan menulis dengan begitu telaten.

Aku ingin menghampirinya tapi aku mengurungkan niatku, Heeseung Hyung lebih dulu menghampirinya. Aku hanya melihatnya dari kejauhan. Aku melihat Heeseung Hyung menutup buku yang sedang dibaca oleh Sunghoon Hyung.

"Istirahat lah, apakah kau tidak kasian dengan kedua mata mu itu?"tanya Heeseung Hyung.

"Menyingkir dari hadapanku,"jawab Sunghoon Hyung.

"Kau sinis sekali, aku hanya ingin berteman dengan mu ayolah,"ucap Heeseung Hyung.

Aku terkejut saat suara gebrakan meja terdengar, itu adalah suara gebrakan Sunghoon Hyung. Terlihat bara amarah dari aura Sunghoon Hyung.

"Tidak akan pernah, menyingkirlah dari sini sebelum aku benar-benar menyingkirkan mu?"

Karena terlalu panik dengan keadaan, aku segera menghampiri Heeseung Hyung dan berpura-pura tidak melihat apapun. Aku juga memberikan hormat pada Sunghoon Hyung saat berada di hadapannya.

"Sunbaenim sepertinya kita harus keluar sekarang, tugas kita sudah selesai."

Aku menarik Heeseung Hyung perlahan tapi tatapan mata mereka berdua masih saling beradu. Ya aku tau kalian sedang berselisih, tapi tolong lah. Aku lelah dengan kalian.

Aku sangat ingin menulis semua yang aku lakukan tadi, sungguh aku tidak tau kalau Heeseung Hyung dan Sunghoon Hyung berselisih. Maka dari itu, aku harus melakukan apapun agar mereka kembali lagi.

Tapi mereka nampak sangat keras, ah! Aku tidak memiliki pemikiran lain. Otak ku serasa buntu saat melihat perselisihan mereka, dan berakhir aku harus menjadi penontonnya. Baiklah, aku harus keluar dan makan siang bersama Appa. Sampai jumpa lagi.

Yang Jungwon 24 September 2042


Copyright ©210802

MY JOURNAL : RUNNING THROUGH TIME [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang