Warning! Mengandung keuwuan. Tidak baik untuk kesehatan hati para jones dan para pengidap uwu-phobia.
----
Hadirmu adalah hadir yang selalu kurindu.
°°°
"Kok gue deg-degan ya mau ketemu Kak Galang?" Kibo memegang dadanya sendiri dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang stir mobil miliknya, yang juga menampung tiga makhluk lain.
Res yang duduk di kursi penumpang samping Kibo, entah kenapa satu pendapat. "Bener, Bo. Pertanda apakah ini?"
"Jangan aneh-aneh!" Qinan menimpali dari kursi belakang, duduk di samping Rama yang sejak tadi diam sambil membalas chat seseorang.
"Jangan cemboker dulu, Qi. Maksud gue tuh kayak ... apa ya?" Res berpikir bingung, lalu menggeplak lengan Kibo meminta jawaban.
"Lah, napa nanya gue, Rese? Diem, jangan bikin gue kesel, gue lagi nyetir!" balas Kibo sinis, membuat Res mencibir pelan.
"Pokoknya gitulah, Qi. Gue deg-degan karena seneng mau ketemu Kak Galang lagi."
Qinan terkekeh geli. Merasa hatinya menghangat karena kepedulian teman-temannya. Padahal kalau diingat-ingat, dulu Galang sering sekali membuat mereka kesal. Namun, ternyata mereka tetap peduli dan menyambut bahagia kedatangan Galang kembali.
Ia melirik Rama yang tetap diam tak bersuara, masih memainkan ponsel membalas rantaian pesan dari orang yang sama. Kalau boleh jujur, Qinan sebenarnya merasa sedikit kikuk dengan Rama, akibat kejadian di ruang UKS bersama Alya, apalagi ketika dia mendengar semua keluhan Alya tentangnya.
Namun, Qinan tak mau menambah beban pikiran dengan memperumit masalah. Ia berusaha bersikap santai, meski kali ini sedikit menjaga jarak dengannya. Semoga saja, Rama tak menyadari perubahan kecil itu.
"Siapa, Ram? Alya?" tanya Qinan, ingin mengajak pemuda itu bercengkrama.
Rama menurunkan ponselnya, melirik Qinan, dan berdehem singkat.
"Cuma hm doang?" Bukan Qinan, malah Res yang protes pada Rama. "Gak usah sok cool deh, Ram. Ditanya bener, jawab yang bener dong."
"Ya, kan gue udah jawab bener." Rama protes. Salah dia di mana coba?
"Gak ada sejarahnya seorang Rama jawab hm doang."
"Sok tau luh. Kalau pun iya, gak apa-apa dong, berarti sekarang gue mencetak sejarah sendiri."
"Kenapa sih cuma gara-gara hm doang diributin segala?" Qinan sudah geram sendiri, tak habis pikir dengan teman-temannya yang seringkali memperdebatkan hal kecil.
Kibo malah tertawa renyah dengan keributan mereka. "Sabar, Qi, ini resikonya kalo punya temen gak punya akhlak kayak mereka."
Ketiga temannya langsung mendelik bersamaan, mencibir kompak, "Lo juga sama aja!"
***
Mobil Kibo masuk ke pelataran rumah keluarga Pradika. Berhenti di samping mobil milik Gilang, menurunkan keempat muatan yang sejak diperjalanan terus meributkan berbagai macam hal.
Hebatnya setelah menginjakkan kaki di teras rumah keluar Pradika, mereka seketika berubah jadi manusia-manusia kalem. Sok jaim, menjaga etika bertamu.
Di depan pintu, Res, Kibo, dan Rama mendorong Qinan maju. Menyuruhnya untuk mengetuk pintu.
"Apa sih, cuma ngetuk pintu doang masa harus gue?" Qinan mendengkus, mau tak mau mengetuk pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS (2) ✓
Teen Fiction[Season 2 • Wajib baca season 1 nya dulu] Ketika waktu mengubah banyak hal. Sebuah kepercayaan, perlahan memudar. Sebuah keyakinan, mulai menimbulkan keraguan. Hati yang belum menetap, semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian. Perasaan itu kini...