Acara ulang tahun itu bagai menjungkir balikkan hubungan di antara Jena dan Jinan. Kini mereka mulai saling menyapa di kantor jika berpapasan, walau dengan sikap yang masih terlihat kaku. Dan Leon, yang entah kenapa selalu punya bakat dalam hal menyadari perubahan sikap Jena, menjadi orang pertama yang memberikan pertanyaan frontal.
"Lo mulai suka ya, sama Jinan? Pasti terjadi sesuatu kan, waktu kalian ke acara ulang tahun CEO Trans Madya itu? Ngaku aja lo!"
Yang tentu saja kemudian dijawab seperti biasa oleh Jena, sebuah racauan omong kosong yang tak berhenti sampai pria itu meninggalkannya pergi.
Jena akui, ia mulai merasa bahwa penilaiannya terhadap Jinan selama ini mungkin tidak seratus persen benar. Memang ia juga makin menyadari bahwa wajah pria itu kadang-kadang menjadi terlihat—uhuk—tampan.
Tapi suka?
Mohon maaf, Jenaya bukanlah wanita yang mudah berubah perasaannya.
Bagaimana bisa kebenciannya pada pria itu selama dua tahun bisa berubah hanya dalam waktu semalam?
***
"Bu, dipanggil Pak Darma ke ruangannya." Vio, sekretaris Jena, memberi tahu.
Jena yang tengah berkutat dengan dokumen yang sedang ditelitinya itu kemudian mendongak dan mengerutkan dahi.
Ia mengira-ngira untuk keperluan apa gerangan atasannya itu memanggilnya. Tapi kemudian perasaannya mengatakan bahwa panggilan itu ada hubungannya dengan presentasi langsung di acara ulang tahun Pak Chairil kemarin. Instingnya mengatakan, sepertinya Jinan juga mendapat panggilan yang sama.
"Gue ke sana dulu ya, Vio." Ia bergegas bangkit dari duduknya, setelah memeriksa dandanan keseluruhan wajahnya di kaca hias kecil berbentuk oval yang ada di mejanya, entah untuk alasan apa karena biasanya ia tak peduli dengan dandanannya selama lipstik di bibirnya masih ada.
Sekeluarnya dari lift, ia berjalan menuju ruangan Pak Darma.
Terdengar derap langkah di belakangnya yang ia kenali sebagai langkah kaki Jinan jika dilihat dari cara berjalannya.
Tunggu, tunggu. Tapi sejak kapan ia hapal dengan cara berjalan pria itu?
"Pagi, Jen," sapa Jinan yang kemudian menjajari dirinya.
"Pagi." Jena menoleh dan melihat Jinan yang berdiri di sampingnya.
Untuk sedetik, ia dihantam kenyataan kalau memang ada sesuatu dari pria itu yang menarik perhatiannya. Detil-detil yang dulu tak pernah diperhatikan olehnya, kini terlihat jadi begitu mencolok.
Pandangannya langsung tertumbuk pada sejumput rambut yang jatuh di kening pria itu.
Seketika ada dorongan kuat dalam diri Jena yang entah dari mana datangnya untuk menyingkirkan rambut itu agar kening Jinan terbuka sempurna.
Ia meringis. Memaki pikiran-pikiran aneh yang sedang merasukinya. Sekuat tenaga ia mencoba menghalau pikiran-pikiran itu dan bersikap tenang.
"Elo juga disuruh ke ruangannya Pak Darma?"
Jena menjawab pertanyaan dari Jinan dengan singkat. "Iya."
"Kira-kira ada apa, ya? Apa mungkin evaluasi tentang presentasi langsung kita di acara ulang tahun Pak Chairil kemarin itu?"
"Mungkin."
"Harusnya sih, udah ada feedback dari pihak Pak Chairil. Ini kan udah lewat dari seminggu sejak acara itu. Proposal kita juga seharusnya udah ditinjau oleh pihak mereka."
"Harusnya."
Jinan memiringkan kepala menatap Jena. "Tumben elo ngomongnya pendek-pendek begini. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Fight [COMPLETED]
ChickLit- Cerita Pilihan Bulan Desember 2021 oleh @WattpadChicklitID FOLLOW first because it's free. ❌ YANG PLAGIAT AKAN SAYA PERKARAKAN ❌ JinJen Series - ROMANTIC COMEDY, CHICKLIT, METROPOP TW // Adult Romance May contain some mature scene & convos. >>> >>...