Diary Yudha Putra Gafthan

512 28 22
                                    

Namaku Yudha Putra Gafthan. Aku Seorang Remaja berusia 17 tahun. Aku seorang pelajar SMA kelas 11 Ilmu Pengetahuan Sosial, aku seorang anak Brokenhome Akan ku ceritakan kisahku sebagai anak yang tak diharapkan oleh ayah sendiri.

Ayahku bernama Gafthan, dia dulunya seorang pekerja keras, tekun dan dikenal baik. Tapi, semua itu berubah semejak ibuku pergi meninggalkan ayah demi laki-laki lain. Sejak saat itu ayah menjadi lelaki yang tempramen, suka judi dan pemabuk.

Sejak bayi ibuku pergi, sedangkan aku tak pernah merasakan kasih sayangnya. Aku pun tak mengenalnya secara detil karena ayahku tak pernah memberitahu tentang ibu.

Meski begitu, aku tetap bahagia menjalani hari-hariku sebagai anak yang tak diinginkan. Aku selalu tahan jika ayah memukulku, memarahiku, bahkan merendahkanku, karena bagiku beliau tetap jadi ayah terbaikku meskipun ia tak suka padaku. Ia tetap merawatku hingga saat ini.

Setiap malam, aku berdoa agar suatu saat nanti aku bisa bertemu ibu, satu hari saja dan aku bisa menjadi anak kebanggaan ayah.

Jujur aku iri kepada temanku, yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.

Tidak sepertiku yang sepulang sekolah selalu kena marah, caci maki dan harus bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk ayah judi dan mabuk.

Aku bekerja sana-sini pulang larut tidak memikirkan diriku sendiri yang lapar, haus juga capek karena itu semua demi kebahagiaan ayahku.

Aku juga sudah sering mengingatkan ayah tentang bahaya itu semua, tapi ayah malah menghajarku dan ayah bilang ini semua karena aku.

Dan kata-kata itu selalu membuatku terpaku. Apa mungkin jika aku tidak ada, kebahagiaan ayah-ibu akan tetap utuh?

Tapi aku tidak pernah putus asa. Aku percaya apa yang aku jalani saat ini  pasti ada imbalan yang sesuai.

Lambat laun, waktu berjalan begitu cepat. Tapi hari-hari yang aku lalui ya tetep begini saja. Kelakuan ayah semakin kasar masih suka berjudi tidak pernah peduli anaknya sudah makan atau belum. Yang ada di pikiran dia hanya kebahagiaan dia. Tetapi sejahat-jahatnya ayah, alhamdulillah aku tidak pernah membenci ayah.

Kadang aku berfikir, sebegitu bencinya ayah kepada aku. Apa aku segitu pembawa sialnya untuk ayah?Padahal aku tidak pernah minta dilahirkan ke dunia ini. Semua ini sudah takdir dari Maha kuasa. Tapi yasudahlah mau aku mengeluh bagaimana pun takdir tidak akan pernah bisa berubah tanpa seizin Tuhan yang Maha kuasa.

Entah takdir yang terlalu kejam atau emang aku sudah ditakdirkan hidup penuh dengan kekerasan cacian hinaan dan perlakuan kasar apa yang aku peroleh selalu salah di mata ayah, selalu kurang dan kurang. Kadang aku ingin menyerah. Tapi aku sadar untuk menuju kebahagiaan harus merasakan sakit yang begitu dalam dan juga masih ada mimpi yang harus kukejar. Masih ada ayah yang harus aku banggakan. Ya walaupun dia tidak pernah menganganggap aku ada. Sudahlah tidak masalah. Semoga suatu saat nanti ayah bisa berubah.

Aku mempunyai seorang sahabat yang bener-benar bisa membantuku di saat aku sedang rapuh atau kesusahan. Mereka datang untuk menghibur aku semakin lama persahabatan kami makin erat. Sejauh ini belum pernah terlibat masalah di antara kami bertiga.

Seakan-seakan semesta mengizinkan aku bahagia walaupun bukan bersama keluarga, merasakan hangatnya solidaritas dari mereka. Dilihat dari segi materi mereka tidak terlalu pandai seperti aku, tidak terlalu kaya, tapi entah kenapa mereka bisa membuat aku percaya apa itu persahabatan yang sesungguhnya.

Hingga suatu saat datanglah suatu masalah yang benar-benar membuat kami hancur berkeping-keping, yaitu cinta dan pengkhianatan, dua kalimat yang sangat menarik, bukan? Yang sering dialami oleh kebanyakan remaja seperti makanan sehari-hari tapi mereka bisa menghadapinya.

Bicara soal takdir tidak akan pernah ada habisnya. Takdir sangat suka bermain-main dengan manusia, apa lagi proses pendewasaan yang benar-benar menyakitkan. Sudahlah mungkin aku memang tidak berhak untuk bahagia lantas untuk apa aku hidup?

bahkan saat aku divonis penyakit mematikan pun aku tidak pernah menyerah, tidak marah kepada takdir. Hanya saja takdir selama ini kurang kejam atau memang yang namanya takdir itu sangat kejam menurut aku. Padahal  takdir itu sudah kejam banget kelewat kejam, tapi mau bagaimana lagi? Aku harus bersyukur, tetap bersyukur tidak boleh putus asa. Tetep semangat diri. Aku bisa bertahan sejauh ini. Sedikit lagi kita sampai di garis finish pasti bisa, semangat diri aku.

terserah kalian mau bilang aku cengeng atau apa, karena kalian tidak pernah ada di posisi aku. Inget beda orang beda takdir. Setiap orang punya garis takdir yang bener-benar rumit, tapi pasti mereka pandai mencari jalan keluarnya. Namun kenapa kita tidak bisa? Entahlah, tapi menurutku kita bukan tidak bisa. Hanya saja kita kurang berusaha, dari sini kalian harus paham setiap orang punya sisi rapuh nya masing-masing. Hanya saja mereka sangat pandai dalam menyimpannya. Kadang orang lain hanya ingin tau bukan berarti ingin membantu.

dan bila ayah pulang dari berjudi, dia selalu marah kepadaku. Aku pun bingung letak kesalahanku dimana. Setiap aku bertanya, ayah semakin kasar semakin marah, kemudian menghajarku sampai mengeluarkan banyak darah. Jangan lupa aku mendapatkan seperti ini setiap hari, sudah seperti makanan entah dari tangan kaki atau pun ikat pinggang, namun aku hanya meminta kepada Allah supaya ayah bisa menerima kehadiran aku. Apa belum puas dia menyakiti aku selama ini? Ayah anak laki-lakimu rapuh, tolong kasih aku pelukan sekali saja seumur hidup aku tidak pernah merasakan pelukan dari ayah, sekali saja yah aku mohon hikss..hikss.

Inikah yang dinamakan ayah? Sama sekali tidak peduli padahal memiliki hubungan darah? Kata orang, kita harus hormat dan sopan kepada ayah? Tapi bagaimana kalau kalian punya ayah Seperti ayah aku?

Selama ini aku diam, aku hormat, aku sopan, aku turutin Semua permintaan ayah .Tapi apa yang aku dapatkan? Entahlah rasanya Sulit untuk dijelaskan karena terlalu sakit untuk mengingatnya.

Kadang aku berfikir, kenapa aku tidak mati saja disaat aku akan dilahirkan? Atau tidak aku tidak usah diberi kehidupan sekalian daripada hidup penuh dengan kesengsaraan yang sekarang aku rasakan, hanya rasa sakit batin maupun fisik. Menangis pun tidak ada gunanya, hanya buang-buang air mataku melukai diri sendiri apa faedahnya dari tangisanku tidak ada tidak akan ada yang bisa dirubah.

Aku berprestasi di sekolah, selalu juara umum memenangkan beberapa olimpiade. apakah ayah bangga kepadaku? Tidak! Tidak sama sekali. Ayahku terlalu cuek dan tidak peduli apa dengan apa yang aku dapatkan.

Di saat ayah mengalami kecelakaan waktu itu hingga mengakibatkan ginjal ayah bermasalah sedikit, dan karena aku sayang sama ayah serta hanya dia yang aku punya di dunia ini aku tidak mau sampai dia pergi. Jadi aku harus rela mendonorkan salah satu ginjalku kepada ayah, agar ayah selamat. Aku fikir setelah aku mendonorkan salah satu ginjalku ayah bakal berubah, bakal perhatian seperti kebanyakan ayah diluar sana, ternyata dugaan aku salah dia tetap berlaku kasar. Apa dia tidak capek menyiksa ku tiap hari? Entahlah mungkin itu sudah menjadi kebiasaan ayah yang sulit untuk dihilangkan walaupun aku yang kena imbasnya, tidak masalah aku kuat seiring berjalan nya waktu aku berada di titik terendah dimana aku sudah tidak siap lagi untuk bertahan hidup dengan satu ginjal. Mempunyai penyakit mematikan tidak akan pernah bertahan lama, sampai aku bolak balik rumah sakit ayah tidak mengetahuinya. Bagaimana dia mau mengetahui kedaanku yang ada dipikiran dia hanyalah uang dan uang,tidak berpikir dan peduli dia mendapatkan uang dari mana sampai suatu hari ayah di sadarkan oleh takdir.

Dan inilah kisah dari seorang Yudha Putra Gafthan Yang penuh dengan lika-liku penuh dengan kesengsaraan, tangisan,perlakuan kasar,kata-kata kasar, apakah Yudha bakal bertahan sampai akhir? Apa mungkin kebahagiaan akan berpihak kepadanya? Penasaran bukan? Yuk ikutin terus kisah Yudha Putra Gafthan. hanya di story Tale Of My Daddy.

TBC jangan lupa vote dan komen agar author makin semangat menulisnya.

Tale Of My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang