Kirana termenung seorang diri didalam kamar, menjernihkan pikiran dari berbagai hal.
Ia teringat Gladis.
Mungkin saat ini wanita itu ikut bahagia melihat putranya akan menikah, tapi apa ia akan mengijinkan Kirana yang mendampingi Azka nanti.
Kirana merasa ia tak pantas.
"Sayang?"
Raka masuk kedaalam kamar, melihat istrinya yang tengah duduk melamun dekat jendela.
"Kirana?" Sang pemilik nama menoleh, mengulas senyum samar.
"Kenapa disini? Kirain udah tidur." Raka mengecup pucuk kepalanya.
"Aku kepikiran Gladis mas, Azka sebentar lagi menikah. Dia pasti bahagia untuk itu."
Raka mengusap lengannya, lalu memeluk Kirana dari belakang.
"Almarhumah pasti bahagia, Azka pria hebat sekarang."
"Aku ngerasa bersalah karena Azka bukan anak kita."
Raka dengan cepat berlutut, "Azka putra kita, titik. Aku ayahnya, kamu ibunya. Sampai kapanpun gak akan berubah."
"Azka akan menikah, suatu saat dia pasti punya anak. Mas kan tau hukumnya, seseorang yang lahir diluar pernikahan gak boleh diwaliin apalagi jadi wali, aku kasian sama anaknya nanti mas."
Kirana hanya takut akan nasib anak-anak Azka kelak. Sesuatu yang dilarang oleh agama. Jika seseorang yang lahir diluar pernikahan haram hukumnya mendapat wali.
"Mas tau, tapi kita harus beri pengertian pada Azka. Azka pasti paham, dan mas yakin Azka paham soal ini. Kamu jangan takut, doakan saja yang terbaik bagi Azka."
"Iya mas, aku selalu doain anakku."
Raka memeluk Kirana lagi, lebih erat. Ia tahu perasaan sang istri, ia pun demikian. Memikirkan bagaimana nanti masa depan putra putrinya. Tentu ia ingin yang terbaik.
Dibalik itu, Azka telah jauh-jauh hari mempersipkan diri untuk masa depan. Ia tahu ia bukan anak kandung Raka dan Kirana, namun ia tetap putra mereka.
Azka benar-benar berhutang segalanya pada kedua orang yang telah mau merawatnya, memberikan apapun demi kehidupannya. Bahkan ia tak pernah kekuarangan kasih sayang sosok orang tua. Azka bersyukur untuk semua itu.
Ayah dan ibunya tetap Raka dan Kirana. Ia menyayangi keduanya, juga ia menyayangi wanita yang telah melahirkannya.
Gladis. Wanita hebat itu adalah ibunya... Ibu tercintanya, akan begitu dan tak akan berubah.
Seburuk apapun masa lalunya, Azka tetap mencintainya karena telah berhasil merawat dirinya hingga lahir kedunia.
~Mas Duda~
"Alika Aditya, selamat anda bisa mulai bekerja besok."
Senyum cerah diwajah Alika terlihat manis, dirinya berhasil kali ini. Wawancara kerja disebuah perusahaan yang terbilang sedang berada di puncak berhasil ia tuntaskan.
Alika diterima bekerja mulai besok. Itu kabar baik.
"Terima kasih Bu, terima kasih."
"Sama-sama, selamat bergabung dan semoga kamu betah disini."
"Aamiin, terima kasih Bu. Saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh."
Perusahaan yang Alika naungi bukan perusahaan besar, tak cukup besar seperti yang Azka miliki. Ini hanya sebuah perusahaan yang berdiri diatas tanah negara dan mendapat predikat A untuk sebuah produk yang dihasilkan dari kerja pabrik didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
☆《𝙺𝚎𝚙𝚒𝚗𝚌𝚞𝚝 𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊 𝙼𝚊𝚜 𝙳𝚞𝚍𝚊!》☆ | COMPLETE✔️
Romance(Sequel Mmmh | I Love You) Dia itu hot... he's very handsome... Sesuatu yang membangkitkan gairah ada dimatanya. Setiap ketemu Astagfirullah mulu... Kalo ngomong Subhannallah... Deket sama Dia Masyaallah... Tapi kalo nikah?... Sama yang lebih tua? ...