Ch. 2

240 11 0
                                    

Moodku hancur sekarang. Aku tidak tahu harus bahagia atau tidak. Bayangkan saja kau hampir saja menabrak orang yang paling kau benci, tetapi kau juga tidak bisa menutupi rasa sayang itu. Apalagi melupakan semua hal-hal yang telah kalian lewatkan dahulu, sebelum semuanya terbongkar.

Sejujurnya, aku bisa melihat mata yang penuh dengan harap di mata Niall. Aku tahu Niall menyesali perbuatannya dahulu, tetapi itu sangat fatal bagiku. Maksudku, ia telah menghancurkan semua cita-cita yang ingin aku gapai dahulu. Tetapi semua terlambat sekarang, aku terlalu luluh padanya.

Jika saja aku tidak mengenal dan termakan oleh tipuannya dahulu, mungkin aku sudah berdiri bangga di sana. Menunggu satu undangan universitas datang dengan manis. Walaupun aku tahu Niall sudah berubah sekarang, ia benar-benar merasakan hal yang dulu ia sering katakan. Tetapi aku masih terlalu sakit karena kesempatanku sia-sia.

*flashback on

Aku terdiam di ruang makan, ayah dan ibuku menanyakan kepastianku untuk pindah sekolah atau tidak. Aku tidak bisa menjawabnya, aku bingung harus memilih yang mana. Haruskah aku meninggalkan Niall hanya demi satu undangan universitas itu ? jika hanya universitas itu aku masih bisa mencobanya dengan nilai yang lebih baik.

Tetapi jika aku lebih memilih universitas itu, haruskah aku meninggalkan Niall ? orang yang selama ini selalu ada untukku. Orang yang selalu menyemangatiku, orang yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Haruskah ?

Pilihan ini terlalu berat untukku. Aku belum bisa menjawabnya untuk saat ini. Aku akan bertanya dan menceritakan semuanya pada Niall.

"haruskah kau meninggalkanku Cass ? kita bisa belajar bersama jika kau hanya mengincar universitas itu. Kita akan berjuang bersama Cass, aku juga ingin belajar disana. Percaya padaku. Aku tidak ingin kau pergi Cass, aku akan merindukan semua hal tentang mu nanti."

Suara dan perkataan Niall itu cukup membuatku tenang, dan aku sudah bisa memutuskan apa yang terbaik untukku. Terima kasih Niall.

7months later.

Tepat saat aku sedang merasakan rasa sayang yang begitu besar padanya, ia meninggalkanku. Ia mengugkapkan semua maksud dan tujuannya dahulu. Ia hanya menghalangiku agar tidak pindah dari sekolah ini, aku tidak tahu mengapa ia tidak mau aku pindah, tetapi itu menyakitkan.

*flashback off

Sepanjang hari di sekolah, aku sangat tidak focus. Entah mengapa karena kejadian tadi pagi aku langsung ingin cepat pulang, bersantai ria di kamarku, membaca komik, sambil mendengar lagu favoriteku. Aku berjalan gontai keluar gerbang, menuju halte bus dimana biasa tempat aku menunggu bus untuk pulang ke rumah.

Aku mendengar suara gaduh di belakangku, aku melihat banyak anak-anak yang sedang membantu....hmm aku rasa itu Mrs. Cheon, guru kimia yang membosankan. Sudahlah, aku tidak perduli dengan apa dan yang telah terjadi disana. Aku terus menatap handphoneku saat dijalan menuju halte, entah mengapa aku merasa seperti ada yang mengikutiku.

"kalian sudah pulang?" aku mengirim pesan ke groupchat kami -aku, Keera, dan Anna-

"aku sedang di jalan dra, ada apa?" balas Keera

"Anna dimana? Sudah pulang juga?"

"udah kok, tadi dia malah pulang duluan karena ada acara"

Aku mulai bingung, apa mungkin ini benar hanya perasaanku saja kalau ada yang mengikuutiku? Aku pikir Keera dan Anna jail. Aku melihat ke belakang, dan sedikit membuka mulutku. Semakin lama aku semakin cepat berjalan, aku berharap bus yang biasa aku naiki segera tiba, tetapi nihil. Bodoh, aku harus bagaimana lagi sekarang.

Kedai kopi popart itu sepertinya cocok untuk tempatku bersembunyi sambil menunggu bus. Aku tidak mungkin terus berlari sampai rumah bukan? Rumahku jauh dari sekolah ini. Aku berharap 'dia' sudah tidak ada lagi, atau hanya aku yang terlalu percaya diri? Tidak mungkinkan dia mengikutiku? Untuk apa? Dia pasti sudah mempunyai kegiatan yang lebih penting, ya mungkin hangout dengan pacar barunya?haha.

Hari semakin sore, matahari mulai turun. Entah mengapa aku masih betah bersandar di kedai ini, bus pun juga belum ada yang lewat. Aku semakin malas pulang. Aku berdiri, berniat ingin ke toilet dan bertanya kepada pelayannya kenapa sedaritadi tidak ada bus lewat?

"maaf, apa kau tahu mengapa sedari tadi tidak ada bus yang lewat?" tanyaku kepada salah satu pelayan disini

"ya hari ini memang bus tidak ada yang beroperasi karena akan ada jadwal suttle baru. Mungkin kau bias pulang dengan taxi atau kereta, saya permisi." Aku terdiam, bagaimana bisa sedari tadi aku menunggu hal yang tidak ada gunanya...

Aku sedang tidak ingin naik taxi, aku ingin keramaian. Naik kereta? Aku harus naik bus lagi menuju ke rumahku dari stasiun. Aku bersumpah ini hari yang sial. Sedari tadi, aku memang mengerjakan tugas yang bisa ku kerjakan disini, aku sedang merapihkannya sekarang. Aku ingin pulang... ahya! Kenapa aku tidak meminta jemput kakakku saja? HAHA.

"maaf nomor yang anda hubungi, sedang tidak aktif." SIAL, FOR GOD'S SAKE.

Akhirnya, aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, toh siapa tau ada bus lewat. Saat aku ingin membuka pintu kaca kedai kopi ini, aku melihat bayangan seperti... 'dia'. Apa dia daritadi disini? Bersamaku? Tidak mungkin. Yang penting sekarang aku harus berlari pulang!

Know It All [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang