"Kenapa kau berbohong, Steve?!" Lisa menatap tajam kearah pengawal pribadinya saat mereka akhirnya sudah sampai di unit Apartemen Lisa.
"Saya tidak bohong, Nona. Tuan memang tidak ada di Lobby saat tadi Nona mencarinya. Saat itu Tuan masih menunggu di Mobil."
"Itu sama saja! Harusnya kau bicara yang—"
"Steve, pergilah." Potong Gongyoo, menyelamatkan pengawal kesayangannya itu.
"Kau tidak sekalian pergi, Oppa?!" Sinis Lisa pada pria itu.
"Tidak. Aku tidak akan pergi sebelum menyelesaikan urusan denganmu." Ucapnya dingin dengan tatapan mata yang seperti bisa melubangi tubuh Lisa karena tajamnya. Dia lalu duduk di Sofa dan mengacuhkan Lisa, terlihat begitu sibuk dengan ponselnya entah sedang berbicara dengan siapa.
"Bagaimana? Pihak pengelola sudah bisa dihubungi? Tidak, Chef oliver yang harus memasak. Tunggu!" Gongyoo lalu beralih menatap Lisa lekat, "Makan Steak tidak masalah, bukan?" Tanyanya pada Lisa.
Lisa menggeleng. "Aku tidak lapar." Jelasnya.
"Kau belum makan. Tidak baik tidur dalam keadaan perut kosong." Gongyoo terlihat mengatupkan rahangnya.
"Aku mengantuk, aku mau tidur saja, Oppa..." rengek Lisa kesal menghadapi Gongyoo yang begitu keras pendirian.
"Steak saja. Tenderloin, Sirloin, atau Rib eye. Pastikan pakai Sea salt dan jangan terlalu banyak memakai Rosemary. Tidak. Buat saja dalam porsi besar, aku akan makan bersamanya. Thank you." Gongyoo mengabaikan keinginan Lisa, dan tetap memesan makanan untuknya.
Lisa terkesima melihat sikap pria di hadapannya itu. Bagaimana dia bisa begitu santai dan menganggap dirinya; yang sudah menghilang selama 1 minggu ini bukanlah sebuah tindakan yang menyebalkan? Lisa ingin menangis. Dirinya frustasi memikirkan cara agar bisa menang melawan pria yang sangat dominan itu.
"Aku sudah pesan steak kesukaanmu." Ucap Gongyoo datar, tapi sebetulnya sarat emosi.
"Aku tidak peduli!"
Gongyoo tersenyum. Samar. "Kenapa kau selalu berbicara dan bertindak semaumu?"
"Tidak! Aku tidak pernah begitu!" Ujar Lisa marah dan segera melangkah pergi meninggalkan Gongyoo.
"Oh ya...? Lalu alasan apa yang membuat kau masih bertemu dengan mantan kekasihmu itu?" Tanyanya telak membuat Lisa seketika menghentikan langkah.
Lisa terdiam, merasa terusik dengan pertanyaan dari Gongyoo yang terasa menyudutkannya. "Terserah aku mau bertemu dengan siapapun!" Balas Lisa sengaja terus mematik api keributan.
Kini giliran Gongyoo yang mendengus. Pria bertubuh tinggi tegap itu tampak tidak senang, dan ekspresi wajahnya begitu dingin. "Kukira dengan tidak saling bertemu selama beberapa hari bisa membuat kita sama-sama berpikir lebih terbuka, dewasa dan sadar akan arti hubungan ini. —Ternyata aku terlalu banyak berharap." Gongyoo yang sedari tadi hanya duduk dengan elegannya di sofa besar milik Lisa, kini bergegas bangkit. Membuat Lisa seketika panik.
"Oppa mau kemana?!" Sergah Lisa kala melihat Gongyoo yang sudah berjalan menjauh darinya. "Harusnya dengan usia Oppa yang sudah jauh lebih tua dariku, Oppa bisa mengerti bagaimana perasaanku! Aku terluka karena sudah di bohongi! Aku kecewa karena merasa dipermainkan! Aku pun kesal karena kau yang tiba-tiba menghilang... Aku berhak untuk marah!"
Gongyoo menatapnya dingin, meski senyum masih terulas di bibirnya. "Aku menyesal sudah membuatmu merasakan itu." Dia lalu berjalan mendekat kearah Lisa. "That's my bad, but I'm not sorry to doing that."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Money
Ficción GeneralL.M Mungkin orang akan mengira inisial itu untuk Lalisa Manoban. Namun, tanpa banyak orang tahu; L.M adalah inisial untuk tujuan hidup seorang Lisa, L.M adalah Love Money! UANG! Satu kata kramat itu yang selalu Lisa anut. Hanya 4 huruf itu yang ada...