Alend baru saja selesai meeting. Kali ini, ia meeting tanpa Risa. Karena ia tak cukup tega untuk membangunkan Risa yang masih tertidur di sofa ruangan kantornya.
Alend tersenyum saat melihat wajah damai Risa yang sedang tertidur. Hari kini sudah mau menjelang malam, dan beberapa saat lagi adalah waktunya pulang. Namun, Alend masih membiarkan tunangannya itu tertidur.
Alend merapihkan mejanya, juga membuang bekas kelapa muda yang tadi ia minum. Melihat kedua kelapa itu, membuat Alend kembali teringat akan kecerobohan Risa saat itu.
"Permisi, Pak. Kami izin pulang, ya. Kebetulan pekerjaan kami sudah selesai," ujar Tesa dengan beberapa orang penting di belakangnya.
Alend mengangguk. "Ya, silahkan."
Alend kembali berkutat kembali dengan komputernya, karena ia merasa ada masih ada sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Huft!" Alend menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dengan lelah.
Pekerjaannya telah selesai, Alend merapihkan berkas-berkas yang berserakan di mejanya.
Alend berjalan ke arah sofa untuk mendekati Risa. Lalu ia menepuk pelan pipi Risa dengan tangannya.
Risa melenguh. "Hm?"
Alend terkekeh melihat reaksi Risa. "Ayo bangun, ini udah waktunya pulang. Lo mau nginep di sini sampe besok?"
"Hah?" tanya Risa namun masih terlihat tidak bertenaga.
"Ayo bangun!" titah Alend.
Risa pun bangkit dari tidurnya, ia lalu menurunkan selimut yang sedari tadi hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya.
"Risa! Lo abis ngapain?!" pekik Alend.
"Kenapa?" tanya Risa dengan polos seraya mengucek matanya.
"Baju lo kenapa berantakan?!"
Risa terperanjat, ia lalu menutupi tubuhnya lagi dengan selimut itu. "A-anu!"
Alend menatap tajam Risa. "Apa?!"
"Tadi lo kambuh, terus gue berusaha mancing lo," jelas Risa seadanya.
Kening Alend bergelombang. "Emang iya?"
Risa mengangguk. "Iya! Emang lo gak sadar?" tanya Risa.
Alend menggedikan bahunya. "Gak tau."
Dengan nakal, Risa menurunkan selimut itu dari badannya, ia lalu menggeliat manja dengan kancing baju yang masih terbuka semua.
Alend menelan salivanya, wajahnya cengo. Alend mendekatkan tubuhnya pada Risa, namun dengan cepat Risa menghindarinya. Risa lalu menutupi tubuhnya lagi dengan selimut.
Risa terkekeh melihat Alend yang kembali murung. "Lo udah sadar, kah?"
"Tapi kenapa ya tadi lo dingin banget sama gue. Terus kenapa ya lo bisa dengan cepat sadar lagi," gumam Risa.
Alend duduk di samping Risa, ia lalu mendekap pinggang Risa.
"Maafin gue, ya," ujar Alend.
"Maaf kenapa?" tanya Risa.
"Ya gue minta maaf kalo tadi lo sakit hati karena sikap gue."
Risa mengelus rambut Alend yang berada dk dadanya. "Gak apa-apa." Risa tersenyum tulus.
"Ya udah ayo pulang!" ajak Risa.
Alend masih enggan melepaskan dekapannya. "Bentar," pintanya dengan nada manja.
Risa pun membiarkan Alend yang tengah memeluk erat dirinya. Risa masih terus memikirkan bagaimana sikap Alend bisa berubah secepat itu.
Pandangan Risa tertuju pada dua buah kelapa yang ada di tempat sampah. Otaknya seakan mendapat cahaya terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
RomanceAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...