Hak sepatu Jena mengetuk-ngetuk karpet dengan irama teratur. Ia berusaha meredam kegugupannya.
Dipindainya penampilannya dalam pikiran.
Rambut sudah diblow ✔️
Kuku tangan dan kaki dicat warna netral ✔️
Makeup natural ✔️
Baju bergaya chic but professional look ✔️
Aksesoris anting kecil bentuk bulan sabit favoritnya ✔️
Sepatu hak tinggi kesayangan ✔️
Jam tangan dari mantan ✔️
(yang sayang kalau tidak dipakai karena harganya yang cukup mahal, Jena adalah orang yang menghargai nilai suatu barang)Rasanya persiapannya sudah matang.
Setelah Pak Darma menyetujui dan memberikan tanda tangan untuk pengajuan proposal yang dibuat Jinan, mudah kemudian untuk membuat janji temu ini.
Saat ini mereka sedang berada di salah satu ruangan untuk menerima tamu yang terletak di lantai satu di gedung perkantoran Trans Madya Group. Mereka akan bertemu dengan CEO perusahaan ini untuk membicarakan proposal yang akan mereka ajukan.
Jena melirik Jinan yang duduk di sebelahnya. Tampak santai sekali. Ada perasaan sedikit iri di hati Jena. Sudah ratusan kali ia melakukan meeting dengan jajaran eksekutif dari berbagai perusahaan, tapi tetap saja ia selalu gugup sebelum memulai.
Terdengar derap langkah mendekat ke ambang pintu. Jena dan Jinan otomatis berdiri ketika sosok yang mereka tunggu akhirnya masuk ke ruangan. Pria berusia kurang lebih enam puluh tahun itu memberi isyarat, mempersilahkan keduanya untuk duduk kembali.
Bapak Chairil Akbar, CEO Trans Madya Group, orang yang memegang kunci keberhasilan tender mereka itu kemudian tersenyum ramah. "Lama tidak bertemu, Jinan sudah jadi perjaka," selorohnya sambil tertawa kecil.
Jinan berdehem. Wajahnya sedikit memerah. "Maaf Pak, tapi kehadiran saya di sini sebagai perwakilan perusahaan tempat saya bekerja. Mohon jangan membicarakan hal-hal pribadi."
Pria usia lanjut yang masih tampak gagah itu tak tersinggung mendengar protes Jinan. Ia justru terkekeh. Matanya lalu beralih memandang ke arah Jena.
"Maafkan saya, Bu Jena. Saya sudah mengenal Jinan sedari kecil. Jadi sudah seperti keponakan saya sendiri."
Jena hanya tersenyum pahit. Ia tidak terlalu terkejut mengetahui kenyataan bahwa Pak Chairil mengenal Jinan. Adalah hal yang lumrah jika keluarga-keluarga konglomerat berada dalam lingkaran pergaulan yang sama.
Dan apa tadi? Pak Chairil barusan berkata jika Jinan sudah perjaka? Itu artinya Pak Chairil sudah mengenal pria itu dari kecil?
Jena mengerutkan kening.
Bayangan Jinan kecil sedang menghadiri pesta-pesta mewah langsung muncul di benaknya. Pasti ayah Jinan yang berkerabat dengan Big Boss Satu itulah yang mengenalkannya dengan Pak Chairil.
Apa Jinan kecil sudah semenyebalkan sekarang? Atau justru lucu dan menggemaskan? Dan tahukah Jinan kecil bahwa ia akan menjadi menyebalkan ketika dewasa?
Ataukah ada sesuatu yang dialaminya hingga membuat Jinan kecil jadi berubah kepribadian?
Jena mencibir di dalam hati. Sosok Jinan yang pernah menjadi kecil dan lucu sama sekali asing baginya. Cepat-cepat ia mengenyahkan bayangan itu. Jena adalah orang yang tak pernah tega terhadap anak kecil.
Gawat. Bisa-bisa ia nanti jadi bersimpati dengan Jinan.
Meski pria itu pernah menjadi anak kecil yang lucu, yang jelas sekarang ini ia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang congkak dan arogan. Itu saja sudah cukup memenuhi syarat untuk memasukkan Jinan ke dalam daftar orang-orang yang harus ia jauhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Fight [COMPLETED]
ChickLit- Cerita Pilihan Bulan Desember 2021 oleh @WattpadChicklitID FOLLOW first because it's free. ❌ YANG PLAGIAT AKAN SAYA PERKARAKAN ❌ JinJen Series - ROMANTIC COMEDY, CHICKLIT, METROPOP TW // Adult Romance May contain some mature scene & convos. >>> >>...