"Ya udah iya," ujar Risa dengan pasrah.
Ia adalah Risa Alraibina anak berprestasi sejak kecil yang beberapa hari lalu baru saja menyelesaikan pendidikan S2-nya.
Parasnya yang cantik, bentuk tubuhnya yang menawan, dan prestasinya yang segudang sering kali membuat orang-orang iri. Ia juga berasal dari keluarga yang dapat dibilang sangat berada. Tak jarang, hal ini membuat orang-orang memandang Risa sebelah mata. Banyak orang yang mengira bahwa semua pencapaian Risa sampai titik ini adalah bantuan dari orang tuanya. Padahal, semua itu adalah usaha dari Risa sendiri.
Kali ini Risa memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan. Ia berniat untuk melakukan segalanya sendiri, tapi Ayahnya berikeras untuk memasukan Risa ke perusahaan temannya, ralat, perusahaan Ayah Risa yang dipegang oleh temannya. Meskipun temannya itu masih jauh lebih muda dari Ayah Risa, tetap saja Ayah Risa telah mengganggap teman satu sama lain.
Risa ingin mandiri, ia ingin sepenuhnya lepas dari campur tangan keluarganya. Maka dari itulah Risa ingin mencari pekerjaan sendiri, tapi Ayahnya tidak mengizinkan. Katanya, jika Risa ingin mandiri, ia harus mendapat pekerjaan yang benar-benar bagus. Barulah keluarga Risa akan membiarkan Risa hidup mandiri. Dan ya ... mau tak mau akhirnya Risa pun menurut akan perintah itu.
"Nih," ujar Andre, Ayah Risa seraya menyodorkan sebuah kartu nama lengkap berisi alamat.
"Apaan ini?" tanya Risa seraya menerimanya.
"Kamu besok dateng ke situ, cari orang itu. Bilang aja kamu anak Ayah, Ayah udah buatin janji antara kamu sama dia," ujar Andre lalu menyeruput kopinya.
"Terus nanti Risa kerja jadi apa?" tanya Risa.
"Nanti kamu juga tau sendiri," jawab Andre.
"Ih, Ayah! Kan Risa harus mempersiapkannya dari sekarang!" demo Risa dengan nada kesal.
"Kamu gak perlu persiapan segala. Ayah yakin kamu pasti udah siap," ujar Andre.
Risa membuang napasnya dengan berat. "Ya udah iya."
***
Seorang perempuan cantik memasuki sebuah bangunan besar nan megah. Rambutnya yang ditata dengan gaya The Voluminous chignon, tatanan rambutnya terlihat dibuat sedikit berantakan namun tetap terlihat rapih. Kecantikannya bertambah dengan beberapa helai poninya yang dibiarkan terurai di kedua sisi wajahnya. Rok span berwarna hitam yang pendek, serta blus berkerah V-neck yang membuat leher perempuan itu terekspos sempurna. Tak lupa, sepatu heels hitam juga kaki jenjangnya yang cantik. Tubuhnya yang indah pun juga tereskpos. Perempuan itu terlihat sangat sempurna, membuat wanita manapun iri melihatnya. Juga, membuat lelaki manapun merasa sangat ingin menjadikan perempuan itu sebagai miliknya.
Dia adalah Risa Alraibina.
Risa berjalan ke arah meja resepsionis lalu membicarakan tujuannya datang ke kantor megah itu. Sang resepsionis pun memberikan arahan kepada Risa. Risa pun melangkahkan kakinya sesuai arahan tersebut.
Risa mendesis, ia merasa risi karena satu lift bersama seorang pria yang tak ia kenal. Ingat, hanya berdua. Risa semakin merasa risi karena pria itu sedikit demi sedikit bergerak mendekati Risa. Dari sudut matanya, Risa dapat melihat bahwa pria itu memperhatikan tubuhnya. Terutama, bagian dadanya.
Meskipun pria itu berada selangkah di belakang Risa, tapi tetap saja Risa dapat merasakan gerak-gerik pria tersebut.
Risa semakin merasa bahwa pria itu semakin mendekatinya. Mata Risa membulat lebar ketika tangan pria itu hampir mendarat di pinggangnya. Namun, sebelum hal itu terjadi, Risa dengan cepat menghindar.
Risa membalikkan badannya, menatap tajam sang pria berhidung belang itu. Risa menyelipkan kartu namanya pada kantong jas pria itu.
"Mungkin hampir semua wanita itu sama, sama-sama suka berpakaian yang bisa dibilang cukup terbuka seperti Saya. Namun, tidak semua wanita itu murahan seperti yang Anda pikirkan. Sekali lagi Saya melihat Anda mengulangi hal seperti ini kepada Saya atau wanita lain, maka detik itu pula Saya akan menghancurkan pekerjaan serta nasib indah Anda." Setelah mengucapkan itu tanpa ekspresi, Risa pergi meninggalkan pria itu di saat pintu lift terbuka.
Pria itu memandang punggung Risa yang semakin menjauh. Ia mengambil sebuah kartu di kantong jasnya yang tepat berada di depan perutnya. Pria itu melihat dengan seksama kartu nama itu. Dan seketika matanya membulat, hatinya menciut, dan tubuhnya seakan meleleh.
"Oh, Lord. Aku telah melakukan kesalahan yang besar."
***
Risa menghentikan langkahnya saat berada di depan pintu dari ruangan yang ia tuju. Risa hanya berniat untuk berhenti sejenak guna mempersiapkan dirinya. Mengatur napasnya, serta merapihkan penampilannya.
Namun, Risa merasa ada yang memperhatikannya. Dilihatnya ke arah meja yang tak jauh darinya, di mana di meja tersebut terdapat perempuan yang mungkin seumuran dengannya tengah memperhatikan Risa dengan tatapan yang sulit diartikan.
Risa kembali menatap perempuan itu, hanya sesaat. Lalu setelah itu Risa memutuskan untuk masuk ke ruangan.
"Menyebalkan," desis Risa, mengumpati perempuan tadi.
"Apakah Anda putri dari Om Andre?" tanya seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri memperhatikan Risa.
Risa melihat ke arah sumber suara. Dapat Risa akui bahwa pria yang ada di hadapannya itu memiliki paras yang sangat tampan.
Risa dibuat kicep. Bagaimana tidak? Sedari kemarin Risa berpikir bahwa orang yang dimaksud Ayahnya itu seumuran dengan Ayahnya. Ternyata tidak! Dia mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Risa.
"Apa Anda bisu?" tanyanya.
Risa menggeleng cepat. "T-tidak! Iya yang Bapak sebut adalah Saya sendiri," ujar Risa dengan tergagap.
"Nama Saya Bhalendra Bagaskara. Panggil saja Saya Alend, jangan Bapak," ujar Alend.
"O-oke, nama saya Risa," ujar Risa memperkenalkan diri.
"Saya sudah tahu," ucap Alend tanpa ekspresi.
"E-eh?" Lagi, Risa dibuat kicep dan dibuat merasa canggung.
"Mulai sekarang kamu menjabat sebagai asisten pribadi Saya." Alend mengucapkannya dengan tegas.
"Hah?"
***
Setelah beberapa saat, Risa cukup bisa beradaptasi dengan situasi barunya ini. Ruangannya yang hanya dibatasi oleh kaca transparan dengan ruangan Alend, membuat Risa ataupun Alend dapat saling melihat aktivitas masing-masing. Ralat, Risa dapat melihat aktivitas Alend, karena ya ... sejak percakapan terakhir, Alend tidak benar-benar peduli akan keberadaan Risa.
Saat ada sesuatu yang perlu dibicarakan, Risa duduk pada kursi yang bersebrangan dengan Alend. Lalu membicarakannya.
Dan di tengah kegiatannya, tiba-tiba ada dua orang yang tak Risa kenal masuk ke dalam ruangan. Satu orangnya adalah seorang perempuan dengan membawa dua gelas minuman, perempuan itu adalah perempuan yang Risa temui tadi. Dan satunya lagi adalah seorang lelaki yang sama sekali tak Risa kenal.
Lelaki itu terlihat fokus mengajak Alend berbicara. Namun, entah mengapa, perempuan itu seperti tidak menyukai keberadaan Risa.
"AH!" teriak Risa saat segelas minuman tumpah di bajunya. Perempuan itu terlihat sangat sengaja menumpahkannya pada Risa.
"Saya minta maaf!" seru perempuan itu seraya berusaha membantu membersihkan pakaian Risa.
Baju Risa yang berbahan tipis, ditambah tumpahan air, membuat baju itu menjadi basah sehingga menambah kesan menerawang. Bahkan, bagian tubuh atas Risa sudah terekspos sempurna karena bajunya yang basah membuat kesan ketat di badannya.
Lelaki yang semula sedang berbicara dengan Alend pun menatap Risa dengan mata membulat. Tubuh Risa benar-benar indah!
Risa berusaha membersihkannya dengan tissue seraya berusaha menutupi tubuhnya.
"Apa yang Anda lakukan, Tesa?!" tanya Alend dengan nada tinggi pada perempuan itu.
Ternyata perempuan itu bernama Tesa.
"Maaf, Pak!" seru Tesa merasa bersalah.
"Kalian berdua keluar!" titah Alend pada pria temannya juga pada Tesa.
"Apa yang Anda lihat, hah?" tanya Alend pada pria yang terus melihat tubuh Risa.
Pria itu dan Tesa pun keluar dengan tergesa.
"Pergi kamu dari sini!" titah Alend pada Risa.
"Hah?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
RomanceAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...