"Lend," panggil Risa dari mejanya.
"Apa?" tanya Alend yang fokus dengan layar komputernya.
"Ayah gue nyuruh lo dateng ke rumah," ujar Risa.
"Kapan?"
"Nanti pulang kerja," jawab Risa.
"Oke."
Tak ada percakapan lagi, Alend dan Risa sama sama sibuk dengan dunia pikirannya masing-masing.
Sekarang sudah mulai menuju sore hari, artinya beberapa jam lagi waktunya pulang. Pekerjaan Risa pun bisa dibilang telah selesai. Karena ya ... Risa hanyalah asisten pribadi Alend yang Risa lakukan hanyalah harus menuruti apa yang Alend katakan.
"Kayaknya, nanti gue gak bisa lanjut nyari sekretaris lama itu. Gue kan pasti pulang bareng sama Alend," gumam Risa saat melihat berkas yang tertinggal kemarin.
Melihat berkas itu, Risa menjadi ingat dengan apa yang ia lihat kemarin malam. Risa benar-benar tidak bisa melupakan kejadian itu!
"Oh iya, Lend!" seru Risa.
"Lo gak minum teh?" tanya Risa.
Alend menggeleng. "Tesa lagi ambil cuti, jadi gak ada yang bikinin gue teh."
"Mau gue bikinin?" tanya Risa.
Alend terlihat berpikir. "Boleh."
Risa pun berlari dengan ceria, ia bahagia karena ia mendapat kegiatan di saat ia bosan.
"Heh heh!" panggil Alend dengan tatapan yang tajam.
Risa berhenti melangkah. "Kenapa?"
"Lo jangan lompat lompat! Jatoh tau rasa ntar! Gue gak akan ikut ke dapur, jadi gaka akan ada orang yang bisa nolong lo pas lo mau jatoh!"
Risa terkekeh. "Iya iya maaf," ujat Risa lalu berjalan secara pelan-pelan dan hati-hati.
Saking pelan dan hati-hatinya, Risa hanya menunduk memperhatikan jalan yang ia pijak. Dan tidak memperhatikan ke depan untuk melihat apa yang harusnya ia lihat.
Mata Alend lagi-lagi membulat, melihat kepala Risa yang semakin dekat akan membentur pintu.
Alend segera bangkit lalu berjalan dengan cepat. Dengan sigap, Alend menarik tubuh Risa ke dekapannya saat Risa hampir menabrak pintu.
"AH!" pekik Risa dengan mata yang membulat.
Lagi, setiap Risa akan terjatuh atau lainnya, ia hanya akan terjatuh ke pelukan Alend.
"E-hehe." Risa terkekeh kikuk.
Lagi-lagi, Alend menatap tajam Risa. "Ceroboh lagi!" sungut Alend.
Risa dengan sigap menegakan tubuhnya, melepaskan tubuhnya dari dekapan Alend.
Risa meremas ujung bajunya, canggung. "Tadikan gue udah hati-hati," ujar Risa dengan suara pelan seraya menunduk.
Alend mendelik. "Ya jangan ngeliat terus ke bawah juga! Jadi ga liat kan di depan lo ada apa!"
"Ya udah iya maaf," ujar Risa dengan suara pelan.
"Maaf aja terus!" sungut Alend.
"Kan namanya juga kecelakaan, gue mana tau kalo gue mau nabrak pintu." Risa berdalih dengan nada meyakinkan.
"Ya lo gak tau karena lo gak liat ke depan!"
"Huft, ya udah iya iya maaf," ujar Risa yang kembali menunduk, malu rasanya untuk menatap mata Alend yang diselimuti kesal dan khawatir itu.
"Ya udah gue ke dapur dulu ya, bye!" seru Risa, enggan lebih lama untuk diceramahi oleh Alend.
Alend mendelik. "Dasar bocah ceroboh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Tanpa Nafsu (21+)
RomantizmAlend meraih tengkuk Risa, lalu ia mencumbu bibir Risa dengan lembut. Dan percayalah, itu adalah first kiss Risa. Risa membalas apa yang dilakukan oleh Alend. Meskipun ia tak cukup lihai, tapi ia sangat ingin melakukannya. Alend meremah salah satu b...