Risa pun pergi kembali seraya menenteng dua buah kelapa hijau di tangannya. Meninggalkan orang-orang yang tengah berbahagia atas perlakuan Risa. Risa sudah ditawarkan bantuan oleh satpam, tapi Risa menolaknya. Menurutnya, ini hal sepele.
"ALEND!!" teriak Risa yang masih berada di gerbang seraya mengacungkan dua buah kelapa.
Alend yang semula melamun pun, matanya berubah menjadi membulat. Ia benar-benar tak percaya bahwa kelakuan Risa ternyata seabsurd itu.
"Ya Tuhan! Risa! Dia ngapain!!" seru Alend di tempat duduknya, menatap tak percaya pada Risa yang tengah berlari bahagia seraya membawa dua buah kelapa.
Risa persis seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan balon baru, bedanya, Risa baru saja mendapatkan kelapa, bukan balon.
"Awas jatoh ih!" teriak Alend yang sudah berdiri tak tenang melihat kelakuan Risa yang dengan santainya berlari seperti anak kecil dalam keadaan menggunakan sepatu heels yang cukup tinggi.
Sementara dari arah kanan, Alend melihat petugas kebersihan yang sedang mendorong gerobak besar berisi sampah yang tingginya melebihi tubuh petugas kebersihan. Sehingga, petugas kebersihan cukup kesulitan melihat di depannya.
Jika digambar, kedudukan Risa dan sang petugas kebersihan akan membentuk sudut siku-siku. Jika dibiarkan, Risa dan gerobak kebersihan mungkin akan saling bertabrakan.
Alend tak ingin ini terjadi, ia tidak ingin jika gadis itu terluka atas tersentuh tumpahan sampah nantinya.
Dengan sekuat tenaga, Alend berlari secepat yang ia bisa. Dari arah bersebrangan, Risa juga tengah berlari bahagia. Sementara, Alend berlari dengan keadaan cemas dan khawatir akan Risa.
Sang petugas sampah itu dan juga Risa semakin mendekat ke titik pertigaan. Alend semakin khawatir, beberapa detik lagi pasti Risa akan bertabrakan dengan gerobak itu.
"AAA!!" teriak Risa yang berusaha menghentikan dirinya saat melihat gerobak sampah besar melaju tepat beberapa jengkal di depannya.
Namun, lantai yang sangat bersih itu terasa sangat licin. Risa benar-benar tidak bisa menghentikan dirinya. Ia sudah menutup matanya, ia pasrah dengan apa yang akan terjadi.
"KYAA!!" teriak Risa saat tubuhnya terlempar, Risa tak ingin melihat apa yang terjadi, ia hanya menutup matanya kuat-kuat.
"Huft!"
Seseorang membuang napasnya dengan lega tepat di depan wajah Risa.
Risa memberanikan diri untuk membuka matanya, dan, Oh My God!! Apa ini?!
"A-alend?" Risa tergagap.
Sial, Alend sangat tampan dalam jarak sedekat ini. Dan apa ini? Alend memeluknya? Jadi apakah Risa diselamatkan oleh Alend?
Alend menatap wajah cantik Risa, begitupun juga Risa. Ada getaran sekaligus keinginan aneh yang tak pernah Alend rasakan sejak lama, sejak beberapa tahun lalu. Apalagi, Alend begitu sangat menempel dengan tubuh Risa, membuatnya dapat merasakan lekuk tubuh Risa yang sangat cantik. Apakah Alend telah kembali normal? Ah tidak! Alend tidak percaya ini, rasa dan keinginan yang ia rasakan sangat-sangat kecil. Alend bahkan sangat ragu untuk mengakuinya.
"Maaf, Pak, Bu, saya tidak melihat!" seru sang petugas kebersihan yang sudah berlutut di depan Alend dan Risa yang tengah berpelukan.
Alend dan Risa pun menjadi tersadar, ternyata banyak pekerja yang melihat adegan itu. Ah, Risa benar-benar merasa malu!
"A-e-eh! Gak apa-apa, Pak. Saya juga tidak melihat, ini kesalahan saya!" ucap Risa yang juga merasa tak enak hati, sekaligus jantungnya masih berdegup kencang karena perlakuan Alend.
"Kenapa kalian diam di sini? Cepat kembali bekerja!" tegas Alend kepada pekerja lain. Mereka pun kembali melaksanakan tugasnya.
Setelah ditinggalkan oleh petugas kebersihan, tersisa lah Alend dan Risa dengan keadaan yang sangat canggung.
Risa memberanikan diri menatap Alend seraya bergerak pelan untuk mengambil kelapanya yang terjatuh.
"Ma-makasih," ucap Risa tergagap seraya terkekeh kikuk.
Alend tersenyum ramah seraya mengangguk. "Sama-sama."
Namun, beberapa detik kemudian tatapannya berubah menjadi tajam.
Alend lantas mengapit kepala Risa di ketiaknya dan menariknya secara paksa. Posisi kepala Risa terapit di antara lengan dan tulang rusuk samping Alend, jadilah kepala Risa terdesak-desak dengan ketiak Alend. Meskipun wangi, tetap saja Risa merasa pengap.
"Lo itu udah gede! Masih aja lari-lari kayak anak kecil! Ceroboh lagi! Tadi kalo lo beneran nabrak gerobaknya gimana, hah?! Lo mau gue dimarahin sama orang tua lo?! Kalo tadi gue gak bergerak cepat lo bakal jadi apaan, hah?!" cerocos Alend seraya terus menarik tubuh Risa tanpa melepaskan kepala Risa dari apitan ketiaknya.
"Ah! Iya iya maaf!" seru Risa menyesal.
"Maaf maaf!" sungut Alend tak menggubris maaf dari Risa.
"Atuh iya gak akan ngulangin lagi, ih! Lepasin!" cerocos Risa berusaha melepaskan kepalanya dari apitan Alend.
"Gak akan!" tegas Alend.
"ALEND MAH JAHAT!!"
***
Risa mengembuskan napasnya lega saat sampai di dalam lift dan Alend telah melepaskan apitannya.
Risa tadinya ingin menyandarkan tangannya pada lift, tapi ia baru ingat bahwa ia masih membawa dua buah kelapa. Alhasil, tubuhnya tertarik ke belakang.
Lagi, Risa pasrah jika dirinya akan terjatuh ke belakang. Risa juga pasrah jika nanti tulang ekornya akan terbentur lantai lift. Namun, lagi-lagi tidak.
Ternyata Alend menangkap tubuh Risa, dan jadilah saat ini lengan Alend melingkar di pinggang ramping Risa.
Jantung Risa yang baru saja berdetak normal, kini kembali berdetak dengan cepat. Ah, rasanya jantung Risa telah berhijrah ke lambung!!
Napas Alend yang menerpa-nerpa wajah Risa cukup membuat libido Risa bangkit, ini manusiawi, kan? Ketampanannya saja sudah membuat sebagian besar perempuan ingin memiliki Alend, lalu bagaimana dengan keadaan seperti ini? Namun, apakah Alend merasakan hal yang sama seperti apa yang Risa rasakan?
"Ceroboh lagi!!" sungut Alend di depan wajah Risa.
Risa tersadar. "E-eh?" Risa tergesa menegakkan tubuhnya.
"Tadi kelapanya nakal loh!" adu Risa menyalahkan kelapa yang dipegangnya.
"Pake nyalahin kelapa segala!"
"Huft! Ya udah iya maaf!" Risa mengakuinya.
Alend hanya diam tak membalasnya lagi. Hari ini cukup sulit untuk Alend, pertama, ia mendekap tubuh Risa. Kedua, ia melihat kedua buah kembar Risa saat Risa akan terjatuh di lift.
Jika dulu, mungkin Alend akan langsung memanfaatkan ini untuk memuaskan libidonya. Tapi, entah mengapa perasaan itu seakan hilang. Alend sangat ingin untuk merasakan kembali hal seperti itu, tapi mengapa rasanya sangat sulit?
Apa Alend harus menanyakannya kepada dokter?
Lift terbuka berhasil membuyarkan lamunan Alend. Terutama Risa yang mengajaknya untuk segera pergi membuat Alend seakan langsung melupakan pemikirannya.
Risa duduk di mejanya, melupakan kelapa yang sudah ia simpan di bawah mejanya. Kelapa yang berhasil menghantarkan Risa kepada kejadian yang sama sekali tak Risa bayangkan.
Namun, ada satu hal yang sedari tadi menganggu pikiran Risa, yaitu keadaan Alend. Apakah Alend benar-benar tidak memiliki libido seperti apa yang ia katakan?
"Apa Alend benar-benar tidak normal?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
Storie d'amoreAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...