Tiba di tanah air Rakan langsung menuju tempat peristirahatan terakhir kekasihnya. Rayyan yang menjemputnya dari bandara dan mengantarnya ke pemakaman keluarga.
Hati Rakan hancur berkeping-keping melihat gundukan tanah yang masih basah di hadapannya, apalagi melihat nama yang tertera di sana.
"Sayang, kenapa kamu begitu cepat meninggalkanku," kaki Rakan lemas hingga tak sanggup lagi berdiri. Tubuh Rakan akhirnya luruh di atas tanah. Sambil terus terisak dia terus memanggil nama pujaan hatinya, berkali-kali dia mencium papan nisan yang bertulisan Asala Antonitha Aldama dan meninggal dunia empat hari lalu (di hitung dari hari Asala pergi ke puncak).
"Apa ini mau kamu, pergi bersama anak kita?" Tidak ada harapan untuk Rakan hidup sekarang, belahan jiwanya sudah pergi. Rasanya Rakan ingin menyusul Asala saat ini juga.
"Kita pulang, sudah terlalu lama kita di sini " Rayyan menepuk bahu adiknya, sudah satu jam mereka di sini, Rayyan membiarkan Rakan mengeluarkan semua isi hatinya.
"Sebagai seorang yang beriman, tidak baik kamu menangisinya seperti ini, tangisan mu hanya mempersulit jalannya menghadap Tuhan. Kamu mau itu" nasihat Rayyan.
"Kakak ga ngerti," ujar Rakan, tatapannya kosong seperti tidak ada lagi semangat hidup.
"Ya aku tidak mengerti. Tapi ini sudah menjadi kehendak Ilahi dan kamu harus ikhlas, setiap jiwa yang hidup pasti akan mengalami kematian, dan mungkin ini memang waktunya Asala pergi meninggalkan kita semua, bukan hanya kamu yang kehilangan di sini. "
"Ayo pulang, lebih baik kamu banyak berdoa untuk Asala, itu yang dia butuhkan sekarang doa dari kita yang masih hidup."
"Ingat perjalanan hidupmu masih panjang, setidaknya ingat orang tua kita, semua semua sayang kamu,"
"Perbanyak Istighfar mohon ampun pada-Nya." Rakan mengusap wajahnya kasar.
"Ayo pulang " Rakan menurut dan ikut pulang bersama kakaknya, dia belum memberitahu istrinya jika sudah kembali ke Indonesia, malam ini Rakan akan menginap di rumah kakanya.
*****
Adam memasuki kamar putri sulungnya, ketika membuka pintu Aroma Asala langsung menusuk indera penciuman nya, sangat tenang, Asala memang pecinta kebersihan, kamarnya selalu wangi.
"Asha sudah tujuh hari kepergian mu, tapi Papa belum ikhlas. Maafkan Papa kalau selama ini tidak memperhatikan mu, Papa akui Papa gagal menjadi ayah yang baik buat kamu, Papa egois " Ujar Adam sambil memandangi potret Asala, ini kali pertama dia masuk ke kamar Asala setelah Asala di nyatakan meninggal.
Lalu Adam membuka laci di samping tempat tidur Asala, dia melihat album foto yang memang Asala simpan di dalam laci. Album foto dari Asala bayi hingga dewasa.
Adam ingat betul saat tangannya mengangkat tubuh mungil Asala untuk yang pertama kalinya. Saat dia pikir Maitha meninggal dunia, Adam berjanji hanya akan hidup berdua dengan Asala saja. Waktu itu Asala lah satu-satunya yang menjadi prioritas hidupnya, Asala lah yang jadi penyemangat dia. Hidup dan matinya hanya untuk Asala. Tapi sejak Athira di nyatakan mengidap sebuah penyakit serius, perhatiannya hanya untuk putri ketiganya itu hingga dia lupa ada anak-anaknya yang lain yang juga membutuhkan perhatiannya, sejak saat itu Adam selalu menuntut Asala untuk bersikap desawa dan mengalah pada Athira. Bukan hanya Asala tapi untuk anaknya yang lain juga.
Kini menyesal pun tidak ada gunanya, Asala telah pergi. Dan yang membuatnya lebih menyesal adalah Adam pernah menyuruh Asala menggugurkan kandungannya, seharusnya Adam menyambut calon cucunya dengan suka cita bukan malah menyuruh Asala melenyapkannya bayi yang tak berdosa itu. Kini anak calon cucunya telah pergi, seandainya bisa mengulang waktu Adam ingin menemani Asala menjalani kehamilannya.
"Sayang," Adam memanggil istrinya, Maitha hendak masuk ke kamar putrinya tapi saat melihat ada Adam di dalam, Maitha mengurungkan niatnya.
Sejak hari dimana Adam menyuruh Asala menggugurkan kandungannya, Maitha menghindari Adam dia memang masih menjalankan kewajibannya tapi Maitha mogok bicara pada suaminya, dia sangat kecewa pada Adam."Mah, maafkan Papa," Adam memeluk istrinya, saat melihat Maitha dia langsung menghampiri wanita yang sudah menemaninya hampir 25 tahun ini. Dia tahu Maitha selalu menghindarinya.
"Papa salah, maafkan Papa" Maitha berusaha melepaskan pelukan suaminya, tapi tenaga Adam sangat kuat. Dia hanya bisa menangis dalam dekapan sang suami.
"Puas kamu kak, kini bukan hanya bayi itu yang pergi tapi Asala juga" Maitha terus memukul dada Adam.
"Kamu jahat kak, jahat " Maitha menumpahkan segala kesedihannya. "Dulu waktu Asala dalam kandunganku kakak hampir membunuhnya, dan sekarang kakak benar-benar membuatnya pergi dari ku, seandainya kakak tidak memarahinya dia tidak akan pergi sendiri ke puncak, dan kecelakaan ini tidak akan terjadi."
"Maafkan Papa,"
"Apa maaf kakak bisa membuat putriku kembali?"
Bersambung
29 Juli 2021
THB
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Iparku Ibu Anakku (Aldama Family Seri 9)
Cerita PendekCerita ini hanya fiktif belaka mohon maaf apabila terdapat persamaan nama tokoh tempat dan lainnya #1 Liku (Agustus 2021) #1 Dewasa (Ags 2021) #1 aldamafamily (Ags 2021) #1 my baby (Sept 2021) Squel dari My Baby Father dan Duda Araban jilid 1 "Aku...