Window [FelChan]

1.7K 106 16
                                    

Blind and Curse

1/3

Warning: Blood, curse, soft sex, monster, bullying, angst. Mention rape and pedofil, age gap.

Ringkasan: kutukan penyihir membuat Felix hidup terisolasi dari peradaban, sendirian dan kesepian.

Sampai dia menggenggam tangan anak kecil yang baru saja diganggu oleh sekelompok remaja.

.
.
.
(Sorry for typo)

Happy Reading.

Felix lupa rasanya menjadi manusia, atau berinteraksi dengan salah satunya seperti bagaimana dia dulu. Sudah sangat lama, terlalu lama untuk dia bisa ingat kapan terakhir kali dia bertemu manusia secara langsung tanpa mereka berlari dan berteriak penuh terror.

Tapi Felix masih memiliki akal sehatnya, dia masihlah mahluk berakal meski tampangnya yang mengerikan sekarang tidak masuk akal, kadang. ya hanya terkadang, ada kalanya Felix akan sangat agresive hingga tidak memikirkan apapaun selain membunuh. Tapi di samping itu dia tau mana yang benar dan salah, hanya terlalu malas untuk melakukan.

Seperti sekarang,ada seorang anak kecil yang dalam bahaya, Felix masih bisa membaca situasi dengan baik, anak itu mungkin baru berusia 7 tahun, dan ada 4 orang yang lebih besar darinya, remaja.

Mata tajamnya melihat ketakutan di wajah anak kecil itu, salah satu dari mereka menarik rambutnya terlalu kuat untuk menahan pergerak si kecil. Tangisannya tersamarkan oleh gesekan daun dan ranting yang diterpa angin tapi meskipun begitu Felix masih bisa mendengarnya, dari balik pohon dan semak yang agak jauh dari mereka.

Awalnya dia pergi mencari makanan, berharap ada rusa atau kelinci liar yang mudah ditangkap, bukan sekelompok remaja kurang moral yang membully anak dibawah umur, meski secara teknis mereka semua masih di bawah umur.

Tunggu, ah...  bahkan dia tidak tau apa hukum itu masih berlaku. Jika iya, maka Felix bersyukur dia bukanlah bagian dari masyarakat lagi.

Sudah sangat lama, 10 tahun? 20 tahun? Apakah kerajaan baik-baik saja? Entahlah, Felix berhenti berhitung setelah dia menyerah untuk menunggu kutukannya hilang.

Suara tamparan dan teriakan kesakitan menariknya kembali pada realita. Anak kecil itu ditampar? Felix menggeram, suaranya dalam dan sisik di sekujur tubuhnya mulai menyala, kuku jarinya memanjang menusuk batang pohon. Anak kecil itu memohon, Felix tidak bisa mendengarnya dengan jelas tapi dia tau anak itu memohon pengampunan.

Dia seharusnya tidak peduli, Felix tidak ingin peduli.

Salah satu dari remaja itu kembali menampar si anak kecil lebih kuat sampai anak kecil itu terjatuh, dua temannya hanya tertawa dan meludah. Yang tadi menampar kini menarik si anak kecil, dengan bantuan yang lain dia berusaha melepaskan pakaian si anak kecil.

Cengkraman Felix merusak batang kayu dengan mudah, pemandangan di depannya meredakan akal sehat dan meningkatnya rasa ingin membunuh.

Mereka akan memperkosa anak itu? ya, mereka jelas akan melakukannya. Untuk kali ini Felix bangga untuk menyatakan bahwa dirinya lebih baik.

Dia bergerak mendekat, dia belum pernah menyerang manusia, kenapa dia mendekat? Fekix berjanji untuk tidak menampakan diri pada manusia sampai akhir hayatnya, tapi dia tidak bisa membiarkan hutan nya dinodai. Alasan yang buruk untuk menolong orang, Felix hanya tidak ingin mengaku.

Dia menggeram lagi, berharap suaranya cukup untuk mengusir mereka tapi suara keributan dari para anak remaja itu lebih kuat. Menyoraki dan menghina, anak kecil itu menangis memeluk dirinya sendiri, bertahan dengan sekuat tenaga, menendang dan meronta.

[18]Window|[Bottom Chan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang