Ch. 3

198 10 0
                                    

Hachimmmmmmm! Bagus, hari ini aku flu. Gara gara kejadian kemarin, sial sekali. Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga ya kemarin hihi. Semenjak hubungan kami selesai, aku tidak pernah jalan samaa dia lagi. Jujur, aku memang sangat merindukannya, tetapi aku masih trauma dan terlalu menyesali kejadian undangan universitas itu. Screw you, Niall.

*flashback on

Sial! Kenapa harus hujan sih, sekarang kau harus berteduh dimana dra?? Bodoh. Aku berhenti dibawah pohon besar, ya walaupun hanya berefek sedikit agar tidak kena hujan. Aku masih mengenakan seragam yang berlengan dan dengan rok pendek. Ini dingin sekali…

Handphoneku berdering, aku mengambil dan langsung mengangkatnya karena layarnya juga tidak kelihatan, disini terlalu terang sih.

“halo?” sapaku

“kau dimana bodoh” siapa dia tiba tiba memanggilku bodoh, ahya mungkin Max, kan tadi aku mengrim pesan ingin meminta jemput haha

“aku dibawah pohon, belum jauh dari kedai kopi pop art tadi, ya sekitar 10 meter. Jemput ya cepat Max hehe”

“tunggu disitu, jangan kemana-mana.” Memangnya aku mau pergi kemana? Disini hujan, dan sepi. Dasar Max terlalu bodoh, kenapa aku mempunyai kakak seperti itu?

10menit aku menunggu mobil Max tapi tidak ada hasilnya. Hujan masih deras seperti tadi…aku merasakan kepalaku pusing sekarang, badanku meriang. Max cepatlah sebelum adekmu ini kehilagan nyawa dipinggir jalan.

Aku melihat dari kejauhan seperti motor Niall, tetapi tidak mungkin. Dia pasti masih di kedai tadikan atau mungkin di rumahnya sedang tidur haha. Aku terus memperhatikan motor itu mendekat………semakin dekat dan kenapa dia berhenti di…sini?!?!?!? Aku langsung membuang mukaku, mencoba acuh padanya walaupun aku senang juga sih haha.

“cepat pakai jaketnya, dan jasnya. Aku tidak membawa mobil hari ini, greg membawanya.” Katanya sembari menyodorkan jaket untukku.

“aku tidak meminta kau menjemputku Ni.” Jawabku sambil tetap membuang wajahku.

“tadi kau memintanya bodoh, sudahlah wajahmu sudah pucat dra. Jangan sampai kau pingsan dan membuatku semakin ribet.” Aku membalikan wajahku, melihat wajah niall, dan rambutnya yang basah, too hot and cuty Niall…

“pakai, tidak usah bengong.” Sial kau Ni.

“YA, TERIMA KASIH KAKAK NIALL!” kataku sambil berteriak biar dia puas.

Aku memakai jaket Niall, mungkin dia membawa jaket cadangan di dalam motornya ini, dan juga jas hujan. Setelah semua selesai aku merasa sedikit hangat, ya lebih baik daripada tadi. Hujan tidak berhenti juga, kami harus menunggu hingga sedikit reda.

“minum ini biar tubuh mu hangat.” Aku melihat tangan Niall yang mengambil segelas hot choco, sepertinya ia beli hot choco dulu di kedai tadi…

“terima kasih, kau mau?” tawarku sambil mengambil segelas hot choco itu.

“tentu saja, itu punyaku bodoh.” Jawabnya sarkas, sangat sarkas.

“ohya, maaf, kalau begitu lebih baik aku tidak meminumnya.” Aku mengembalikan hot choco itu padanya.

“aku bercanda dra, aku sengaja membelinya tadi.” Tolak Niall sambil tersenyum. Senyuman itu… akhirnya aku bisa melihatnya lagi.

Tiba-tiba keheningan terjadi diantara kami, entahlah, tidak ada lagi topic yang harus kami bahas. Tetapi aku masih memikirkan hal ini, mungkin lebih baik aku menanyakannya…

“ni…”

“ha?”

“kau seperti orang idiot”

“oh”

“maaf aku bercanda. Aku mau bertanya”

“silahkan”

“apa kau yang dari tadi mengikutiku dari halte bus sampai kedai kopi?” tanyaku ragu…

“hm, kenapa?” dia sangat jutek, lebih baik aku tidak melanjutkan pertanyannya.

“tidak” keheningan kembali terjadi, tetapi tidak selama tadi hingga Niall yang membuka percakapan sekarang

“Cass, kau tahu kejadian tadi siang saat Mrs. Choen jatuh?”

“yaa aku tahu, tetapi aku tidak perduli.”

“oh yasudah” aku merasa keganjelan saat Niall menjawabnya, ah jahat sekali aku ini.

“ahaha bercanda Ni, memangnya kenapa?”

“tadi aku menabrak Mrs. Choen karena buru-buru, takut kehilangan jejak ‘dia’ lagi..” JLEB. Entah mengapa aku langsung terdiam mendengar kata ‘dia’ mungkin memang benar, Niall sudah ada yang lain.

“wahhh siapatuh ‘dia’nya? Asik nihh, kenalin dong” kataku sok asik sambil menyenggol tangan Niall.

“ya pokoknya setiap hari setelah kami gada hubungan apa-apa lagi, aku malah makin merasa khawatir, jadi setiap pulang sekolah aku selalu ngikutin dia pulang, walaupun di sekolah aku udah sengaja buat ikutin dia biar ketemu tapi dia kabur mulu. Nih ya setiap pulang sekolah, aku selalu ikutin dia jalan ke halte, nungguin dia naik bus, ikutin busnya, pokoknya sampai benar-benar dia sampai di rumahnya deh! Abisnya aku bingung gimaana mau nanyain kabar dia, kita udah ga pernah kontakan lagi haha. Eh hari ini malah dia kabur ke kedai kopi, terus pas dia mau pulang aku gatau tuh, kehilangn jejaknya deh. Mana hujan, makanya aku langsung telefon dia nanya dimana, dia bodoh banget sih.” Cerita panjang lebar Niall itu membuatku shock… jadi ‘dia’ itu aku?

“ohaha gitu ya Ni. Kalau boleh tau emangnya kenapa kok suka ngikutin dia terus? Sampai nyamperin dia sekarang.”

“ya aku juga ga ngerti dra, aku mau aja gitu. Khawatir, takut dia kenapa-napa. Abisnya kan sekarang aku udah gabisa anterin dia pulang lagi, gabisa jagain dia lagi.”

“apa kau serius Niall? Maksudku, kau serius dengan perasaan itu sekarang?” bertanya to the point tidak salahkan…

“iya dra, aku serius. Aku nyesel banget sama kejadian dahulu. Pas aku nahan dia buat ga pindah sekolah demi undangan universitasnya itu. Dulu aku bilangnya kita bisa belajar bareng, tapi gatau kenapa aku capek acting mulu dra, aku maunya beneran ngejalin hubungan tanpa ada acting lagi, semuanya natural, lama-lama rasa sayangnya dateng sendiri. pas aku jujur ke dia malah salah juga. Dia udah ga percaya lagi haha.”

*flashback off

Ya, betapa bahagianya aku sore itu. Entahlah apa yang membuatku bisa… percaya lagi padanya. Semua kata-katanya kemarin, senyumannya, dan tingkah lakunya. Jujur aku sangat benci perasaan ini Ni.

Dimana kau hanya bisa berdiam diri, teringat oleh semua kenangan dahulu.

Saat kalian saling membahagiakan.

Saat kalian saling mengejek hanya dengan maksud memberi rasa manis di dalam hubungan.

Terbayang oleh angan masa depan.

Apa yang akan kau lakukan bersamanya nanti.

Membayangkan hal-hal yang sepenuhnya tidak akan pernah terjadi lagi.

 

Perasaan dimana kau sangat merindukannya,

Dimana kau benar-benar egois tentang perasaan itu,

Kau tidak ingin ada orang lain yang bisa membahagiakannya.

You just wanna be the only one…

But the truth is no, that’s never.

YAAAY DOUBLE UPDATE ALHAMDULILLAH. leave your vomments guys, thx.

Know It All [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang