CHAPTER 3

2K 344 30
                                    












Lorong terlihat sepi sekarang. Mungkin beberapa kelas sudah memulai pelajaran berikutnya. Tapi Kim sunoo tak terlalu memperdulikan apakah ia akan ketinggalan. Langkah kakinya malah menuju kearah yang berlawanan. menaiki tangga demi tangga, dan sampai di atap sekolah. Sunoo hanya ingin menenangkan pikiran. Semua masalah yang ia alami perlahan membuatnya bimbang. Dan yang jungwon adalah salah satunya. Ia mengusak rambutnya dengan penuh frustasi.

Angin saat ini berhembus cukup kencang. Membuat rambutnya bergoyang-goyang kesana kemari ketika Kim sunoo menunduk.

"aku tak akan mengizinkan ibuku menikah lagi jika begini jadinya, sialan!" Sunoo setengah berteriak dengan menatap keatas. Lalu melangkah ketepian rooftoft dan memandang kebawah.

Sebenarnya dalam hati Kim sunoo, ada sedikit rasa bersalah karena menghakimi jungwon selama ini, Hanya karena memiliki perasaan suka yang tak seharusnya. Tapi disisi lain, Kim sunoo juga menganggap apa yang ia lakukan atau ucapkan pada pemuda itu bukanlah hal yang sepenuhnya salah. Ia hanya ingin lebih menekankan bahwa ini semua tidak benar.

Ini sebuah kesalahan.

Tapi yang-jungwon tak pernah mau memahami hal itu.

"Ingin melompat dari atas sini?" Ujar seseorang dari arah belakang tubuhnya.

kim sunoo baru menyadari bahwa bukan hanya dirinya saja yang berada dirooftoft saat ini. Ternyata juga ada orang lain. Terlalu gusar dengan masalahnya sendiri, sampai tak menengok kanan kiri.

"Aku tak berniat melompat dari sini." Ujar sunoo tanpa menengok.

Orang itu mengangguk paham lalu melangkahkan kakinya dan berdiri disamping kiri kim sunoo. Ikut menikmati angin yang berhembus saat ini.

"Kukira kau akan bunuh diri." Kekehnya sambil melihat wajah Kim sunoo dari samping.

"Apa wajahku terlihat sangat menyedihkan bagimu?" Tanya Kim sunoo, kali ini ia benar-benar telah melihat wajah seseorang yang sedang berbicara padanya itu.

Ah Bukankah dia orang yang dibully tadi?

Kim sunoo baru menyadari.

Orang itu tersenyum,"bukan, aku hanya bercanda jadi abaikan saja."

Shim jaeyoon, itu nama yang tertera pada nametag orang tersebut. Wajahnya saat ini sungguh mengerihkan. Beberapa lebam dan darah yang masih segar pada pinggiran mulutnya, sunoo bergidik melihatnya.

Bukankah seharusnya luka itu diobati diruang rawat sekolah?

Mengapa orang ini malah disini?

"Sunbaenim, lukamu harus diobati." Kim sunoo tidak tau pasti, tapi kelihatannya orang disebelah nya ini merupakan kakak tingkat, entahlah.

Jaeyoon, yang ditanya lebih memilih tak menjawab. Tubuhnya berputar menghadap Kim sunoo sepenuhmya.

"Nanti akan sembuh sendiri, aku sudah terbiasa seperti ini." Ujarnya.

Kim sunoo juga memutar tubuhnya menghadap lawan bicara,"apakah selalu seperti ini? Dibully? Aku melihatmu tadi saat dikantin."

Jaeyoon mengangguk sambil tersenyum, sunoo sampai heran mengapa orang dihadapannya ini terlihat sangat ceria meski baru saja mengalami hal buruk.

"apa kau murid baru, aku tak terlalu familiar dengan wajahmu?"

"Pindahan, baru hari ini." Jawab Kim sunoo lalu kembali berputar arah menghadap ke depan.

"Lalu mengapa tidak masuk, bukankah kelas sudah dimulai sepuluh menit yang lalu?"

"Dan mengapa kau juga masih disini, sunbaenim?"tanya sunoo menyangga pertanyaan tadi dengan raut muka kesal.

HIDDEN ; step to adulthoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang