"Kamu siapa?" tanya Risa saat melihat dua orang asing berada di kamarnya. Risa baru saja selesai mandi.
"Maaf jika kami lancang, tapi kami adalah suruhan Pak Alend untuk merias wajah Nona. Dan kami disuruh untuk menunggu di sini oleh Ibu Mutya," jelas salah satu dari mereka.
Risa terdiam, mengapa Alend mengirim suruhan seperti ini untuk merias dirinya? Bukankah harusnya Alend mengirim suruhannya pada calon tunangannya?
"Risa, kok kamu malah diem? Cepet dong mereka kan nungguin," ujar Mutya yang baru saja masuk ke dalam kamar Risa.
"Kok Alend ngirim mereka ke sini? Kan harusnya dia ngirim orang suruhannya ke rumah tunangannya." Risa masih heran.
"Iya, Alend juga udah ngirim ke rumah rumah tunangannya, kok. Keluarga kita ini sudah dianggap keluarga inti, dan Alend sudah menganggap kamu sebagai adik. Jadi, dia mengirimkan juga ke sini," jelas Mutya.
"Eum ... gitu, ya?"
Mutya mengangguk.
"Ya udah, ayo mulai aja."
***
Roni menatap Alend. "Gak apa-apa ya kalo kalian sekarang tunangan? Tunangan ini sengaja antara keluarga inti aja, nanti aja kalo nikah bikin pesta besar."
Alend terdiam. "Tapi, Alend masih ragu."
"Apa lagi yang bikin kamu ragu? Dia kan cantik, pinter, baik, kamu juga udah lama kan deket sama dia."
Alend mengangguk. "Iya, Alend tau. Alend ragu ke diri Alend sendiri, bukan ke dia."
Ayra mengusap pundak Alend. Ia sangat paham betul dengan apa yang dirasakan oleh anaknya, ia juga mengetahui bahwa Alend mungkin mengalami kelainan.
"Gak apa-apa, pelan pelan aja. Kalo dia bener-bener cewek baik. Pasti dia bakal nerima kamu apa adanya. Nanti, abis tunangan, kamu periksa ke dokter, ya?" Ayra berusaha meyakinkan.
"Ya udah, Alend coba, ya." Alend pasrah.
"Eum, kalo Risa gimana? Dia bakal dateng ke pertunangan Alend?" tanya Alend.
Ayra mengangguk. "Iya, dong. Dia dateng sama keluarga intinya."
***
Mata Alend terbuka lebar saat calon tunangannya beserta para orang suruhan Alend mulai masuk ke dalam rumahnya. Tatapannya tentu saja fokus kepada gadis yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya.
"Cantik ya," ujar Roni seraya menyenggol perut Alend dengan sikunya.
Alend pun tersipu, tapi ia juga mengangguk membenarkan ucapan ayahnya.
Keluarga Risa juga tak percaya, ternyata calon tunangan Alend secantik itu. Tunangan Alend pergi ke rumah Alend tidak dengan keluarganya, maksudnya, tidak satu mobil dengan keluarganya. Ia dijemput oleh mobil milik Alend, mobil yang Alend berikan untuknya lebih tepatnya.
"Sayang, sebentar lagi kamu mau tunangan sama Alend," ucap sang ibu.
Gadis itu terbelalak. "Hah?"
***
"Lo kenapa nerima perjodohan ini? Dan kenapa lo juga gak ngasih tau dulu ke gue?" tanya seseorang.
"Bukannya gak mau ngasih tau, Sa, tapi ini perintah keluarga gue juga keluarga lo," jawab Alend.
Ya, gadis yang telah menjadi tunangan Alend adalah Risa.
"Tapikan sebenernya gue belum siap, Lend. Gue juga kan belum terlalu mengenal lo," keluh Risa.
"Ya gue juga sama, tapi mau gimana lagi," ucap Alend.
Risa menatap mata Alend. "Emangnya lo cinta sama gue? Engga, kan? Pasti lo mau nerima perjodohan ini karena lo pernah ngerasain tubuh gue, kan? Iya, kan?" tanya Risa bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
RomanceAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...