23

20 0 0
                                    

Rinjani mengikuti penyelidikan di hari pertamanya, setelah mendapat ijin dari komandan. Dia merasa senang dan juga merasa sedih, karena Line tidak bisa ikut dalam penyelidikan ini.
Rinjani melangkahkan kakinya mendekati rumah bu Susan. Dia mengawasi gelagat bu Susan dari warung dekat rumahnya. Tak ada yang mencurigakan dari gelagat bu Susan, dia hanya menyapu halaman rumahnya, seperti yang dilakukan kaum ibu pada umumnya.
"Aihh, kenapa semua terlihat normal saja, padahal kan aku ke sini pagi sekali, karena ingin mencari bukti. Apa aku tidak bakat jadi detektif ya." Gerutu Rinjani. Dia meninggalkan warung itu, setelah lama mengawasi bu Susan, yang terlihat normal saja.
Seekor anjing menggongggong keras, seolah ingin menerkam Rinjani. Dia berlari karena takut, anjing itu mengejarnya. Adit yang baru saja keluar dari markas, menghentikan langkah Rinjani.
"Hei, ada apa Rin?" Adit memberikan botol minumannya. "Lo kenapa sampai lari kayak gitu?" Rinjani menceritakan semuanya kepada Adit. Adit terkekeh mendengar cerita temannya itu. "Makanya, kalau mau tugas itu, ajak partner. Setidaknya berdua gitu, biar kalau ada kejadian seperti tadi, kamu tidak kesusahan."
"Ya maaf, gue tidak tahu."
"Ada apa ini?" Tanya Clow yang sudah siap untuk penyelidikan hari ini.
"Rinjani habis dikejar anjingnya bu Susan." Mereka tertawa mendengarnya.
"Gue mandi dan sarapan dulu ya, nanti gue nyusul kesana."
"Ok, Line di dalam juga kok."
Rinjani mengambil nasi bungkus yang ada di meja, setelah dia menyegarkan badannya. Dia memainkan ponselnya, sembari melihat-lihat foto masa SMAnya. Dia tersenyum mengingat momen indah itu.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Line yang baru mau gabung sarapan dengan Rinjani.
"Eh bukan apa-apa Line."
"Kamu sudah dibolehkan bawa handphone ya?"
"Sudah, kan aku sudah bebas."
"Oh, eh tolong dong, ambilkan sendok di dapur." Rinjani beranjak ke dapur untuk mengambil sendok yang diminta sama Line. Line sekilas melihat wallpaper handphonenya Rinjani. Andreas, ya seorang yang berada di samping Rinjani itu Andreas. Line berusaha memendam rasa penasarannya itu. "Terima kasih ya Rin."
"Iya sama-sama. By the way, tugas kalian ini sampai kapan?"
"Ya sampai kasusnya terpecahkan, Rin."
"Kalau lebih dari dua tahun, kasusnya belum terpecahkan, terus bagaimana?"
"Ya selama dua tahun itu, kita menjalani ujian akhir tahun kita, tapi kayaknya komandan kita tahu, kalau penyelesaiannya kasus ini tidak selama itu."
"Oh, kirain selama itu Line."

******
Kali ini gue lari pagi sambil membawa anjing pelacak. Gue masih penasaran dengan tingkahnya si anjing, yang membawa Line ke belakang rumah bu Susan. Sial, gonggongan si anjing terlalu keras, jadi gue buru-buru menjauh dari tempat itu. Akhirnya gue bawa pulang anjingnya, dan melanjutkan penyelidikan sendiri. Gue amati lingkungan sekitar rumah bu Susan. Aneh sekali, rumah tampak sepi, ah mungkin dia masih tidur atau sedang di pasar. Gue menandai tempat yang sempat tercium oleh si anjing tadi.
"Bagaimana rasanya ketemu Tuhan?" Gue langsung bersembunyi, ketika mendengar suara. Ah ternyata suaranya Adit, kayaknya dia bisa melihat hantu. Soalnya, dia sedang berbicara sama hantu, aku penasaran, siapa hantu itu.
"Adit." Ku beranikan diri untuk menghampiri Adit, ah sial, hantunya menghilang.
"Ri..rinjani. Sedang apa kamu?"
"Ah aku sedang lari pagi saja, lo darimana?"
"Gue, habis beli sarapan."
"Oh ya, kenapa kita tidak menggali di sekitar rumah bu Susan untuk mencari barang bukti."
"Kita tidak boleh melakukan tindakan tanpa ijin, Rin."
"Bukannya itu sudah bagian dari penyelidikan ya?"
"Ah tau lah, gue lapar, jadi tidak bisa mikir. Nih gue bawain bubur buat lo."
"Makasih, lo tau aja kalau gue lapar."

Detektif Qaroline (I remember it) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang