"Terus Papa harus bagaimana agar mamah memaafkan Papa, Papa juga sedih kehilangan putri kita, dan Papa menyesal." Tak terasa air mata Adam mengalir dari pelupuk matanya.
"Papa janji tidak akan egois lagi" Adam mengecup pucuk kepala Maitha. "Maaf belum menjadi suami dan ayah yang baik buat kalian semua," Maitha hanya diam dan masih menangis.
"Kalian ini kenapa sih, diem-dieman sedih-sedihan terus " Athira menghampiri kedua orang tuanya di ikuti Arumi di belakangnya.
"Jelas kita bersedih atas kepergian kakak kamu Thira." Adam menguraikan pelukan pada Maitha.
"Kak Asha itu sudah meninggal dan ga akan pernah kembali lagi hanya dengan meratapi kepergiannya " ujar Athira, selama seminggu ini dia merasa terabaikan, dia tahu orang tuanya sedang berantem di tambah kepergian sang kakak membuat semua orang sedih.
"Athira, kakak kamu baru aja pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, apa kamu sama sekali tidak merasakan kehilangan" ujar Maitha.
"Ya sedih sih sedih tapi ga harus berlarut-larut juga kali,"
"Kakak tuh benar-benar ga punya perasaan ya, tega banget ngomong gitu. Padahal kak Asha sayang banget sama kakak, dia selalu mengalah untuk kakak, tapi kakak selalu memanfaatkan kebaikan dia" Arumi geram pada kakaknya yang satu ini.
"Ya itu memang kewajiban sang kakak mengalah pada adiknya" ujar Athira menaikkan nada bicaranya.
"Oh ya, tapi selama ini aku ga pernah merasa kakak mengalah padaku, malah aku yang ngalah pada kakak" Suara Arumi tak kalah tinggi dari saudari kembarnya.
"Tutup mulut kamu " Athira tidak terima jika adiknya berbicara demikian.
"Kak Arum benar, aku juga tidak merasa kakak mengalah padaku, tapi aku yang harus ngalah pada kakak" timpal Agam, putra bungsu Adam dan Maitha.
"Kamu juga kenapa ikut-ikutan anak kecil."
"Anak kecil yang selalu mengalah pada kakaknya" Adam merasa tertampar. Ternyata selama ini dia salah, tidak seharusnya dia menyuruh anak-anak mengalah pada Athira hanya karena Athira sakit.
"Sudah-sudah kenapa kalian jadi berantem, cukup kakak kalian yang pergi ninggalin kita semua, kalian jangan saling bermusuhan " ujar Maitha, dia juga merasa bersalah terlalu memanjakan Athira.
"Ini semua gara-gara Papa, kak Asha pergi karena papa " Ujar Arumi lalu pergi ke kamarnya.
"Arumi " panggil Adam, dia sadar selama ini hanya memperhatikan Arumi dari jauh, dia tidak terlalu dekat dengan anak yang satunya itu. Oh ternyata dia jauh dari anak-anaknya.
"Biarin aja pah," Athira menahan Adam saat hendak menyusul Arumi ke kamarnya.
"Selamat malam," ujar seseorang yang baru datang.
"Kak Rakan" Athira langsung lari memeluk Rakan, "Kak Asha kak..." isak Athira, tak lupa dia memasang wajah puppy eyesnya.
Rakan menjauhkan Athira dari tubuhnya."Kapan kamu kembali?" Tanya Adam.
"Beberapa hari lalu" jawab Rakan, memang selama tiga hari ini Rakan tidak keluar dari rumah Rayyan.
"Kenapa tidak mengabari ku" Rajuk Athira manja, sekarang dia yakin Rakan akan segera bertekuk lutut padanya.
"Maaf saya baru mengunjungi kalian hari ini."
"Jadi kakak di rumah kita sendirian?" tanya Athira.
"Tidak, saya tinggal di rumah kak Rayyan, dan saya juga meminta agar kak Rayyan dan Kak Aya memberitahu tentang kepulangan saya." Adam mengerti, pasti sulit bagi Rakan menerima semua ini, dia tahu Rakan dan Asala saling mencintai. Lagi-lagi dia menyesali perbuatannya yang sudah memisahkan putrinya dari sang kekasih yang selama ini dengan sabar menunggu Asala menyelesaikan pendidikannya.
"Ada yang ingin saya bicarakan" ujar Rakan dengan nada serius.
"Apa kak?" tanya Athira penasaran.
"Ayo sebaiknya kita duduk di ruang keluarga" Adam menggandeng istrinya keluar dari kamar Asala.
Rakan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Asala. Masih tercium aroma Asala di kamar ini. Rakan benar-benar merindukan pujaan hatinya. Bayangan ketika dia tahu untuk yang pertama kalinya jika Asala sedang mengandung darah dagingnya masih sangat jelas di otaknya, kamar ini yang menjadi saksi bagaimana mereka bertengkar waktu itu.
"Katakan apa yang ingin kamu sampaikan" Adam membuka pembicaraan mereka, saat ini Adam Maitha Rakan dan Athira sudah berkumpul di ruang keluarga.
"Pertama-tama saya ingin minta maaf, karena saya telah menghamili Asala. Waktu itu saya khilaf" Ujar Rakan. Dia tidak mengatakan jika Athira yang telah memberinya obat perangsang.
"Saat saya ingin bertanggung jawab, Asala menolak dengan keras keinginan saya, dia malah bilang ingin menggugurkan bayi kami," Rakan menghela nafasnya, dia merasakan dadanya kembali sesak mengingat Asala tidak mau mempertahankan anak mereka.
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang seandainya Asala masih ada," Sebenarnya Adam ingin menghajar Rakan karena sudah menghamili putrinya, tapi semua sudah terjadi dan Asala sudah pergi.
"Saya tidak tahu, karena Asala tidak mau saya bertanggung jawab, dia menyuruh saya tetap mempertahankan pernikahan saya " ujar Rakan membuat Athira tersenyum, sepertinya dia harus berterimakasih pada takdir baik yang berpihak padanya, kini tidak ada lagi penghalang di antara dia dan Rakan.
"Asala selalu mengalah demi kebahagiaan orang lain" Maitha tersenyum getir. Sejak kecil Asala selalu mementingkan adik-adiknya baru kemudian dia.
"Baiklah, izinkan saya mengatakan hal kedua," Rakan menggantungkan ucapan, " Malam ini saya ingin bercerai dengan Athira "
Bersambung
Yang mau nanya tentang ebook dari cerita-ceritaku yang udah tamat, bisa WA aku di nomor +966-55721-2340
29 Juli 2021
THB
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Iparku Ibu Anakku (Aldama Family Seri 9)
NouvellesCerita ini hanya fiktif belaka mohon maaf apabila terdapat persamaan nama tokoh tempat dan lainnya #1 Liku (Agustus 2021) #1 Dewasa (Ags 2021) #1 aldamafamily (Ags 2021) #1 my baby (Sept 2021) Squel dari My Baby Father dan Duda Araban jilid 1 "Aku...