Jena turun dari mobil Jinan yang telah berhenti tepat di depan rumahnya dengan wajah tertekuk.
"Makasih."
Ia hanya ingat menggumamkan kata itu sebelum berlalu pergi. Ucapan Jinan kepadanya tadi masih terngiang di telinganya.
Jinan berkata bahwa matanya sakit melihat penampilannya yang basah kuyup terkena cipratan air? Tapi siapa juga yang memintanya melihat? Kan pria itu bisa saja melihat ke arah lain, atau bahkan pura-pura tak melihat?
Kenapa malah meminjamkan jas lalu mengucapkan sesuatu yang buruk seperti itu?
Memikirkan itu lantas membuatnya teringat pada jas Jinan yang masih tersampir di pundaknya. Jena yang baru saja melewati pagar lalu menoleh hendak memanggil Jinan, namun ia terlambat. Mobil milik pria itu telah berlalu dan hanya menyisakan jejak basah bekas lindasan ban di aspal jalanan depan huniannya yang ternyata tak tercurah oleh hujan.
Jena melepas jas itu sembari merepet kesal. "Kalau tahu di sini nggak hujan, kenapa tadi gue nggak nekat aja nyari taksi buat pulang? Pakai acara keguyur air dan dipinjemin jas segala lagi sama Jinan. Mana gue lupa ngembaliin."
Jena terus memaki karena menyadari kebodohannya. Sepanjang perjalanan pulang tadi, ia memang terus menoleh ke jendela samping agar Jinan tak mengajaknya bicara.
Sepertinya taktiknya berhasil, karena pria itu juga menutup mulutnya. Perjalanan itu mereka lalui dengan keheningan seribu bahasa.
Jena menutup pintu pagar, lalu berjalan menuju rumah sembari menghela napas panjang.
Ya, sudahlah. Sudah terlanjur.
Meski ia tak meminta, paling tidak Jinan sudah berusaha peduli dengannya.
Jujur, ia memang rikuh karena bajunya jadi terlihat sedikit menerawang karena basah. Dan bukannya ia tak menyadari maksud baik pria itu (jika benar memang ada), bahkan ia tadi sempat merasa diperhatikan oleh Jinan saat pria itu menyampirkan jas ke pundaknya.
Tapi kata-kata yang Jinan ucapkan setelahnya batal membuatnya jadi terenyuh.
Jadi lebih baik ia mencuci jas ini sebelum ia kembalikan demi kesopanan. Ia tak mau dicap sebagai orang yang tak tahu terima kasih jika ia mengembalikan barang Jinan tanpa membersihkannya terlebih dahulu.
***
Jena memasuki kamarnya dengan handuk kecil terkalung di leher. Setelah mandi dan keramas menggunakan air hangat, kekesalannya akibat kata-kata Jinan seperti ikut terbilas. Hatinya kini terasa jauh lebih ringan.
Ia teringat bahwa hari ini adalah hari di mana semua episode drama Korea yang dinanti-nantinya telah selesai tayang.
Cukup sudah segala sesuatu tentang Jinan. Inilah saatnya untuk membahagiakan diri sendiri!
Dengan penuh semangat, Jena meloncat ke atas tempat tidur lalu membuka laptop yang otomatis langsung tersambung dengan jaringan internet nirkabel rumahnya. Setelah mencari-cari sejenak berdasarkan judul, tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan drama Korea itu.
Jena sudah memposisikan punggungnya bersandar di tumpukan bantal menghadap laptop yang ia letakkan di atas meja lipat, menyiapkan teh hangat di atas nakas, dan tak lupa setumpuk camilan di sampingnya, saat ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Sedikit enggan, ia meraih benda yang tergeletak tak jauh dari kakinya itu, tapi kemudian terkejut saat membaca nama Jinan di layarnya.
Mau apa pria ini menelepon? Apa jangan-jangan ia teringat jasnya lalu ingin jas itu dikembalikan sekarang juga?
Jena melihat jam di ponselnya yang menunjukkan waktu setengah jam sebelum tengah malam, lalu menerima panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cat Fight [COMPLETED]
ChickLit- Cerita Pilihan Bulan Desember 2021 oleh @WattpadChicklitID FOLLOW first because it's free. ❌ YANG PLAGIAT AKAN SAYA PERKARAKAN ❌ JinJen Series - ROMANTIC COMEDY, CHICKLIT, METROPOP TW // Adult Romance May contain some mature scene & convos. >>> >>...