Keesokan paginya, suasana di gedung perkantoran Buwana Tower sama saja seperti hari-hari biasa.
Riuh oleh suara yang bersahut-sahutan, dan wangi kopi yang menguar dari gelas-gelas plastik yang dipegang oleh para karyawan.
Sambil berjalan ke arah mejanya, Jena membalas sapaan ke beberapa orang yang mengucapkan selamat pagi padanya.
Jena yang baru mendudukkan diri di kursi kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, untuk mengecek apakah ada pesan yang masuk, sesuai dengan kebiasaannya tiap memulai rutinitasnya di kantor.
Ternyata di deretan paling atas, ada satu pesan dari Pak Darma. Isinya menyuruh Jena untuk membaca email darinya.
Sembari mengomel sendiri, Jena menyalakan komputernya di meja. "Email apa lagi sih? Kan kemarin udah gue kirim resumenya. Katanya itu tugas terakhir. Sekarang disuruh ngapain lagi?" gerutunya panjang pendek.
Tetapi setelah membuka email yang dimaksud, sekonyong-konyong Jena merasa seluruh tubuhnya membeku. Seakan-akan ia sedang berada di dalam film, lalu ada yang menekan tombol 'pause' pada dirinya.
Gerakannya terhenti.
Napasnya terhenti.
Kedipan matanya juga terhenti.
Tatapannya terpaku di depan layar. Semakin lama, huruf-huruf di layar komputernya semakin mengabur karena penglihatannya terhalang oleh air mata yang mulai menggenang.
Isi email itu telah meruntuhkan kebenciannya pada Jinan yang sudah ia pupuk selama dua tahun terakhir di hidupnya.
Jena jadi tak bisa memahami dirinya sendiri.
Ia merasa lemah karena tak mampu lagi jengkel, apalagi marah pada Jinan. Bahkan harus ia akui bahwa hampir sebulan ini, selama berkompetisi dengan Jinan, hidupnya terasa lebih dinamis dibandingkan sebelumnya. Pria itu telah membuat perasaannya naik turun tak menentu.
Beberapa menit yang berlalu masih Jena habiskan dengan diam termenung, sampai kemudian akal sehatnya tiba-tiba memberi sebuah peringatan.
Jangan seneng dulu. Coba cek ulang yang barusan lo baca tadi. Nggak lucu kalau lo udah seneng, tapi ternyata lo salah baca.
Benar, juga, Jena mengangguk.
Tak ada salahnya bersikap teliti.
Sebaiknya ia membaca ulang isi email dari Pak Darma. Karena isi email itu menyangkut seseorang bernama Lesmana Jinandras. Harap digarisbawahi, sampai sekarang ia masih belum melepaskan label 'musuh' dari nama itu.
Jena buru-buru menghapus air matanya dan membuka laci meja kerjanya. Dari situ ia mengambil obat tetes mata berbentuk botol kecil lalu membuka tutupnya.
Setelah meneteskan obat itu dua tetes ke masing-masing mata kanan dan mata kiri, ia merasa pandangannya jadi lebih jernih.
Bagus. Kini ia lebih mudah untuk berkonsentrasi.
Jena mempersiapkan diri dengan menarik dan menghembuskan satu napas panjang.
Lalu dibacanya tulisan yang berderet di layar komputernya sekali lagi.
Kali ini, dengan lebih seksama.
Nama saya Lesmana Jinandras.
Saya lahir pada tanggal 8 Juni 1989.
Saya pernah bekerja di PT. Mogem Putra Internasional yang juga merupakan anak dari perusahaan Buwana Group selama delapan tahun dengan perincian sbb :
• Management trainee selama empat tahun.
• Asisstant Manager selama empat tahun.
• Dan kini sudah menduduki jabatan sebagai Finance Manager di Buwana Group selama dua tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Fight [COMPLETED]
ChickLit- Cerita Pilihan Bulan Desember 2021 oleh @WattpadChicklitID FOLLOW first because it's free. ❌ YANG PLAGIAT AKAN SAYA PERKARAKAN ❌ JinJen Series - ROMANTIC COMEDY, CHICKLIT, METROPOP TW // Adult Romance May contain some mature scene & convos. >>> >>...