Mau survey, kalian asal dari kota mana saja?
——
Ternyata sebuah penantian, tak selalu berujung kerinduan.
°°°
Jantungnya masih berdegub tak karuan, bahkan ketika gadis itu sudah memasuki kamarnya sekalipun. Qinan duduk bersandar pada pintu kamarnya, tertunduk, sambil mengigiti bibir bawahnya.
Ia sungguh tak percaya dengan apa yang tadi Gilang lakukan padanya. Pemuda itu, merebut first kissnya tanpa izin. Harusnya Qinan marah, tapi entah kenapa Qinan tak bisa meluapkan emosinya pada pemuda itu.
"Lupain, Qi. Lupain!"
Ia memukul-mukul kepalanya pelan. Berharap ingatan di mobil tadi menghilang seketika. Namun, bukannya hilang, ingatan tersebut malah semakin jelas terlihat.
Bagaimana cara Gilang menatapnya dengan intens, bagaimana cara Gilang saat menempelkan bibir mereka dengan lembut, dan bagaimana darahnya berdesir hebat merasakan sensasi asing itu.
Jantungnya kembali berdebar, wajahnya memanas hebat. Ia mengacak rambut frustasi, merasa bingung, kesal, dan marah pada dirinya sendiri yang malah diam saja atas kelancangan Gilang tadi.
Qinan menggeram kesal, siapa pun tolong dia untuk melupakan kejadian itu!
Beberapa detik kemudian, perlahan ia mencoba menenangkan diri, mengembuskan napas pelan berkali-kali, berusaha menormalkan debaran jantungnya. Qinan melirik paperbag yang Gilang berikan padanya, lalu mengambil kotak berukuran sedang warna merah yang ada di dalam sana dan membukanya.
Melihat isi dari kotak tersebut membuat Qinan terdiam. Mengernyit, merasa tak asing dengan amplop kuning yang ada di sana, ia mengambilnya sehingga nampak ada sebuah kotak kecil lagi yang tadi tertutupi amplop.
Qinan menyimpan amplop tersebut lebih dulu, lalu membuka kotak kecil itu.
Matanya membulat lebar, napasnya seketika tercekat melihat isi di dalamnya. Sebuah gelang berwarna merah-hitam dengan bandul berbentuk bunga matahari.
Deru napasnya memburu berkali-kali. Ia menelan ludah, merasa tak percaya dengan dugaannya sekarang. Segera ia membuka amplop kuning tadi, menemukan tulisan tangan yang kurang rapi di sana.
Membuat matanya memanas seketika.
———
To: QinanHappy birthday.
Gimana kabar lo? Gak kerasa lo udah 19 tahun aja. Itu berarti udah hampir tiga tahun gue pergi ya?Gue kangen banget, Qi.
Gimana dengan lo? Apa lo juga kangen gue? Gue harap begitu, karena gue gak mau kangen sendirian.Maaf, buat lo nunggu.
Maaf, buat lo khawatir.
Maaf, baru sekarang gue kasih lo kado ultah, dan
Maaf, gak bisa kasih kado ini langsung.Sebenarnya gue siuman udah dari awal tahun ini, Qi. Tapi, gue gak mau kasih tau lo, karena ... Gitu.
Gue tau, tiga tahun bukan waktu yang sebentar, tapi gue berharap semoga waktu gak mengubah banyak hal.
Tunggu sebentar lagi ya, gue akan segera pulang buat nemuin lo. Nanti, gue akan cerita apa yang gue lalui di sini, dan lo harus cerita apa yang lo lalui di sana.
Gue gak tau harus nulis apa. Apalagi tangan gue udah kaku karena lama gak nulis, jadi tulisan gue kayak ceker ayam.
Lagian, bisa-bisanya gue gak sadar udah nulis surat sepanjang ini. Ck, lo bikin gue ribet aja, Qi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS (2) ✓
Teen Fiction[Season 2 • Wajib baca season 1 nya dulu] Ketika waktu mengubah banyak hal. Sebuah kepercayaan, perlahan memudar. Sebuah keyakinan, mulai menimbulkan keraguan. Hati yang belum menetap, semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian. Perasaan itu kini...