"Pergi kamu dari sini!" titah Alend pada Risa.
"Hah?!" seru Risa tak percaya, apakah Alend mengusirnya dalam keadaan seperti ini?
"Kamu pergi ke kamar mandi," ujar Alend seraya menunjukan sebuah ruangan dengan matanya, "Nanti saya belikan baju baru untuk kamu pakai," sambungnya.
Risa membuang napas lega. "Huft, aku kira kamu ngusir aku dari sini."
Alend mendelik. "Menurut kamu, saya bakal tega mengusir kamu dari sini dengan keadaan seperti itu?" tanya Alend.
Risa menggedikan bahunya. "Mungkin aja, sih. Kamu kan gak punya hati!" cibir Risa.
"Hey! Saya kembaliin kamu ke Ayah kamu, tau rasa ntar!" ancam Alend.
"Kabur!!"
***
"Kenapa orang itu aneh banget ya," guman Risa seraya memandang pantulan dirinya pada cermin.
Entahlah, tapi Risa merasa bahwa Alend itu pria yang sangat aneh. Kenapa ia terlihat biasa saja saat melihat Risa dalam keadaan seperti tadi?
Tidak, bukan ingin 'disentuh' oleh Alend, tapi Alend tidak seperti kebanyakan pria. Sikap Alend seperti ini berhasil membuat pandangan Risa berubah, bahwa ternyata tidak semua pria sama.
"Mungkin emang orangnya gitu kali ya."
***
"Cocok gak?" tanya Risa pada Alend setelah memakai baju baru yang baru saja dibelikan oleh Alend.
"Cocok," ujar Alend setelah melihat sekilas lalu kembali fokus dengan komputernya.
Hanya seperti itu? Risa bahkan memakai baju yang lebih sedikit terbuka dan rok yang lebih pendek dan ketat dibandingkan dengan baju yang sebelumnya ia pakai. Namun, tidak adakah ekspresi kagum atau semacamnya saat Alend melihat Risa? Ah! Risal benar-benar kesal terhadap Alend!
Risa pun memutuskan untuk kembali ke mejanya. Hingga fokusnya kembali terganggu karena kehadiran Tesa, perempuan yang tadi menumpahkan minuman pada baju Risa.
Dari mejanya, Risa dapat melihat Tesa yang berpakaian tertutup itu memberikan segelas teh yang masih mengepulkan asap panas kepada Alend.
Minum teh di siang bolong dengan cuaca panas seperti ini? Memang mungkin tidak apa-apa, tapi bukankah ini sedikit aneh?
Namun, lagi-lagi Risa terlalu malas untuk mencampuri urusan orang-orang yang baru ia kenal.
"Mungkin udah jadi kebiasaan," guman Risa.
***
"Anak Ayah udah pulang?" Andre menyambut kedatangan Risa.
"Heeum," sahut Risa seadanya.
"Kok Bunda ngerasa kalo tadi kamu gak pake baju itu?" tanya Mutya, Bunda Risa.
"Iya, emang bukan," ujar Risa seraya merebahkan tubuhnya pada sofa.
"Kok bisa?" tanya Andre memimta penjelasan.
"Tadi tuh baju Risa ketumpahan air sama sekretarisnya Alend, kesel banget," adu Risa.
"Terus gimana?" tanya Andre.
"Ya Risa dibeliin baju baru deh ini sama Alend," ujar Risa.
Andre dan Mutya pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah gak apa-apa. Sana istirahat!" ujar Mutya dengan nada menenangkan.
"Iya, Bunda. Risa ke atas dulu ya, Ayah, Bunda," ujar Risa lalu pergi.
Sesampainya di kamarnya, Risa membersihkan tubuhnya lalu memutuskan untuk istirahat lebih cepat. Hal-hal yang Risa lewati hari ini, terutama berbagai adaptasi baru yang harus Risa penuhi, benar-benar membuatnya lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
Roman d'amourAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...