Warning (17+)!!! 🙂
—
Suara ketukan pintu membuat Qinan yang sedang duduk di depan meja riasnya jadi mengalihkan pandangan dari cermin.
"Masuk."
Pintu terbuka, Adit muncul dengan senyuman lebarnya. "Ciee, yang mau ngedate." Pemuda itu terkikik geli, memperhatikan penampilan kakaknya yang nampak manis mempesona. "Cakep banget dah kakak gue nih."
Qinan hanya mengulum senyum, sedang memoles bibir dengan liptin merah jampu miliknya. Setelah itu dia diam sejenak sambil memperhatikan penampilannya sekarang.
Mendadak teringat kejadian waktu dulu, saat Qinan berada di situasi yang sama seperti sekarang. Waktu itu Galang juga mengajaknya pergi, tapi kejadian naas itu malah terjadi menimpa Galang. Galang malah kecelakaan dan masuk rumah sakit, situasi bahagianya seketika berubah seratus delapan puluh derajat.
Qinan harap kejadian seperti itu tak akan terulang lagi.
"Menurut lo apa gue pantes sama dia?"
Mendengar pertanyaan itu Adit langsung dibuat mengernyit heran. "Kenapa tiba-tiba nanya gitu? Lo insecure?"
Qinan berbalik badan jadi menghadap Adit yang sedang duduk di sisi kasur. "Kak Galang itu keras, tapi sebenarnya dia itu butuh banyak cinta dari orang sekitarnya. Kadang gue takut kalo gue gak bisa buat dia bahagia seperti harapannya."
"Kenapa lo mikir gitu, sih? Emang dia pernah kasih patokan untuk kebahagiannya? Apa pernah dia nuntut sesuatu sama lo?" Qinan mengeleng, Adit tersenyum. "Itulah, Qi. Sesederhana itu kebahagiaan dia. Dia gak pernah nuntut, dan lo juga gak pernah dibebani, 'kan?"
"Iya, lo bener." Qinan tersenyum tipis.
"Udahlah, lo kebiasan banget suka tiba-tiba insecure gini. Untuk sekarang jalani aja, gak perlu lihat kebahagiaan orang lain, gak perlu kasih patokan untuk kebahagiaan sendiri, karena kalian punya cara sendiri buat bahagia."
Adit melirik jam dinding pink di tembok menujukkan pukul lima sore. "Lo janjian jam lima, 'kan?"
Gadis yang rambutnya di kuncir setengah itu mengangguk. "Iya, kenapa dia belum dateng, ya?"
Adit tertawa. "Siapa yang belum dateng? Kak Galang udah dateng lima belas menit yang lalu."
Mata Qinan melotot. "Serius? Kok gak bilang dari tadi, sih?"
"Sengaja, Kak Galang lagi ngobrol sama bapak di depan. Dia bilang biarin aja lo siap-siap dulu, nanti kalo jam lima pas baru kasih tau."
Qinan tak mau berbasa-basi lagi, dia segera merapikan diri untuk terakhir kalinya. Lalu meraih tas selempang kecil miliknya yang tergantung di tembok.
"Gimana penampilan gue?" tanyanya memastikan.
Adit terkekeh dan mengacungkan jempol. "Cakep banget gila, gue sampe pangling."
Qinan mengulum senyum malu, dengan gemas menjitak kepala adiknya tersebut. "Gak usah berlebihan. Dah ya, gue pergi dulu."
Ia segera keluar kamar, tapi langsung termundur lagi karena hampir saja menubruk tubuh seseorang yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Baru aja mau ngetuk," ucap Galang.
Qinan menelan ludah, entah kenapa jadi grogi sendiri. Apalagi melihat penampilan Galang yang .... entah kenapa begitu mempesona di matanya.
'Serius gue punya pacar seganteng ini?'
"Kenapa? Udah siap belum?" Melihat Qinan malah terpaku di tempat, Galang jadi berucap untuk menyadarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS (2) ✓
Teen Fiction[Season 2 • Wajib baca season 1 nya dulu] Ketika waktu mengubah banyak hal. Sebuah kepercayaan, perlahan memudar. Sebuah keyakinan, mulai menimbulkan keraguan. Hati yang belum menetap, semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian. Perasaan itu kini...