Kepercayaan itu layaknya sebuah bangunan. Sekali diruntuhkan, butuh waktu lama untuk membangunnya kembali.
°°°
Berbagai jenis seafood terhidang di hadapan ketiga orang itu. Disatukan dalam satu porsi besar dengan disiram dengan saus padang. Lezat, menggugah selera. Mereka menyantapnya dengan lahap.Memang benar kata pepatah, makan bareng satu porsi dengan teman itu memang paling nikmat.
Setelah tadi ditinggal pulang begitu saja oleh Galang, Qinan memilih menghabiskan hari liburnya bersama Kibo dan Res—yang kebetulan tiba-tiba mengajaknya makan besar. Tak ada Rama bersama mereka, karena pemuda itu sedang menghabiskan waktu berjalan-jalan dengan sang pacar.
Qinan bersyukur jika hubungan Rama dan Alya membaik. Semoga saja mereka semakin lengket dan melupakan soal dirinya yang seakan berada di antara keduanya.
"Jadi, tadi Kak Galang ngajak lo jalan-jalan, tapi dia malah pulang waktu lo siap-siap?" tanya Res setelah mendengar cerita Qinan soal Galang.
Kibo yang sedang kesusahan memecahkan cangkang kepiting ikut berkomentar di sela kesibukannya. "Wah, lo di-PHP-in."
Qinan mendengkus kecil. Sebenarnya masih kesal juga pada Galang. Dia yang mengajak jalan-jalan, tapi dia pula yang ninggalin. Kan aneh!
"Gue gak tau, kata bapak sih dia tiba-tiba pergi gitu aja setelah ngobrol," kata Qinan, sembari mengunyah daging kerang hijau.
"Apa jangan-jangan penyebabnya karena bapak lo, Qi?" Kibo berceletuk, membuat Qinan ngamuk dan hampir saja melempar Kibo dengan cangkang kerang. Untung saja Res segera melerai. Jika tidak, perang seafood mungkin akan terjadi di antara mereka.
"Kalem, Qi. Gue cuma nebak! Bisa jadi 'kan bapak lo tanpa di sadari ngomong sesuatu yang buat Kak Galang tersinggung?" ungkap Kibo lebih jelas, "Atau mungkin aja nih, mungkin ya mungkin, bapak lo ... bahas soal Kak Gilang?"
Kedua gadis lainnya langsung menyorot Kibo bersamaan, dari tatapan tajam mereka seakan mengatakan, 'Bener juga, ya.'
Meskipun terkadang ucapan Kibo sering asal jeplak, pada nyatanya tebakan Kibo seringkali ada benarnya.
Hanya sekilas tatapan tajam keduanya menghunus. Res tak menimpali apa-apa, takut jika salah ucap, ia kembali menyantap hidangan. Pun Kibo yang bersikap sangat santai, padahal akibat dari ucapannya tersebut membuat Qinan merasa tak keruan.
Di saat mereka kembali makan, Qinan justru mendadak merasa was-was sendiri. Bagaimana jika tebakan Kibo memang benar? Apa yang Bapak katakan sampai membuat Galang pergi begitu?
Qinan kehilangan nafsu makan seketika. Tiba-tiba merasa khawatir.
"Ngapain bengong, Qi? Lo masih mikirin omongan gue?" tanya Kibo melihat gadis itu tiba-tiba terdiam membisu. "Udahlah, Qi. Gue cuma nebak doang. Daripada mikirin soal itu, mending kita main tebak-tebakan, gimana?"
Kibo tersenyum lebar, mengedutkan kedua alisnya. Meski, tak ada respons baik dari kedua gadis tersebut, Kibo tetap melanjutkan ucapannya.
"Coba tebak, kenapa kepiting jalannya miring?" tanyanya sambil menggerakkan capit kepiting yang sudah dia potong.
Hening. Kedua gadis itu tak berniat menimpali sama sekali.
Lalu Kibo menjawab sendiri, "Karena kalau jalannya mundur jadinya kejengkang. Hahahah!!!"
Kibo tetawa ngakak sendirian.
Sementara dua temannya langsung menyorotnya. Sambil mencabuti kaki kepiting dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS (2) ✓
Teen Fiction[Season 2 • Wajib baca season 1 nya dulu] Ketika waktu mengubah banyak hal. Sebuah kepercayaan, perlahan memudar. Sebuah keyakinan, mulai menimbulkan keraguan. Hati yang belum menetap, semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian. Perasaan itu kini...