3. Simple words

498 31 8
                                    

"BUNDA!"

"Anak perempuan kenapa teriak-teriak sih?"

"Abang nyebelin, ganggu mulu adek lagi ngapalin buat skripsi."

"Abang jangan gitu dong sama adeknya." Kirana bosan menegur putra putrinya yang tiada hari tanpa bertengkar.

Arka yang selalu jadi pihak paling jahil pada sang adik, sedangkan Alika ia akan menangis merengek dan mengadu kepadanya.

"Bunda cape, abang mending belajar juga. Kalian sama-sama mau sidang kan?"

"Abang udah bun."

Arka menjulurkan lidahnya tanda mengejek pada Alika yang masih kesal dijahili habis-habisan.

"Belajar sendiri, makanya jangan ngedrakor mulu."

"ABANG!"

Kirana menggeleng maklum, dirinya memilih pergi kekamar. Rasanya begitu lelah setelah seharian penuh mengurus rumah, belum lagi menanggapi sikap manja si bungsu.

"Kenapa sayang?"

"Anak kamu tuh gak berubah, masih sama kaya dulu."

"Alika?"

"Huum, manjanya masih sama. Aughh Arka juga jahilnya duh."

Raka menarik tangan Kirana untuk duduk diranjang bersamanya, menggenggam tangannya hangat.

"Alika turunan kamu."

"Aku gak manja ya!"

"Kata siapa,  cengeng lagi."

"Itukan pas hamil, sekarang nggak!"

Raka menjawil hidungnya gemas, "Kemarin yang ngerengek minta beli bedak siapa?"

"Gak tau, gak kenal!"

Kirana mengulum senyum. Keduanya masih setia saling menggoda.

Waktu memang tak terasa, putra dan putri mereka telah tumbuh menjadi pemuda pemudi yang cantik dan tampan. Bahkan Kirana tak menyangka jika kini usianya sudah mencapai kepala empat,  sedangkan Raka memasuki usia kepala lima.

Tapi kebersamaan keduanya masih serupa pengantin baru, sehangat dan seromantis dulu. Tak ada yang berubah.

"Aku kangen gendong bayi deh mas."

"Mau bikin?" Kirana memukul dada sang suami dengan kepalan tangannya. Merasa jengah dengan sikap mesum suaminya yang tak berubah.

"Udah ah bobo."

"Ck, diajak bikin malah mau tidur." Raka merengkuhnya dalam pelukan. Mereka berbaring saling memeluk, Kirana bersandar di dadanya yang bidang.

"Minta cucu aja ke Azka." Bisikan dari Raka sukses membuat Kirana bangkit kembali.

"Cucu? Maksud mas?"

"Huum," Raka mengangguk seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Kirana.

"Ish aku tua banget dong ya kalo punya cucu."

"Kamu menolak tua?"

"Iyalah, tapi aku masih cantik kan?"

Raka menatapnya dari ujung kepala sampai kaki, "Agak keriput."

"Maaaaasss!!!"

Raka terbahak, "Cantik ko, selalu cantik. Walaupun ada lemak disini, disini, disini..."

Raka menunjuk pipi perut dan paha, memang saat ini bentuk tubuh Kirana jauh dari kata ideal. Lebih gemuk dari sebelumnya.

"Jelek nggak?"

☆《𝙺𝚎𝚙𝚒𝚗𝚌𝚞𝚝 𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊 𝙼𝚊𝚜 𝙳𝚞𝚍𝚊!》☆ | COMPLETE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang