"Kenapa melamun?"
Lisa mengerjap-ngerjapkan matanya. Lisa berusaha mencerna apa yang tengah ia hadapi sekarang.
Gongyoo tampil dengan sangat memukau malam ini. Tidak terlihat raut wajah pria yang sudah memasuki usia kepala empat. Wajahnya yang menawan, tubuhnya yang atletis dan kulitnya yang tetap terlihat kencang membuat siapa saja yang melihatnya pasti mengira bahwa dia baru memasuki usia tiga puluhan.
Malam ini Gongyoo datang dengan menggunakan sweater berwarna pink, terdengar sangat feminim, bukan? Tapi tidak untuk kesan yang di tampilkannya. Dia terlihat begitu berkharisma hingga mampu membuat Lisa sulit bernapas.
"Kapan aku boleh masuk?" Pertanyaan darinya berhasil membawa Lisa sadar akan kelakuan bodohnya."Mianhe. Si-silahkan masuk." Lisa membuka jalan untuk Gongyoo agar dapat masuk ke dalam Unitnya.
Apartement Lisa sangat jauh dari kesan mewah. Selain memang tidak ada apa-apanya dibanding dengan tempat tinggalnya, Lisa pun adalah pribadi yang simple dalam hal memilih furniture untuk tempatnya tinggal.
"Bir dingin tidak masalah, bukan?" Lisa memecah rasa groginya dengan menghindar dari sosok yang penuh dengan intimidasi itu, beralih ke dapur untuk mengambil 2 kaleng minuman untuk mereka berdua.
"Apapun. Aku boleh duduk disini?" Ijinnya menunjuk satu-satunya sofa yang di miliki Lisa di Apartementnya itu.
"Silahkan. Maaf tempatku sedang berantakan." Lisa menyerahkan kaleng dingin itu langsung pada Gongyoo, dan dengan mencoba sesantai mungkin ikut bergabung duduk di sebelahnya.
"Kau merokok?" Pertanyaan Gongyoo yang tiba-tiba itu membuat Lisa kebingungan.
"Ti-tidak. Aku tidak merokok."
"Tapi kenapa ruangan ini bau rokok?" Kerutan di dahinya tak sungkan ditunjukan sebagai bentuk ketidak-nyamanannya.
"Ooh... mungkin Mino Oppa. Dia tadi ada di sini, dan dia perokok. Mianhe."
"Aku ingin bertemu dengannya, sayang sekali." Dia tersenyum.
"Lain kali. Lain kali nanti akan aku kenalkan dengannya kalau kau mau."
Gongyoo diam tidak merespon ucapan Lisa. Tatapan matanya masih fokus lurus menatap Lisa tanpa ragu. Dia terus menatap Lisa hingga membuat yang di tatapnya kini menjadi salah tingkah.
"Panggil aku, Oppa." Ujarnya tiba-tiba.
"Nde?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Money
General FictionL.M Mungkin orang akan mengira inisial itu untuk Lalisa Manoban. Namun, tanpa banyak orang tahu; L.M adalah inisial untuk tujuan hidup seorang Lisa, L.M adalah Love Money! UANG! Satu kata kramat itu yang selalu Lisa anut. Hanya 4 huruf itu yang ada...