Part 10

2.6K 296 54
                                    

"Apa kakak bilang? Lenyapkan?" Maitha menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Semudah itu kakak bilang kenyapkan. Kak Adam ga pernah berubah ya, kakak pernah mengatakan itu dulu padaku," ujar Maitha  membuat Asala sekarang menatap ibunya, apa yang terjadi dengan orang tuanya di masa lalu yang tidak ia ketahui.

"Sayang, bukan begitu, aku hanya tidak ingin Athira sedih dan penyakit nya kambuh kalau dia tahu kakak kandungnya sendiri sedang mengandung anak suaminya."

"Tapi tidak dengan menggugurkan kandungannya Asala juga kak," Maitha sering memanggil suaminya kakak jika mereka sedang berdebat.

"Terus harus bagaimana?" Adam terlihat prustasi.

"Kalian tenang saja, aku sudah memikirkan ini baik-baik, tanpa kalian suruh pun aku memang akan menggugurkan kandunganku, " ujar Asala tersenyum getir.

"Aku tidak akan mengganggu rumah tangga anak kesayangan kalian. "

"Apa yang kamu katakan, kamu tidak boleh menggugurkan kandunganmu." Maitha lalu menghampiri putrinya.

"Mamah tidak akan mengizinkan kamu menjadi seorang pembunuh, Asala. "

"Terus aku harus apa? Tidak ada yang menginginkan anak ini,"

"Maitha kamu harus pikirkan Athira, dia bisa ngedrop jika mengetahui ini semua. Dengan menghilangnya bayi itu semua akan kembali seperti semula," ujar Adam, tetap yang terpenting baginya hanya  Athira.

Plakkkkk

Kali ini Maitha yang menampar suaminya.
"Kakak ga pernah tau rasanya kehilangan bayi,  karena dari dulu kakak itu egois. "

"Mah," Asala langsung memeluk ibunya.

"Berjanji sama mamah untuk menjaganya, seandainya oma-mu masih ada dia tidak akan setuju kalau kamu menggugurkan bayi ini." Maitha mengusap perut Asala.

"Maaf mah aku ga bisa, aku sudah memutuskan, tidak akan mempertahankannya."

"Tidak jangan lakukan itu, kamu akan menyesal." Asala menggeleng.

"Biarkan dia melakukannya Maitha." Adam kembali berbicara.

"Terserah kalian, suatu hari kamu aka  menyesal.
Kalian berdua benar-benar tidak punya hati." Maitha langsung pergi meninggalkan anak suaminya.

"Apa Rakan tau?"

"Iya, aku juga sudah bilang padanya aku tidak menginginkan anak ini. Jadi Papa tenang saja, aku pastikan Rakan tetap sama Athira," Dalam hati Asala, berulang kali dia minta maaf pada anaknya karena dia terus mengatakan tidak menginginkan dia.

"Ya sudah Papa ga usah khawatir, aku bisa mengurus masalah ku sendiri. Aku mau kerumah sakit."

"Sha, pulanglah dan tinggal di rumah kita lagi,"

"Enggak aku senang tinggal di sini."

"Baiklah, nanti Papa akan carikan asisten buat menemani kamu di sini."

"Tidak usah repot-repot aku terbiasa sendiri,"

"Keputusan Papa sudah bulat"

"Terserah Papa "

"Sha," ujar Adam lembut.

"Setelah anak itu pergi, segera hubungani papa." Kemudian Adam meninggalkan Asala.

"Bertahan ya sayang, mamah janji tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti kamu, kita pergi dari mereka, kita hanya akan hidup berdua. Kamu sabar ya sampai waktunya kita bertemu." Ya Asala memutuskan pergi ke tempat yang tidak ada satu pun mengetahui keberadaan nya. Dia akan hidup berdua saja dengan anaknya. Mungkin ini jalan yang terbaik untuknya.

"Hallo kak Aya, hari ini aku mau kesana, kakak masih di villa kan?" Ada hal yang ingin Asala tanyakan pada kakak sepupunya. Jadi hari ini Asala akan pergi ke puncak karena Aya dan keluarganya sedang liburan di sana. Sekalian dia menjernihkan pikirannya.

"Iya masih, kami akan berada di sini hingga tiga hari kedepan," ujar Aya saat Asala menghubunginya.

"Aku siap-siap dulu kalau begitu."

"Kamu bawa mobil sendiri?"

"Iya kak."

"Kalau begitu hati-hati nyetirnya jangan ngebut"

"Siap boss," Asala sudah menyiapkan semua barang-barang yang akan di bawa ke puncak. Jadi sekarang dia tinggal ganti baju saja.

*****

Untuk menghindari macet, Asala mengambil jalan lain menuju puncak. Di tengah perjalanan Asala bertemu temannya, ternyata mobil temannya mogok kebetulan dia juga mau pergi ke puncak keluarganya, akhirnya Asala dan temannya pergi bersama.

"Udah lama banget ya Sha kita tidak bertemu," ujar Dina teman sekolah Asala. "Hebat kamu udah jadi dokter aja," sekarang mereka gantian menyetir, jadi saat ini Dina yang sedang mengemudikan mobil Asala.

"Kamu apalagi, jadi pengacara handal. Ga nyangka aja anak bandel kek kamu jadi pengacara." Memang dulu saat SMA mereka teman akrab mereka berpisah karena harus kuliah di negara berbeda.

"Ya mungkin karena aku bandel, haaaa" Perjalanan mereka di isi dengan obrolan ringan. Mereka menceritakan pengalaman pribadi masing-masing selama kuliah di negeri orang.

"Sha mobil mu kenapa? Kok ga bisa di rem." Tiba-tiba mereka panik, Dina mengemudi dengan kecepatan tinggi untung jalanan sepi tidak banyak  kendaraan yang lewat.

"Sha ini gimana "

"Aku juga ga tau," ternyata Asala lupa belum menyervis mobilnya.

"Kita lompat Sha, rem nya mobil kamu blong,"

"Oke, dalam hitungan tiga kita lompat sama-sama." Dina membuka kunci pintu mobil. Mereka mulai berhitung, dalam hitungan ke tiga mereka bersiap-siap untuk lompat.

"Satu ..., dua ...,  tiga ...," Asala terlebih dahulu melompat ke luar mobil.
"Ya Tuhan lindungilah aku dan bayiku." Saat melompat dari mobil Asala jatuh dan kepalanya terbentur aspal, tak lama kemudian dia kehilangan kesadarannya.

Sementara itu, ternyata Dina belum keluar dari mobil karena tiba-tiba sabuk pengaman yang ia pakai tidak bisa di buka. Akhirnya Dina tidak dapat mengendalikan mobil, mobil pun menabrak pembatas jalan dan jatuh ke jurang, dengan Dina yang masih berada di dalam mobil.

Bersambung

Jangan lupa mampir di Instagram ku ya @eun_tut05 dan follow, Dm kalo mau aku folback

26 Juli 2021
THB

Kakak Iparku Ibu Anakku (Aldama Family Seri 9)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang