1. Cemburu tak berdasar

1.6K 269 74
                                    

Semakin lama tak jumpa, semakin perlu kita beradaptasi.

°°°

Gadis yang berpakaian kasual itu tersenyum lebar, sembari mengayun-ayunkan lengan seorang pemuda jangkung di sampingnya. Mereka melangkah beriringan, menuju ke tempat di mana tiga orang teman si gadis menunggunya di kafe.

Ketiga orang yang melihat ke-uwu-an mereka dari jauh berusaha keras menahan cibiran. Meski sudah terbiasa, tetap saja jika melihat mereka bermesraan begitu membuat mereka kesal juga. Ya, anggap saja hal itu sebagai ungkapan keirian mereka.

"Enaknya punya pacar, bisa gelayutan gitu." Pemuda berambut ikal itu berkata dengan miris. Sebagai seorang jomblo hatinya teriris jika melihat para couple goals seperti mereka.

Gadis berambut panjang yang sedang menyedot kopi susu di sampingnya langsung tertawa. "Gelayutan? Lo kira si Res monyet, Bo?" katanya tak habis pikir, tapi kemudian dia menujuk seorang pemuda lainnya yang sedang sibuk bermain game. "Tuh si Rama juga punya pacar, tapi jarang mesra-mesraan gitu."

Rama melirik Qinan malas. "Gue gak kayak si Res sama Kak Rizal yang biasa uwu-uwu-an."

"Heh apaan lo nyebut nama gue?" Gadis yang tadi diperhatikan mereka sudah tiba di meja, bergabung, dan langsung menyemprot Rama karena menyebut-nyebut namanya.

Kibo mencibir. "Apasih Res nyambung aja lo kayak silaturahmi?"

Qinan, Res, Rama, dan Rizal langsung terdiam, menatap Kibo bingung. Membuat Kibo berdecak, karena kelemotan otak mereka. "Silaturahmi 'kan harus disambung ...."

"Kampret!"

Kibo langsung diserang jitakan maut dari Res dan Qinan, Rama menendang kaki Kibo di bawah meja, sedangkan Rizal hanya tertawa karena kegajean sahabat pacarnya itu.

"Kalau begitu gue pergi duluan, ya." Rizal pamit.

"Lah, baru aja dateng, Kak. Gabung aja sini, jangan peduliin Kibo," kata Qinan membuat Kibo mencibir sebal.

Rizal tersenyum, lalu menggeleng pelan. "Kebetulan gue mau kumpul sama anak-anak BEM. Nitip dia, ya!" katanya sambil menunjuk Res.

Res mendorong Rizal pelan. "Udah-udah, cepet sana pergi!" Rizal tertawa lebar, lalu pamit sekali lagi dan pergi.

Bicara soal keempat orang itu. Sebuah keberkahan mereka bisa bertahan satu sama lain bahkan setelah lulus SMA seperti ini, masuk universitas yang sama, meski mereka harus terpisah oleh jurusan yang berbeda. Qinan mengambil jurusan Psikologi, Rama jurusan Manajemen Bisnis, Res jurusan Design Fashion, dan Kibo jurusan Teknik Informatika.

Walau berbeda jurusan, mereka selalu menyempatkan diri untuk kumpul-kumpul seperti sekarang ini.

"Eleh eleh ... yang tuan putri mah enak euy, dianterin ke mana-mana." Kibo berceletuk menyindir. Padahal Res dan Rizal itu beda Universitas, tapi dengan kekuatan cinta, Rizal selalu datang mengantar jemput Res di kampusnya.

Res menarik kursi, lalu melempar tatapan sinis pada Kibo. "Iri bilang bos!"

"Palpale palpale palpale pale...." Kibo manimpali lagi, membuat ketiga temannya langsung menarik napas mencoba tabah. Anehnya, meski sudah lulus SMA sifat random Kibo bukannya menghilang, malah makin menjadi-jadi. Walaupun begitu, masih seperti dulu, Kibo selalu menjadi orang yang paling pengertian.

Mengabaikan kegajean Kibo yang tiada habisnya, Res melempar pandangan pada dua temannya yang lain. "Kalian tau gak?"

"Ya, kalo tau mah gak usah cerita Res. Blo'on pisan maneh teh." Lagi-lagi Kibo berceletuk, membuat Qinan menginjak kaki Kibo di bawah meja, menyuruhnya diam.

BITTERSWEET : TWINS (2) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang