25

11 0 0
                                    

"Kita harus cepat mencari barang buktinya Clow." Gonggongan anjing terus mengarah pada hamparan rumput yang terawat sangat rapih. Awalnya Line tidak mempedulikannya, tapi sudah lima menit berlalu, anjingnya tidak berhenti menggonggong, alhasil dia memutuskan untuk menggali hamparan rumput yang rapih itu.
"Yakin kita akan melakukan ini berdua saja?" Tanya Clow ragu
"Setahuku, penciuman anjing tidak pernah meleset." Tambah Andreas.
Braakk!!
"Sedang apa kalian disini." Tanpa diduga bu Susan dan Rinjani sudah berada di samping mereka. Mereka semua terkejut, terlebih Rinjani yang baru saja melihat Andreas. Dia langsung berlari meninggalkan mereka, Andreas menghilang. Line dan Clowi mengesampingkan kepergian Rinjani. Mereka sudah terlanjur basah, jadi mereka memilih untuk mandi sekalian.
"Saya ingin ini digali." Tegas Line
"Bukan hak anda ya. Ini rumah saya, dan saya tidak mau menggalinya. Enak saja kalian."
"Kenapa? Takut ketahuan?" Tambah Clow
"Saya bukan pelakunya."
"Kalau bukan pelakunya, gali dong." Adit langsung menggali tanpa menunggu persetujuan bu Susan. Bu Susan sudah tidak berkutik lagi, setelah galian itu memperlihatkan sebuah baju yang menempel di badan korban.
"Bu Susan, semua sudah berakhir, silahkan ikut kami ke penjara." Lugas Excel.
"Congrate. Kamu sudah berhasil Line." Andreas tiba-tiba muncul dan menampakkan diri di hadapan semuanya. Rinjani yang melihatnya, langsung lari meninggalkan tempat mereka.
"Rin.. Tunggu." Mendengar teriakan Adit, Andreas terkejut dan membalikan badannya. Andreas menghilang.
"Apa Andreas se seram itu?" Clow mengedikkan bahunya. "Ah sudahlah, yang penting tugas kita sudah selesai, dan besok kita tinggal laporan saja ke komandan. Yuk pulang."

~~~~~~
"Rheeeaaaaa. Gue tau itu elo Rhe. Please muncul Rhe. Gue kangen sama lo Rhe. Rheeaaaa lo dimana Rhe, please muncul." Tangis Rinjani pecah di malam itu. Adit yang dari tadi mengejarnya, berusaha memeluk sahabatnya itu. "Gue kangen sama lo Rhe. Apa lo sudah tidak mau ketemu sama gue lagi Rhe!!!!. Rheeaaaa."
"Rin, tenang. Ada gue disini Rin." Peluk Adit
"Lo gak pernah ngomong sama gue, kalau Rhea ada disini Dit, gue kangen sama dia Dit, gue kangen."
"Aku juga kangen sama kamu Rin." Rhea Andreas akhirnya berani memunculkan diri di hadapan Rinjani. Rinjani berlari dan ingin memeluknya, tapi tidak bisa. "Kita beda energi Rin."
"Gue kangen sama lo Rhe. Kenapa gue gak bisa nyentuh elo." Tangisnya makin pecah. "Gue kangen sama elo Rhe." Adit memeluknya lagi. "Gue gak bisa nyentuh Rhea Dit, gue pengen peluk dia."
"Rhea juga pengennya gitu Rin, tapi energi kita beda dengan Rhea, Rin." Tangis Rinjani semakin pecah. Adit berusaha menenangkannya lagi.
"Gue masih belum ikhlas Rhea pergi Dit, gue masih pengen main sama dia Dit." Rancau Rinjani

~~~~~~

Line merebahkan tubuhnya di atas rumput yang terawat rapih di markasnya. Dia memandang bulan, sambil mengingat kejadian tadi siang. "Sedekat itukah hubungan Adit dan Rinjani? Sampai Rinjani pergi pun, Adit ikut pergi juga. Aaahhhhhh. Kenapa aku jadi mikirin Adit."
"Sudah jatuh cinta nih?" Kata Clow yang tiba-tiba sudah tiduran di samping Line. "Kamu merasa ada yang aneh tidak, tadi Andreas juga ikutan pergi looh."
"Oh iya, bener. Dia pergi juga. Apa mereka saling berkaitan ya?"
"Entahlah, yang aku rasakan si mereka memiliki energi yang sama."
Kedatangan Adit dan Rinjani mengejutkan mereka berdua yang tengah bersantai. Rinjani langsung memeluk Line yang baru saja duduk.
"Hei, kenapa?" Line melepaskan pelukannya Rinjani. "Loh, kamu kok nangis?" Line menatap tajam ke Adit, dan dia hanya mengedikkan bahu. Adit langsung mengajak Clow untuk meninggalkan mereka berdua. "Kamu disakiti sama Adit?" Rinjani menggeleng. "Aku ada disini Rin, aku siap jadi pendengarmu." Line mengeratkan pelukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detektif Qaroline (I remember it) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang