sekitar sebulan sudah aku menutupi rasa penasaranku tentang Niall - Nadine. Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu mengapa mereka terlihat begitu dekat. Well, saat aku dan Niall break up dulu, aku memang pernah mendengar kabar Niall dekat dengan Nadine.
Sampai aku sendiri juga tidak mengerti, mengapa bisa aku percaya lagi dengan Niall?
Mengapa bisa aku membiarkan Niall mengisi hari-hari ku lagi? Padahal tidak sepenuhnya terasa berwarna.
Mengapa bisa aku memaafkan Niall semudah itu?Apa ini semua hanya karena aku takut untuk kehilangan Niall? apa karena aku terlalu menyayanginnya sehingga dengan mudahnya aku memaafkannya?
Semua pemikiran sialan itu selalu menyelimuti otakku beberapa akhir ini. Diantara penyesalan dan kecewa. well fuck that feeling.
--
"Ni? kamu tau gak? akhir akhir ini kamu agak beda gitu deh... kenapa?" Tatapan mataku sangat dalam melihat mata indah biru lautnya itu.
"hah? apanya yang aneh sih ndra? aku gapapa kok. " mata biru laut itu tidak berani menatap balik mata ku yang tepat ada di depannya. {salah satu ciri kebohongan, right?}
"Ni, kamu jangan bohong. Aku nanya kamu serius, please jujur. Aku ngerasa akhir-akhir ini agak ngeganjel. Apalagi pas aku liat kamu ngepost sticker di Line, terus Silvy comment 'hahah bingung?'. Kamu tau gak Ni? aku masih terus mikirin kamu bingung dalam hal apa..." Kepala Niall masih menunduk menatap cairan hitam hangat itu.
Tanganku mengangkat dagu lancip miliknya itu. Memohon untuk mendapat balasan yang pantas.
"Ni, liat aku. Tolong kamu jujur Ni. Aku bakal lebih ngehargain kejujuran kamu daripada terus terusan begini. Aku juga ga enak Ni gini terus."
"hhhh, ok Ndra kalau kamu maksa aku. Maaf kalo kejujuran aku ini bikin kamu sakit atau..." Katanya sambil menggelengkan kepala, terlihat sangat jelas muka cemas yang menyelimuti wajah indahnya.
"just tell me." balasku singkat, diselimuti dengan detak jantung yang tidak beraturan.
"yang tentang comment Silvy itu, iya aku bingung Ndra. Aku bingung sama perasaan aku ke kamu... Aku gatau harus gimana. Disisi lain aku masih ingin sendiri, tapi disisi lain aku juga selalu mikirin kamu, aku ga enak sama kamu, aku kasian sama kamu Ndra."
Terasa darah berhenti mengalir, otot-otot melemas, detak jantung berhenti seketika. Semua terjadi hanya dalam beberapa detik, what a magic.
"pardon? kasian sama aku? kasian karena apa Ni?" tanyaku sambil mencoba menstabilkan semua organ organku ini.
"kamu ngincer undangan univ itu kan Ndra? terus kamu gajadi pindah gara gara aku kan? thats why aku ga tega ngeliat kamu. Aku ngerasa harus bertanggung jawab Ndra." Lagi, Niall tidak berani menatapku. Ia hanya bisa terus terdunduk menatap kopinya yang mendingin perlahan.
"jadi, semua ini cuma karena kasian ka?" aku tidak tahu perasaan apa sekarang, tetapi yang aku rasakan hanya satu tetes air mata telah jatuh ke tangan ku.
"bukan gitu juga Ndra, jangan langsung berfikir kalau aku ga sayang sama kamu dulu. Aku sayang kok Ndra! serius, trust me. Tapi ya aku ga ngerti Ndra, tiba tiba aku pingin sendiri aja... sebenarnya aku udah lama mau ngomong ini. Cuma aku ga tega buat ngerusakin hari dan senyuman kamu.
"oh gitu, aku ngerti sekarang. FYI kak. Aku ga butuh rasa kasihan kakak! Kakak ga perlu bertanggung jawab tentang hal yang dulu! Semuanya udah lewat, sampai aku hampir bisa melupakannya, tapi kakak datang lagi bawa semua seribu kata kata yang dengan bodohnya aku bisa mudah percaya. Kakak bikin aku sayang lagi sama kakak kayak pas awal dulu, tapi akhirnya begini lagi. Jujur aku ga ngerti sama apa yang kakak maksud. Lo udah dewasa kak! Please jangan mainin perasaan orang kayak gini." Emosiku sudah tidak tertahan lagi, semua air mataku terjatuh. Aku mengambil tas ku dengan kasar dan meninggalkan £5 di meja. Aku langung berdiri dan berbalik badan. Meninggalkan lelaki yang tidak sangat ingin aku temui lagi.
"Terima kasih untuk dua bulan kebohongan ini kak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Know It All [n.h]
Fanfiction"perasaan itu egois, bahkan kau rela mengorbankan masa depan cerahmu hanya demi rasa cinta itu."