Jinan memandang rumah mungil berpagar hitam di depannya.
Ia sendiri tak mengerti mengapa ia bisa terdampar di sini. Tiba-tiba saja alam bawah sadarnya menuntun pikiran dan gerak tubuhnya untuk mengarahkan mobilnya menuju rumah Jena.
Ia ingin menelepon Jena dan menanyakan apakah wanita itu sudah tiba di rumahnya, namun belum mempunyai keberanian.
Lalu ia bersandar pada kursi mobilnya dan menyalahkan alam bawah sadarnya. Sepertinya untuk alasan inilah mengapa alam bawah sadar diciptakan. Untuk disalahkan jika si empunya gengsi mengakui bahwa yang mereka lakukan sebenarnya adalah keinginannya sendiri yang berasal dari lubuk hati yang terdalam.
Jinan menutup mata. Sepertinya ia perlu mengosongkan pikiran untuk mengetahui apakah benar alam bawah sadarnyalah yang membawanya ke sini, atau justru keinginan hatinya.
Wajah tirus, mata yang tajam menukik seperti mata kucing, serta bibir yang tipis.
Jinan takjub karena raut Jena tergambar begitu jelas di benaknya meski wanita itu tak ada di sini.
Ketika Jinan kembali membuka mata, tak sengaja tatapannya tertuju pada spion tengah.
Senyumnya mengembang tak tertahan begitu melihat sosok yang dipikirkannya terpantul di situ.
***
Pluk!
Kerikil yang ditendang Jena terlempar ke pinggir jalan.
Di perjalanan pulang dari kantor menggunakan taksi online, tadi ia sengaja memasukkan tujuan ke minimarket dekat rumahnya karena ingin membeli camilan untuk ransumnya di kala lapar. Badannya rasanya pegal sekali dan ia sudah membayangkan nikmatnya mandi sesampainya di rumah nanti.
Ketika kira-kira hampir dua rumah lagi sampai, ia melihat sebuah mobil warna hitam yang terparkir di jalan depan rumahnya. Jena memicingkan mata, memfokuskan pandangan ke arah mobil yang tampak tak asing baginya itu.
Sedetik kemudian ia tertawa sendiri sembari menggeleng. "Gue udah gila. Jam segini ngelihat mobilnya Jinan ada di depan rumah. Parah gue halunya."
Langkahnya terayun menghampiri mobil itu untuk memastikan diri bahwa memang benda itu hanyalah halusinasinya semata.
Sebuah kaki yang dibalut celana kain warna hitam dan sepatu kantor mengkilap, turun menapak ke jalan setelah pintu mobil itu terbuka, disusul oleh tubuh pemiliknya yang berpotongan tinggi dan kurus. Tubuh itu kemudian berdiri menghadap ke arah Jena.
Jena tertawa lagi. "Wah, sekarang gue lihat Jinan turun dari mobil itu. Beneran sepertinya gue udah gila. Halunya nyata begini."
Tiba-tiba ia mendengar sosok itu memanggil namanya.
"Jen."
Jena yang tadinya masih tertawa-tawa sendiri, seketika terkejut.
Sosok yang ia kira adalah halusinasi itu mulai berjalan mendekat ke arahnya. Refleks Jena menghindarinya dengan berjalan lebih cepat menuju ke rumahnya. Kalau benar itu Jinan, ia tak siap jika harus menghadapinya sekarang.
Setelah semua kata-kata Vio dan Rei di pantry tadi?
Tidak, tidak. Ia terlalu malu.
Jena bergegas membuka gerendel pagar rumahnya dan mendorongnya ke arah dalam supaya bisa secepatnya menghindar dari Jinan, tapi kemudian terdengar olehnya pria itu memanggilnya lagi.
"Jen!"
Mata Jena mengerjap cepat. Langkahnya terhenti dan sekarang ia bimbang, harus meneruskan niatnya untuk masuk rumah, atau berhenti di sini dan menghadapi Jinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Fight [COMPLETED]
ChickLit- Cerita Pilihan Bulan Desember 2021 oleh @WattpadChicklitID FOLLOW first because it's free. ❌ YANG PLAGIAT AKAN SAYA PERKARAKAN ❌ JinJen Series - ROMANTIC COMEDY, CHICKLIT, METROPOP TW // Adult Romance May contain some mature scene & convos. >>> >>...