"Ini, Bu." Nita menyerahkan sebuah berkas.
"Apa ini?" tanya Risa yang masih fokus dengan komputernya. Hari kejadian hari kemarin sedikir menguras waktu, sehingga membuat pekerjaan Risa sedikit menumpuk.
"Ini berkas dari sekretaris lama yang ibu minta. Di dalamnya lengkap terdapat nomor ponsel serta alamat tempatnya tinggal," jelas Nita.
Risa menatap berkas yang Nita berikan. Lalu ia pun mengangguk. "Baik, terimakasih ya, Nita."
Nita mengangguk ramah. "Sama-sama, Bu. Saya izin kembali ke tempat saya," ucap Nita lalu pergi setelah diangguki oleh Risa.
"Gue sebaiknya menyelesaikan pekerjaan ini dulu," gumamnya lalu menyimpan berkas itu, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
***
"Lend," panggil Risa kepada Alend yang tengah menikmati tehnya, seperti biasanya, di siang hari Alend akan meminum teh chamomile kesukaannya.
"Hm?"
"Sekretaris lo yang dulu, yang sebelum Tesa, itu berhenti karena apa?" tanya Risa.
"Tumben lo nanya kayak gitu, ada apa?" tanya Alend.
"Gak apa-apa, nanya aja," jawab Risa, "Cepet jawab, loh, malah balik nanya!" sambungnya.
"Gak tau, dianya sendiri yang ngundurin diri," ujar Alend.
"Lo gak ngelarang?" tanya Risa.
Aleng menggeleng. "Engga, ngapain gue harus ngelarang?"
"Ya mungkin karena ada suatu alasan," ujar Risa.
"Gue gak ngelarang, meskipun gue agak kecewa karena dia udah bener-bener gue percaya, tapi ya itukan pilihan dia," jelas Alend.
"Lo gak ada rasa sama dia?" tanya Risa.
"Rasa apaan?" tanya Alend.
"Ya ... sejenis suka atau cinta atau sayang, gitu?" tanya Risa.
Aleng menggeleng. "Gak ada."
Risa pun hanya mengangguk-angguk.
"Kenapa lo tanya gitu?" tanya Alend.
"Gak apa-apa."
Risa ikut merasakan segarnya aroma teh chamomile yang tengah dinikmati oleh Alend. Menurutnya, aroma teh itu terasa lebih segar daripada saat pertama kali Risa menghantarkannya untuk Alend. Mungkin saat itu Risa belum beradaptasi dengan aroma teh chamomile milik Alend. Berbeda dengan sekarang yang terasa lebih segar dan asri wanginya mungkin karena Risa telah terbiasa menghirupnya.
***
Saat ini sudah waktunya jam pulang. Para karyawan pun hanya tinggal tersisa beberapa saja. Risa juga memutuskan untuk segera pulang.
Sementata Alend, ia terbiasa menunggu semua karyawannya pulang terlebih dahulu. Itulah yang Risa tahu.
"Kamu gak pulang?" tanya Risa pada Tesa.
"Sebentar lagi, ini sedang merapihkan beberapa berkas," jawab Tesa yang memang sedang merapihkan mejanya sendiri. Juga telah mengaitkan tas selempangnya pada bahunya.
"Aku pulang duluan, ya," ucap Risa lalu pergi.
Risa menyalakan mobilnya dan mulai melaju membelah jalanan kota. Risa hari ini tidak akan langsung pulang, ia memutuskan untuk pergi makan malam di sebuah restoran lalu mencari sekretaris lama Alend.
Entahlah, entah mengapa Risa seingin tahu itu, tapi Risa merasa ada suatu hal yang aneh. Risa seperti merasa ada sebuah misteri yang harus ia pecahkan.
Risa memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang tak jauh dari kantor. Mungkin hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai dengan mobil kecepatan sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
Roman d'amourAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...