10. Bertemu dokter

34.2K 423 2
                                    

Next chap diup kalo udah 20 vote yaks

"Jadi, bagaimana, Dok?" tanya Alend setelah mereka berbincang-bincang ringan.

Dokter itu membuang napasnya. "Jadi ternyata air yang kalian serahkan kepada saya, ternyata memang mengandung obat perangsang yang sudah dilarutkan."

Alend dan Risa saling menatap dengan mata yang membulat. "Hah?!"

"Jadi, beneran?" tanya Risa tak percaya.

"Ya, sepertinya seseorang sengaja memasukannya ke dalam air ini."

"Tapi siapa?" gumam Alend.

"Apa perlu saya sewakan detektif untuk kalian?" tanya Alfi atau dokter itu.

Risa menggeleng dengan cepat. "Gak usah, Dok! Mungkin kita bisa mencari taunya sendiri."

Alfi pun mengangguk. "Saya mendengar dari Bunda kamu bahwa ada suatu hal yang akan kamu konsultasikan, Alend. Lalu, apa itu?"

Alend terdiam, ia berpikir. Apa harus ia berbicara secara gamblang kepada Alfi tentang apa yang ia rasakan?

"Itu ditanya, Lend," ujar Risa seraya menyenggol perut Alend dengan sikunya.

Alfi terkekeh. "Gak apa-apa, ceritain aja, jangan sungkan. Selain saya butuh informasi yang sangat jelas, kalian berdua juga sudah saya anggap sebagai keponakan. Jadi, ceritain aja, jangan sungkan."

Alend menatap Risa. Risa tahu, pasti Alend sedang diselimuti ragu dan malu untuk bercerita.

"Gak apa-apa," ujar Risa seraya mengelus punggung tangan Alend.

Alend pun akhirnya mengangguk. "Jadi, gini, Dok. Udah sejak lama saya itu merasa bahwa dalam diri saya itu ada yang kurang, yaitu naluri saya sebagai laki laki. Hal ini cukup membuat saya stres, karena sebagai manusia, saya juga membutuhkan itu. Namun, terkadang, naluri itu datang, tapi tanpa aba-aba, kayak tiba-tiba aja gitu. Dan, naluri itu tuh kayak gak murni, saya seperti dirangsang."

Alfi mendengarkan dengan baik apa yang diceritakan oleh Alend.

"Boleh saya memeriksa kesehatan kamu?" tanya Alfi.

Alend pun mengangguk, ia lalu mengikuti kemana Alfi pergi. Alend diperiksa kesehatannya oleh dokter Alfi dari berbagai sudut tubuhnya. Sementara Risa, ia tetap berada di tempat semula. Ia hanya ingin menunggu.

Selang beberapa lama, Risa dapat melihat Alend dan Alfi kembali.

"Kayaknya kamu sehat sehat aja, ya," ujar dokter Alfi seraya melihat catatan yang ia catat, berbagai hasil scan, dan berbagai hasil rontgen.

"Emang berpengaruh dari kesehatan, Dok?" tanya Risa.

Alfi mengangguk. "Hal yang dialami oleh Alend bisa saja bersumber dari masalah penyakit tertentu. Namun, saya tidak melihat penyakit serius yang menyebabkan itu."

Alend dan Risa hanya terdiam.

"Apa kamu sering meminum alkohol? Atau kecanduan alkohol?" tanya Alfi.

Alend menggeleng. "Tidak, saya jarang minum, Dok. Mungkin hanya di saat pesta-pesta besar saja, itupun saya meminumnya hanya sedikit. Karena saya gampang mabuk."

"Emang ngaruh juga, Dok?" tanya Risa yang diangguki oleh Alfi.

"Atau mungkin kamu kecanduan obat-obatan? Seperti antidepresan atau semacamnya?" tanya Alfi.

Risa membulatkan matanya, ia benar-benar tak percaya jika memang Alend kecanduan obat-obatan. Namun, perasaannya melega saat Alend menggeleng.

"Tidak, Dok. Saya bahkan tidak mempunyai sebutir pun obat seperti itu. Atau bahkan hanya obat untuk membantu saya tidur cepat, saya gak punya semua itu," jelas Alend.

Pria Tanpa Nafsu (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang